Aiko menangis di luar ruangan. Menunggu dokter yang sedang menangani putrinya. Di sebelahnya ada Hiroshi. Lelaki paruh baya itu tertunduk, menyesali perbuatannya. Mengumpati dirinya, membenci dirinya sendiri. Jika, terjadi sesuatu kepada putrinya.
"Hiks... " Suara isak tangis Aiko terdengar begitu jelas. Hiroshi mendongak, menatap istrinya.
"Aku bodoh," gumam Hiroshi. Kini, aku yang mendongak menatap lelaki yang sudah menemani hidupnya.
"Kau memang bodoh!" seru Aiko, menatap Hiroshi tajam.
"Kau bodoh Hiro!?" seru Aiko memukul dada Hiroshi beberapa kali.
Hirosi hanya pasrah mau mendapatkan semua itu. "Kau hanya mementingkan dirimu sendiri! Kau bodoh! Kau telah membunuh putri kita... Hiks... Hiks... "
Aiko menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan semua kekesalannya kepada Hiroshi. Tidak beberapa lama, seorang dokter keluar dari ruangannya. Sontak membuat Hiroshi dan Aiko bergegas mendekat kearah dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan putri saya dok?" ucap Aiko. Sementara Hiroshi diam, menunggu penjelasan dokter.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, Emilly dan janinnya tidak mampu tertolong kan." Aiko menangis mendengar ucapan dokter. Lalu Hiroshi menatap tajam dokter dan menarik kerahnya.
"Anda pasti salah. Putri saya masih hidup kan? Katakan! Putri saya masih hidup! Cepat katakan!" teriak Hiroshi di depan wajah dokter.
Sementara dokter hanya menggelengkan kepalanya lemah.
"Milly!" seru Aiko lalu berlari masuk kedalam ruangan ICU.
Milly sudah terbujur kaku, dengan wajah pucat. Serta senyum yang begitu tulus menghiasi wajahnya. Aiko memeluk jasad Milly, seraya terus menangis.
Hiroshi yang tadi menyusul istrinya. Kini, lelaki itu mematung di ambang pintu. Menatap putrinya yang sudah terbujur kaku.
"Arghhhh.... " Pria itu berteriak kencang. Merutuki kebodohannya.
***
Badai terdiam, menatap sekelilingnya. Banyak di hiasi pohon nan hijau. Tempat itu sangat sejuk, lalu ia menatap seorang perempuan yang tengah bermain dengan seorang bayi. Bayi lelaki yang sangat tampan.
Perempuan itu mendongak. Lalu tersenyum kearah Badai. Badai membalas senyumnya, lantas lelaki itu berjalan menuju perempuan dan bayi tersebut.
"Milly.... " ucapnya, perempuan itu tersenyum. Begitu cantik, dengan baju berwarna putih, jilbab membentang di dadanya juga berwarna putih.
"Assalamualaikum, suamiku... " ucap Milly tersenyum tulus.
"Ini anak kita?" tanya Badai menatap bayi dalam gendongan Milly.
Lantas, Milly mengangguk. Badai merai bayi dalam dekapan Milly, lalu mengendong.
"Dia sangat mirip denganku, Mill," ucap Badai dengan mata yang berkaca-kaca.
Lagi, Milly hanya tersenyum.
"Ibrahim, namanya Ibrahim." Badai meneteskan air matanya. Lalu mencium pipi putranya.
"Ayah.... " Badai mendongak, ke sumber suara. Menatap gadis kecil yang sangat cantik memanggilnya.
Di ujung sana, ada Audy tengah tersenyum kepadanya. Badai menatap Milly dan anak laki-lakinya. "Pergilah, rawat Audy dengan kasih sayangmu," ucap Milly.
"Mill... "
"Dan aku, akan merawat Ibrahim. Putra kita dengan begitu kasih sayang yang penuh," ucap Milly memotong ucapan Badai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT ✔
KurzgeschichtenSeperti Hal nya Laut Mediterania, dan Laut Atlantik dua air Laut di Teluk Alska yang tak pernah bisa menyatu. Layak nya Katerdal dan Istiqal, hanya mampu bersebrangan tanpa bisa bersatu. Lalu bagaaimana dengan kita? Kita yang berbeda? WARNING!!⚠⚠ C...