DIFFERENT 31

1.6K 179 5
                                    

"Dai, aku udah boleh pulang kan?" tanya Milly menatap penuh harap kepada Badai.

Badai menghela nafasnya.

"Kamu makan dulu, ya," ucap Badai mengambil sepiring nasi yang telah di sediakan.

"Dai, aku mau pulang. Bukan mau makan," ucap Milly memegang tangan Badai yang akan menyuapinya.

Badai meletakkan sendok di atas piring. "Milly, kesehatan kamu belum pulih," ucap Badai dengan lembut.

Bahu Milly merosot. "Aku kangen sama Audy," cetus Milly menundukkan wajahnya.

"Audy baik-baik aja. Dia kan sama bu Idha. Tenang aja," jawab Badai.  "Kamu makan, ya. Biar cepat pulih. Dan bisa bertemu lagi dengan Audy," sambung Badai menyodorkan lagi sendok yang sudah berisi nasi.

Milly menerimanya, lalu mengunyah makanan. "Enak 'kan?"

"Iya. Kok tumben, masakan rumah sakit. Tapi enak," jawab Milly membuka mulutnya lagi.

"Tapi aku kayak gak asing dengan rumah sakit ini. Ini rumah sakit mana ya, Dai?" tanya Milly menatap Badai.

"Rumah sakit Internasional Surabaya," jawab Badai.

Bola mata Milly hampir saja keluar dari tempatnya. "Dai, ini di kota. Kenapa kamu bawa aku kesini. Nanti kalau anak buah Papi  yang liat kita gimana?" bisik Milly.

"Aku mau pelayanan yang terbaik buat kamu Mill, makanya aku bawa kamu ke sini," ucap Badai.

Milly memejamkan matanya.

"Dai, aku gak pa-pa. Cuma kecapean kok," balas Milly. Badai meletakkan piring nasi Milly di atas meja.

"Gak. Bukan hanya itu. Ginjal kamu bermasalah Mill," ucap Badai menatap Milly. Milly menunduk, menyembunyikan keterkejutannya.

"Ka.... Kamu udah tau?" ucap Milly lirih.

"Mil, kamu kasih siapa satu ginjal kamu?" tanya Badai mendesak Milly.

Milly masih terdiam.

"Dai... Aku.... " Milly menghentikan ucapannya. Ia tidak tau harua berkata seperti apa.

"Milly, jawab aku," desak Badai lagi.

Milly menghela nafas. Seraya memejamkan matanya. "Aku donor kan, ginjal aku. Ke kak Jessi," ucap Milly jujur.

"Apa?" ucap Badai kaget.

"Iya. Aku melakukan semua itu untuk kak Jessi. Yang tau semua ini hanya dokter Chiko. Mami dan Papi sama sekali tidak tau," jelas Milly.

"Dia itu iblis. Kenapa kamu kasih ke dia," ucap Badai memegang keningnya yang berdenyut.

"Bagaiman pun, kak Jessi itu kakak aku Dai. Mau seburuk apa pun dia," ucap Milly penuh penekanan. Perempuan itu juga menatap Badai lekat.

"Tapi dia udah sakitin kamu Mill. Dia jahat," gumam Badai meneteskan air matanya.

Milly ikut meneteskan air matanya. Lalu memeluk Badai. "Waktu itu yang tau kak Jessi sakit hanya aku. Karena aku menemukan surat tes kelainan ginjal di dalam kamar kak Jessi. Aku gak tau harus gimana. Aku takut, suatu saat aku akan menyesal. Karena tidak menolong kak Jessi."

"Akhirnya aku temui dokter Chiko dan konsultasi kepada beliau," ucap Milly mengakhiri ceritanya.

Milly melepaskan pelukannya. "Dai, kalau suatu saat. Aku pergi, aku minta tolong. Jagain Audy, sayangi dia seperti kamu menyayangi anakmu sendiri. Aku tau, aku selalu merepotkan mu. Kamu selalu menanggung beban hidup aku Dai. Maafkan aku."

DIFFERENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang