Beautiful Goodbye

60.4K 3.6K 84
                                    

Bidadari Badung.

Itu julukan sayang yang diberikan keluarganya pada Arwen Ebba sejak kecil. Terlahir sebagai si sulung dari tiga bersaudara, semuanya perempuan, panggilan itu dirasa cocok. Bahkan oleh Arwen sendiri. Apalagi dia tumbuh sebagai gadis aktif yang cenderung menjadi pembangkang.

Arwen dan kedua adiknya diberkati Tuhan karena memiliki orangtua yang pengertian. Tidak ada kekangan dan aturan-aturan yang menyesakkan. Ayah dan ibu Arwen, Adrian Natawirya dan Verra, mendidik ketiga putrinya untuk menjadi orang-orang yang bertanggung jawab. Mereka dibebaskan membuat pilihan tapi harus siap dengan semua konsekuensinya.

Ayah dan ibunya pun tak pernah memarahi anak-anaknya di depan umum. Tiap kali ada yang berbuat kesalahan, Adrian dan Verra akan mengajak si biang onar ke ruang belajar, tempat ketiga putri mereka bergelut dengan buku-buku pelajaran. Di tempat yang cukup nyaman itu, mereka akan membahas "dosa" yang sudah dibuat dan konsekuensinya.

Jadi, di mata anak-anak keluarga Natawirya, ruang belajar itu juga berfungsi sebagai "ruang pengadilan". Tempat sanksi diputuskan. Hingga mereka juga memberi nama lain untuk ruang belajar. Kamar gas.

"Nggak ada gunanya Ibu marah-marah tiap kali kalian membuat kesalahan. Belum tentu juga kalian kapok dan berubah. Jadi, mending kalian belajar untuk menghadapi risiko kalau udah bikin kesalahan. Ingat ya, tiap kali berulah, kalian harus siap mendapat sanksi." Itu kalimat yang cukup sering didengar Arwen sejak kecil.

Sanksi yang dimaksud Verra bukan berbentuk hukuman fisik. Namun berupa pemotongan uang jajan, dilarang keluar rumah selama jangka waktu tertentu kecuali ke sekolah, diberi tambahan tugas untuk mengerjakan pekerjaan di rumah. Hal-hal semacam itu. Verra dan Adrian bisa dibilang tak pernah membentak atau berteriak di depan ketiga putri mereka.

Karena Arwen memang tergolong badung, tentu saja dia yang paling sering mendapat sanksi. Uang jajannya berkali-kali dipotong. Alasannya macam-macam. Mulai dari telat pulang ke rumah tanpa mengabari karena terlalu asyik keliling mal di Bogor. Dia juga pernah nekat ikut acara liburan kakak kelasnya ke Bali meski tak mendapat izin. Berkelahi? Dulu cukup sering dan membuat Arwen terluka. Hidung berdarah, pipi bengkak, tangan terkilir, bukan hal yang asing.

Adrian pun cukup sering membicarakan hal senada dengan istrinya. "Ayah percaya, itu cara yang bisa bikin kalian belajar bertanggung jawab. Harapan kami, kalian jadi lebih berhati-hati sebelum melakukan hal-hal yang berisiko. Ayah dan Ibu ingin kalian memanfaatkan kebebasan yang kami kasih dengan baik. Kami percaya, pada dasarnya, manusia lebih suka diberi tanggung jawab ketimbang selalu diancam dengan hukuman."

Itulah masalahnya. Tak semua orang siap dengan kelonggaran yang diberikan. Arwen adalah contoh nyatanya. Usianya baru menginjak angka 22 tahun saat masalah besar mencuat. Dia melakukan hal yang tak bisa lagi dimasukkan ke dalam kategori badung. Ini melampaui semua ulah yang pernah dibuatnya. Dia harus menerima akibat dari hubungan yang kebablasan dengan pacarnya, Jemmy. Bisa ditebak, kan? Arwen hamil!

Mereka baru enam bulan menjadi pasangan. Keduanya menuntut ilmu di universitas yang sama hanya saja berbeda jurusan. Arwen berkuliah di Fakultas Komunikasi jurusan Humas. Sedangkan Jemmy menimba ilmu di Fakultas Hukum dan berkonsentrasi pada Hukum Bisnis Internasional.

Di pagi Arwen menyadari bahwa tamu bulanannya sudah telat, dia tak sempat terlalu jauh merasa terpuruk atau menyesal. Dia cuma memiliki waktu selama sepuluh menit untuk merasakan tengkuk dingin dan kepala berdenyut. Dia juga hampir pingsan. Arwen menyadari bahwa hidupnya akan berubah arah dengan begitu drastis. Setelah itu, dia harus memikirkan langkah apa yang mesti diambil jika benar-benar hamil.

Bagi sebagian orang, Arwen mungkin dianggap tak manusiawi. Namun, itu hasil didikan orangtuanya. Tak ada gunanya menyesali apa yang terjadi. Jauh lebih baik fokus pada rencana selanjutnya. Syukur-syukur bisa mengubah kesalahan menjadi sesuatu yang positif. Jika tak mungkin, maka Arwen harus memikirkan langkah ke depan yang lebih produktif.

Bidadari Badung | ✔ | Fin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang