End Of The Road

11.9K 2K 105
                                    

Lucas senang karena memiliki kesempatan tak terduga untuk mengenal Saskia. Apalagi, tampaknya anak itu pun cukup menyukainya. Lucas memang tak banyak bergaul dengan anak balita, tapi dia lumayan yakin jika tak semuanya tumbuh seberani dan seekpresif Saskia. Gadis cilik itu pun memiliki empati yang tinggi, mengingat bagaimana dia berusaha menghibur Lucas saat tahu tentang Mister X.

Ketika dia tiba di rumah kontrakan, sudah lewat pukul sembilan malam. Lucas pun buru-buru mandi. Badannya terasa lengket oleh keringat. Setelahnya, dia membuat segelas kopi. Lelaki itu juga menyempatkan diri untuk menelepon neneknya, sekadar bertukar kabar.

Yang mengejutkan, Martha mengontaknya saat Lucas baru mengakhiri perbincangan dengan Imelda. Sejak pertemuan terakhir mereka, Lucas mengabaikan semua panggilan telepon dan pesan dari ibunya. Namun, karena hari ini hatinya sedang senang, dia memutuskan untuk menerima telepon ibunya.

Martha menghabiskan satu menit pertama untuk mengkritik perilaku Lucas yang dianggapnya keterlaluan. Pria itu mendengarkan tanpa protes. Karena memang tak ada gunanya. Lagi pula, dia memang sudah bersikap menjengkelkan dengan sadar, kan?

"Mama mau ketemu sama kamu sekali lagi. Kamu harus datang dan nggak boleh kabur kayak kemarin itu."

"Aku sibuk, Ma," balas Lucas, malas.

"Ngurus pet shop nggak akan bikin kamu sampai nggak punya waktu sama sekali," balas Martha tajam.

"Palingan Mama mau jodohin aku sama cewek kaya lagi, kan?" tebak Lucas. "Aku nggak tertarik, Ma. Belum kepikiran mau nikah, apalagi sama cewek yang nyaris nggak kukenal. Aku nggak butuh uang dari perempuan mana pun."

Ibunya pun berceramah tentang pentingnya menjaga nama baik Chakabuana yang berarti Lucas tak boleh berjodoh dengan perempuan sembarangan. Apalagi, usia pria itu sudah lebih dari cukup untuk berkeluarga. Ibunya juga mengungkit tentang petualangan asmara Lucas yang selama bertahun-tahun ini dibiarkan oleh Martha dan Rudolf. Kini, saatnya Lucas untuk lebih serius untuk menata masa depan, terutama soal pasangan. Seperti biasa, nama Quentin ikut disebut-sebut sebagai bahan perbandingan. Hal itu cuma membuat Lucas makin gerah saja. Akan tetapi, dia tertarik dengan salah satu kalimat ibunya.

"Kalau masih nggak cocok juga, Mama akan ngalah. Kamu akan dikasih kesempatan untuk nyari sendiri pasanganmu. Tapi, tetap aja nggak boleh sembarangan. Mama dan Papa nggak tertarik punya menantu yang cuma modal cantik dan badan ceking doang. Sekali lagi, karena kita ini keluarga Chakabuana."

Hmmm, ibunya memang berniat menjodohkan Lucas dengan seseorang. Namun, paling tidak, kali ini Martha berterus terang. Tidak "menjebak" Lucas seperti saat mereka bersua di Candrasa.

"Ma, kenapa sih tiba-tiba tertarik untuk ngurusin soal jodohku? Biasanya, Mama nggak peduli aku kencan atau jalan sama siapa," cetus Lucas, agak penasaran. "Umurku belum tua, Ma. Bulan depan baru tiga puluh tahun."

"Bukannya nggak peduli, tapi Mama bebasin kamu untuk bersenang-senang. Tapi, semua itu ada jatuh temponya, Luc. Setahunan ini, Mama juga ngeliat kamu nggak pernah lagi wira-wiri bawa cewek bule. Mama rasa, kamu sendiri udah mulai jenuh main-main, kan?"

Martha ada benarnya. Lucas memang sudah jenuh dengan hubungan singkat tanpa kejelasan itu. Dia pun tak ingat pernah benar-benar jatuh cinta pada salah satu gadis yang dikencaninya. Meski demikian, Lucas tetap saja merinding ketika mendengar ibunya melisankan kata "bersenang-senang". Dia tak bisa menahan diri untuk menebak-nebak apa batasan dari bersenang-senang versi Martha.

"Luc, kalau kamu nggak sreg sama pilihan Mama, kamu boleh nolak. Kamu juga dibebasin nyari pasangan sendiri. Tapi, tetap ada syaratnya. Jangan asal comot cewek nggak jelas hanya untuk bikin Mama dan Papa jengkel."

Bidadari Badung | ✔ | Fin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang