Ekspresi Arwen susah dijelaskan. Namun, uniknya, membuat Lucas gemas. Lelaki itu bertanya-tanya sendiri, mengapa mendadak dia ingin mencium Arwen? Itu hasrat yang bodoh, kan? Tangan kanan Lucas bahkan sudah terangkat untuk menarik perempuan itu ke arahnya. Syukurnya, di detik-detik krusial itu, akal sehat Lucas menampakkan diri. Hingga dia bisa menggerakkan tangannya ke arah yang berbeda. Meski tidak jauh-jauh dari Arwen.
Telunjuk kanan Lucas menyentuh kening Arwen sebelum bergerak turun hingga ke ujung hidung perempuan itu. Lucas tak tahu, siapa yang lebih terkejut di antara mereka karena ulahnya. Dirinya atau Arwen? Atau si pegawai restoran yang masih menunggu mereka menuntaskan pesanan?
"Udahlah, jangan protes melulu. Jangan larang aku nambahin pesanan dan bayar semuanya. Anggap aja traktiran makan malam," sergah Lucas. Dia kembali menumpukan perhatian pada gadis yang bertugas mencatat pesanan mereka. "Bisa dibaca ulang pesanan kami?"
Gadis itu menurut. Lucas mendengarkan dengan penuh konsentrasi sebelum mengangguk. Tidak ada pesanan yang terlewat. Arwen pun tidak lagi mengajukan protes. Hanya saja, perempuan itu menolak mentah-mentah saat Lucas kembali hendak memesan jus semangka.
"Luc, perutku kembung kalau kamu pesanin jus semangka lagi. Udah minum dua porsi seharian ini," protes Arwen.
"Oke, batal pesan jus semangka," Lucas mengalah. Lelaki itu menarik tangan Arwen, menghela perempuan itu ke salah satu meja. "Dari sini, rumah keluargamu masih jauh, Wen?"
"Nggak, sekitar dua ratusan meter dari restoran ini, belok kanan. Dari situ, nggak jauh lagi."
Mereka duduk bersebelahan di bangku panjang yang diperuntukkan bagi orang-orang yang menunggu pesanan untuk dibawa pulang. Di situ, ada seorang pengemudi ojek online yang sedang menekuri gawainya.
"Omong-omong, kamu kok hafal makanan sunda, sih?"
Lucas mengangkat alis. "Kamu kira karena mataku biru, cuma bisa makan pasta? Enak aja! Aku doyan makanan Indonesia, cuma nggak kuat kalau pedas. Omaku malah lebih keren. Mungkin karena memang seumur hidup tinggal di sini dan memang dibiasain. Bule tulen tapi tiap hari kudu makan nasi. Nggak masalah juga sama makanan pedas. Malah doyan," ujarnya.
Pada saat bersamaan, ponsel Arwen berbunyi. Lucas tak melewatkan mimik heran perempuan itu ketika melihat layar gawainya. Perempuan itu beranjak dari kursinya ketika mulai bicara di telepon. Telinga Lucas sempat menangkap nama yang dilisankan Arwen. Jemmy.
Lucas tak suka menguping karena itu sama sekali tak sopan. Namun, kali ini adalah pengecualian. Dia rela menyerahkan penghasilan Animal City sebulan penuh asal bisa mendengarkan setiap huruf yang meluncur dari bibir Arwen.
Lucas mendadak kepialu. Mengapa dia menjadi seaneh ini? Apa pentingnya mendengarkan obrolan antara Arwen dengan mantan pacarnya? Sisi rasional Lucas bereaksi seketika, mengingatkan lelaki itu bahwa Jemmy bukan mantan pacar biasa. Melainkan pria yang juga menjadi ayah biologis Saskia. Mantan pasangan seperti apa yang memiliki keterkaitan emosi lebih kuat dibanding orang-orang yang mempunyai buah cinta dari hubungan mereka?
Menarik napas panjang, Lucas menegur dirinya sendiri. Dia tak perlu berubah menjadi manusia abnormal yang mencemaskan isi perbincangan Arwen dengan mantan calon suaminya, kan? Toh, perempuan itu cuma teman bagi Lucas.
Berusaha membuat dirinya sibuk, Lucas memilih mendatangi meja kasir untuk membayar makanan yang dipesannya. Si kasir harus menelepon ke bagian dapur untuk memastikan semua pesanan Lucas tersedia sebelum melakukan transaksi. Gadis yang tadi mencatat pesanan Arwen dan Lucas pun sempat tergopoh-gopoh ke kasir untuk menyerahkan bon pesanan mereka.
Setelah urusan pembayaran selesai, Lucas kembali ke tempat duduknya. Tak lama setelah itu, Arwen pun duduk di sebelah kiri pria itu. Wajahnya tampak kesal. "Kenapa?" tanya Lucas, tak sanggup menahan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Badung | ✔ | Fin
ChickLitSeumur hidup, tak ada yang pernah mengira bahwa Lucas adalah seorang gigolo. Pria ini malah dianggap sebagai playboy karier yang selalu memacari model-model bule. Hingga Lucas bertemu perempuan sintal bernama Arwen yang ingin menyewa "jasa"-nya.