Love Is On The Way (2)

10.4K 2.2K 261
                                    

Tawa geli mereka memeriahkan dapur. Namun sesungguhnya Arwen merasa tak nyaman dengan kata-kata adiknya. Tampaknya, sandiwaranya dengan Lucas sukses besar. Hingga Breanna mengira Arwen dan Lucas sedang saling tergila-gila. Bukankah ini bisa menciptakan masalah baru nantinya?

"Balik lagi soal Reza. Heran deh, Kak Margo kok bisa milih dia. Kayak nggak ada laki-laki lain aja di dunia ini. Cakep, sih. Mobilnya pun bagus. Tapi, itu dua hal yang nggak menjamin bakalan bahagia. Liat aja sikapnya selama di sini. Kurang menghargai tuan rumah, dalam hal ini Ibu dan Ayah," cerocos Breanna dengan nada tak puas.

Arwen menjawab, "Namanya cinta, Bre. Nggak pernah ada alasan rasionalnya."

"Hmm, iya juga, sih. Kayak kamu waktu cinta setengah mati sama Jemmy," sambar Breanna.

Arwen berdeham. "Jemmy itu tetap tergolong laki-laki baik lho, Bre. Dia juga bertanggung jawab banget. Minusnya cuma satu...."

Breanna menukas, "Aku tau. Dia berengsek kalau berkaitan sama kamu, Kak. Saking cintanya, sampai kayak terobsesi. Tapi baguslah karena kamu nggak goyah. Karena kamu bakalan terjebak dalam hubungan toxic sama laki-laki model gitu. Dia nggak akan pernah beneran ngasih kamu kebebasan. Baru bilang nemenin Lucas nyari rumah aja, udah gitu reaksinya. Berlebihan banget."

Fokus Arwen sedang terpecah, karena itu dia memilih tak menanggapi kata-kata adiknya. "Jadi, kapan kamu mau ngenalin pacarmu?"

"Masih lama, Kak. Belum ketemu yang oke. Kalau Lucas bisa dikloning, aku sih mau satu," gumam Breanna sembari tertawa.

"Lucas itu limited edition, Bre," respons Arwen tanpa pikir panjang. "Nggak bisa dikloning."

"Jiah, ada yang posesif."

"Apaan, sih?" balas Arwen jengah. "Kalau tau bakalan diledekin sama kamu, mending tadi aku nggak datang ke sini."

"Jangan main ngancem dong, Kak! Cuma diledekin gitu aja nyalinya udah ciut. Kenapa nggak mikirin poin positif karena kamu datang ke sini ngajak Lucas? Nggak ngeliat gimana senangnya Ibu? Cuma, nggak diomongin aja terang-terangan. Ayah pun sama. Tapi karena berbakat jadi orang misterius, Ayah jago menyamarkan perasaannya."

Kalimat adiknya menusuk dada Arwen. Dia pun seolah terbangun dari tidur panjang yang menjeratnya dengan mimpi indah. Di dunia nyata, Arwen menghadapi masalah serius. Karena tampaknya sandiwara yang dirancangnya dengan Lucas, sudah memberi efek terlalu jauh. Seharusnya, Arwen memang tak pernah mengajak lelaki itu ke rumahnya. Karena tanpa menyadari dampaknya, dia sudah memberi harapan palsu pada Verra dan Adrian. Orangtua Arwen pasti mengira jika putri sulungnya sudah menemukan pasangan yang tepat.

Arwen tahu, dia harus melakukan sesuatu. Ini saatnya untuk berhenti. Sebelum kian dalam kekecewaan yang bisa dirasakan oleh orang-orang sekitarnya. Arwen harus realistis dan berpijak pada kenyataan.

Arwen dan Lucas bertahan di rumah orangtua perempuan itu hingga pukul sembilan. Mereka semua berkumpul di ruang tamu, mengobrol dengan riuhnya. Reza, yang seharusnya menjadi bintang utama, tenggelam dalam dunianya sendiri. Mengingat ketertarikan pacar Margo itu pada ponselnya, Arwen curiga jika Reza sudah kecanduan gadget. Mungkin, laki-laki itu harus diterapi.

Bagaimana dengan Lucas? Laki-laki itu mengobrol dengan Verra dan Breanna tentang banyak hal. Sesekali, Adrian pun ikut terlibat. Bahkan, Margo pun tak tahan untuk berdiam diri. Gadis itu beberapa kali bertanya tentang Animal City. Justru Arwen yang lebih banyak menjadi pendengar sekaligus penonton.

Meski begitu, otak Arwen sedang bekerja keras. Dia tidak tahu cara terbaik untuk bicara dengan Lucas tanpa membuat hatinya sendiri sakit. Yah, Arwen tak mencemaskan reaksi Lucas karena pria itu adalah orang yang santai yang mudah diberi pengertian. Namun Arwen khawatir pada dirinya sendiri.

Bidadari Badung | ✔ | Fin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang