Radioactive

15.5K 2.2K 45
                                    

Acara lamaran itu diselenggarakan setelah magrib. Arwen tak mau telat karena akan membuatnya kembali menjadi pusat perhatian, bukan dalam cara yang mengasyikkan. Keluarga besar Verra selalu kreatif jika sudah berurusan dengan segala bentuk penindasan. Karena alasan itu, dia sudah mengantar Saskia ke rumah Jemmy sejak pukul lima. Gadis cilik itu akan menginap di rumah ayahnya.

Arwen dan Jemmy menyusun jadwal yang melibatkan Saskia dengan cukup teliti. Ada hari-hari tertentu yang sengaja mereka habiskan bertiga. Jemmy sendiri rutin mendatangi tempat Saskia dititipkan untuk makan siang, beberapa kali dalam seminggu. Tak jarang lelaki itu menemui putrinya di kediaman Arwen.

Baru beberapa bulan terakhir ini Arwen mengizinkan putrinya menginap di rumah Jemmy sesekali. Bukan karena dia cemas lelaki itu tak bisa menjaga Saskia dengan baik. Melainkan karena anak itu kesulitan tidur jika tak ada ibunya. Belakangan ini, Saskia mulai bisa dilepas untuk bermalam bersama ayahnya.

"Kamu nggak mau kuantar?" Jemmy menawarkan jasanya saat Arwen pamit.

"Nggak usah, aku bawa mobil, kok." Arwen melihat putrinya yang sedang fokus menyusun puzzle sembari duduk di karpet. "Kalau ada apa-apa, telepon aku ya, Jem," pesannya.

"Memangnya bakalan ada apa? Kamu kadang terlalu banyak mikirin hal-hal yang nggak penting." Jemmy tertawa kecil. "Eh iya, Mama tadi nelepon. Katanya, kapan kamu mau bawa Saskia main ke rumah? Semua kangen sama anak itu."

Arwen berpikir sesaat. Menghitung dalam hati sudah berapa lama Saskia tak bertemu salah satu nenek dan kakeknya. "Besok?"

"Oke."

Arwen menyetir menuju rumah orangtua Sati sembari memikirkan hubungannya yang unik dengan Jemmy dan keluarganya. Dia memang tak pernah menikahi lelaki itu. Akan tetapi, semua anggota keluarga Jemmy selalu menyambutnya dengan tangan terbuka. Sebenarnya, itu bisa menjadi alasan kuat untuk menikahi ayah biologis putrinya.

Sayangnya, Arwen tak bisa melakukan itu. Dia tak peduli meski keputusannya dikritik banyak orang. Bukan baru sekali dia dituding egois karena tidak mempertimbangkan kepentingan Saskia.

Arwen menolak memaksakan diri untuk menjalani sesuatu yang dia tahu takkan memberinya kebahagiaan. Seisi dunia boleh saja bersikeras bahwa Jemmy adalah pria terbaik sekaligus ayah yang hebat. Belum lagi keluarga pria itu yang siap menerima Arwen tanpa syarat. Sayangnya. Perempuan itu tidak bisa menjadikan semua itu sebagai alasan untuk menikah dengan Jemmy.

Dia tak memiliki cinta lagi untuk Jemmy. Arwen tak mau hidupnya menderita karena hidup bersama orang yang tak dicintainya. Meski Jemmy sendiri mengaku bahwa perasaannya tak berubah, masih sama seperti lima tahun silam.

Arwen tiba di rumah megah milik keluarga sepupunya itu tepat waktu. Berada di area Ciawi, orangtua Sati tinggal di sebuah perumahan mewah bernama The Village. Setiap tamu harus melewati pemeriksaan berlapis. Arwen bukan berasal dari keluarga miskin, tapi dibanding semua saudara ibunya, mereka tergolong sederhana.

Halaman rumah yang cukup luas itu sudah dipenuhi banyak mobil. Demikian juga tepi jalan di dekat pintu gerbang. Bisa dibilang, acara lamaran hari ini hanya sebagai formalitas belaka. Karena kedua calon mempelai sudah mematangkan rencana pernikahan dan resepsi di Ubud, satu bulan lagi.

Sati memiliki saudara kembar yang memiliki kepribadian bertolak belakang, Shawna. Jika Sati tergolong pendiam, serius, sangat suka belajar, Shawna adalah kebalikannya. Dulu, Shawna adalah teman Arwen melakukan berbagai "kejahatan". Hingga Arwen hamil. Mereka pun dijauhkan, terutama oleh ayah Shawna yang melarang keras putrinya dekat-dekat sepupunya. Seolah Arwen adalah wabah penyakit menular yang mematikan. Sejak itu, mereka nyaris putus kontak, hanya bertemu sesekali.

Bidadari Badung | ✔ | Fin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang