CHAPTER 30

128 13 31
                                    

"Hah? Dokter serius? Gak mungkin saya mengalami penyakit itu!" Jawab Nelson yang mencoba meyakinkan jawaban dari dokter.

"Maafkan saya, emang itu sudah menjadi kenyataan. Saya hanya memberikan apa yang saya periksa tadi" jawab dokter.

Muka Nelson seketika pucat, ia tidak menerima kenyataannya saat ini, rasanya ingin mengeluarkan air mata sebanyak-banyaknya, tapi Nelson tetap menahannya.

Nelson keluar dari ruang pemeriksaan sambil membawa kertas yang dokter tersebut kasih, kertas itu adalah kertas yang memberi tahukan penyakit Nelson.

"Gimana gua bilang ke mereka?.." Batin Nelson.

----


Sesampainya Nelson di depan rumah, pikiran Nelson semakin bingung, saat ini Nelson sama sekali tidak terima dengan penyakitnya.

"Eh Nelson, kata dokternya apa?" Jawab Adit langsung menghampiri Nelson yang baru datang.

"Umm... Kata dokter gua cuman kecapean doang dit" jawab Nelson ragu.

"Ohh, ya udah lu istirahat aja nel" suruh Adit.

Nelson mengangguk lalu berjalan ke arah anak tangga, satu persatu ia naik dengan anak tangga tersebut.

Adit menghampiri Erpan yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi.

"Pan.." panggil Adit.

"Hm?" Jawab Erpan dengan posisi masih menghadap ke televisi.

"Lu masih pikirin Alliya?" Tanya Adit berusaha bertanya baik-baik dengan Erpan.

"Gak tau dit" jawab Erpan yang masih menghadap ke arah tv.

"Saran gua ya pan, lu gak usah hubungin si Alliya lagi. Kalo perlu lo blokir aja kontaknya" saran Adit sambil menyodorkan handphone Erpan ke tangan Erpan.

Erpan membalikan pandangannya ke tangan Adit. Erpan langsung mengambil handphonenya, dan melakukan saran Adit.

"Riri mana?" Tanya Erpan pada Adit.

"Tuh, lagi makan" jawab Adit sambil menunjuk Riri yang sedang makan dengan tenang.

Erpan bangun dari posisi duduknya dan menghampiri Riri yang sedang makan.

"Eh kak Erpan" ucap Riri saat melihat Erpan berada di hadapannya sedang duduk.

"Kak Erpan gak makan?" Lanjut bicara Riri.

"Gak, lanjutin aja makannya ri" jawab Erpan.

"Ya udah"

"Ri.." Erpan membuka suara.

"Iya?" Jawab Riri sambil mengubah pandangannya ke wajah Erpan.

"Kemarin lu liat?" Tanya Erpan.

"Liat apa?" Tanya Riri kembali.

"Yang gua berantem.." jawab Erpan.

"Eee.. Liet, emang kenapa kak?" Tanya Riri lagi.

"Maaf ya ri"

"Hah? Maaf kenapa kak?" Tanya Riri bingung.

"Lo pasti takut dan gak ngerti apa apa kan disitu?" Tanya Erpan lagi.

"Iya sih.." jawab Riri menunduk.

"Maaf ya" Erpan mencoba meminta maaf.

"Kok kak Erpan minta maaf sih?" Tanya Riri yang semakin di buat bingung.

"Di maafin gak?" Tanya Erpan kembali.

"Iya deh" jawab Riri yang masih bingung, entah apa yang di maksud Erpan.

Erpan bangun dari posisi duduknya lalu menghampiri Riri, dan tiba tiba Erpan langsung memeluk Riri.

"Kak er-"

Omongan Riri terpotong ketika Erpan mengubah posisinya yang sekarang berhadapan wajah.

"Ri, gua mohon jangan pergi dari hidup gua" Erpan berucap dua mata dengan Riri sambil memegang bahu Riri.

Riri menaikan sebelah alisnya, ia semakin di buat bingung dengan omongan Erpan.

"I-iya kak Erpan" Riri hanya menjawab omongan Erpan dengan keadaannya masih bingung.

----


NELSON POV'S

Aku duduk di pojokan kasur sambil mengusap kepala ku yang sedikit sakit, Aku masih tidak terima dengan kenyataan ini. Air mataku rasanya ingin keluar, dan benar saja air mataku benar keluar.

Aku menangis hebat, semua air mataku kukeluarkan. Aku tidak berfikir ternyata aku mempunyai penyakit seperti itu, ku taruh kertas dari dokter di saku celana ku.

Aku menjenggut rambut di kepala ku, rasa pusing di tambah dengan tangisanku itu sangat sakit. Mataku perih karena saking banyaknya air mataku yang mengalir.

Aku ingin menutupi semua ini dari teman-teman ku, aku bingung bagaimana caranya aku memberi tahu teman-temanku.

Rasa pusingku semakin sakit, aku terus menjenggut rambut di kepalaku sambil sesekali memukul tanganku kedinding, Cobaan ini begitu berat bagi ku.

Aku berusaha menghentikan tangisanku agar penghuni rumah tidak ada yang tau. Air mata sedikit demi sedikit aku usap dan menenangkan diriku.

Aku terdiam, memejamkan mataku, berusaha menghentikan tangisanku. Sedikit demi sedikit rasa pusing itu hilang.

Aku mengambil handphone ku dari saku celanaku, mengecek apakah ada notifikasi muncul. Aku melihat akun sosial mediaku di penuhi tanda tanya oleh fansku, mengapa aku tidak upload video baru di YouTube.

Pertanyaan itu aku diamkan. Aku mulai lelah, aku ingin beristirahat, dan ya mungkin malam ini aku akan tidur di kamar Erpan.

----


Keesokan paginya, Erpan lebih dulu bangun dari pada biasanya. Erpan berjalan kearah dapur untuk mengambil segelas air putih.

Beberapa menit kemudian saat Erpan kembali ke ruang tamu, Erpan melihat teman-temannya yang sudah bangun.

"Lho? Baru aja gua ngambil minum kalian udah bangun" ucap Erpan sambil duduk di sofa.

"Iya lah" jawab Adit.

"Tumben lu bangun cepat pan?" Tanya Zen.

Erpan menjawab dengan menaikan kedua bahunya sambil meminum segelas air putih.

Pandangan Erpan melihat Riri yang sedang mengucek kedua matanya sambil tersenyum.

"Eh, udah pada bangun" ucap Nelson dari atas tangga.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Erpan, semuanya di buat terkejut dan membalikkan pandangannya ke arah pintu.

"Siapa si anjir pagi-pagi ada yang ketuk pintu" saut Adit.

"Mana gua tau, coba pan buka pintunya" suruh Zen.

Erpan berjalan kearah pintu lalu membukakan pintunya, ia melihat wanita berparuh bayah tepat berdiri di depannya.

"Eh? t-tante?!" Jawab Erpan terkejut.

TBC


Yeay sehari dua kali update:v gimana sama chapter yang ini? Panjang? Pendek? Ngebosenin?:v dan mungkin dikit lagi cerita ini bakal selesai, tapi gak tau berapa chapter lagi.

Accidentally || Erpan1140 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang