CHAPTER 22

99 15 0
                                    

Zen melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 5:34. Zen bangun dari posisi duduknya, lalu berjalan menuju dapur. Niatnya hanya untuk memasak makanan untuk nanti malam.

"Gue masak dulu ya" pamit Zen pada temannya.

"Yang enak Zen, biar si Riri cepet sembuh" saran Adit pada Zen.

"Pasti dong" Zen yang memberikan keyakinannya pada Adit.

"Ri kepalanya masih pusing?" Tanya Erpan pada Riri.

"Sedikit kak" jawab Riri sambil memegang keningnya.

Erpan mengelus rambut Riri dengan lembut, ia merasa kasihan Riri harus sakit, karena Erpan sama sekali tidak tahu orang tuanya ataupun tempat tinggalnya.

"Nel, emang lo gak di cariin sama orang tua lo nginep disini?" Tanya Erpan pada Nelson.

"Gak, kan orang tua gue lagi di luar kota" jawab Nelson yang pandangannya masih melihat layar handphonenya.

"Kalau lu Zen, dit?" Tanya Erpan kembali pada Zen dan Adit.

"Lah kan lu tahu sendiri pan, kita berdua kan di rumah gak ada siapa siapa" jelas Adit pada pertanyaan Erpan.

"Oh iya, gue lupa hehehehe" jawab Erpan sambil menggaruk belakang kepalanya.

Erpan mengambil handphonenya dari saku celananya. Ia membuka aplikasi chat WhatsApp, ia mulai memberi pesan pada Alliya.

Alliya


Erpan:

Alliya

Kamu masih tidur?

Al?

Erpan terus mengirim pesan pada Alliya, namun tak ada jawaban, Padahal handphonenya aktif.

Erpan heran, mengapa Alliya tidak membalas chatnya?. Tapi dia tetap berfikir positif pada Alliya.

"Eh gue mau keluar dulu ya, mau cari udara segar" pamit Nelson pada teman-temannya.

"Jangan lama lama pulangnya, entar nyasar lagi lonya" pesan Erpan yang seakan-akan memberi lawakan.

"Emang gue anak kecil" jawab Nelson sambil memakai Hoodie nya.

Nelson pun keluar dari rumah Erpan, ia hanya ingin berkeliling komplek untuk mencari udara, karena yang pasti dia bosan hanya dirumah saja.

Satu demi satu ia melangkah, berjalan santai sambil memasukan tangannya ke saku celananya. Ia tidak ingin kemana-mana karena hari memang sudah mulai malam.

Tiba-tiba Nelson melihat penjual es krim, rasanya ia ingin membelikan Riri es krim, tapi Nelson tahu bahwa Riri sedang sakit jadi tidak cocok untuk keadaannya saat ini.

----


"Udah matang nih masakannya!" Zen yang memberi tahukan teman-temannya.

"Masak apa Zen?" Tanya Erpan pada Zen sambil melihat meja makan.

"Yang simpel aja dulu, ayam goreng" jawab Zen sambil menaruh sepiring lauk di meja.

"Lah dapet ayam dari mana lu?" Tanya Erpan yang heran.

"Tadi gue liat di kulkas ada ayam, ya udah gue masak aja" jawab Zen santai.

"Hmm.. oh iya kan waktu itu gue beli ayam ya" fikir Erpan.

"Ayo makan ri" ajak Adit pada Riri.

Riri berusaha bangkit dari duduknya, berharap rasa pusingnya tidak muncul lagi. Syukurlah rasa pusing di kepalanya sudah hilang.

Riri duduk di samping Erpan, dirinya masih sangat lemas, nafsu makannya pun serasa hilang.

"Masih pusing ri?" Tanya Erpan sambil mengecek keadaan Riri.

"Udah gak kok kak, udah mendingan juga kok" Riri memberi kepercayaan pada Erpan.

Tiba tiba ada suara hentakan kaki yang masuk kedalam ruang dapur, memunculkan seorang lelaki dengan kacamata hitamnya.

"Gue pulang" Nelson masuk menghampiri teman-temannya yang sedang makan.

"Nah pas banget Nelson udah pulang, nih udah jadi masakannya" sambut Zen yang melihat Nelson berdiri di dekat meja makan.

TBC





Accidentally || Erpan1140 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang