25. Revisi

24 5 6
                                    

**

"Makasih," ucap Audy lalu turun dari motor Cakra. Audy melepas helmnya lalu memberikannya kepada Cakra. Tak lupa Audy mengembalikan jaket Cakra yang sejak tadi ia kenakan.

"Gue udah ganteng, baik lagi. Perfect banget kan?" gumam Cakra.

"Bodo amat." ujar Audy tak peduli.

Cakra hanya mencebikkan bibirnya dan menatap sinis Audy. Dasar cewek aneh. Audy memang benar-benar cewek aneh sejagad raya. Baru kali ini Cakra bertemu dengan spesies macam ini dibumi. (Halah lebay amat lo Cakra wkwk.)

"Lo mau makan sendirian?" tanya Cakra.

"Iya,"

"Butuh temen gak?" tanya Cakra mengajukan diri. Kali ini urat malu Cakra benar-benar putus. Anehnya saat bersama Audy ia menjadi sosok yang berbeda, ia menjadi tak terlalu dingin karena ya sifat dinginnya sudah terkalahkan oleh Audy.

"Gak."

"Yaudah. Gue mau makan juga, gue laper."

"Bodo." jawab Audy singkat.

"Gue juga yakin lo pasti gamau kan kalo jadi obat nyamuk." ujar Cakra membuat Audy mengerutkan dahinya. Maksudnya apa?

"Tuu, liat." Cakra menatap lurus ke arah kafe matanya memperlihatkan dua siswa SMA yang tengah mengobrol santai. Pandangan Cakra diikuti oleh manik mata Audy.

Mita sama Leon, ngapain? batin Audy.

"Yaudah ayo," ucap Audy.

*

"Gue nginep di rumah lo deh," ujar Mita.

"Iya udah lama juga gak nginep." balas Audy lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Diikuti Mita dari belakang lalu Mita duduk di meja belajar Audy. Mita melihat poto yang ada di pigura yang menyajikan gambar mereka bertiga yang tertawa lepas. Mita ingat dengan benar poto itu di ambil saat Mereka selesai melakukan ujian semester saat kelas sepuluh.

"Iya biasanya kita bertiga." ujar Mita lesu.  Audy menyadari perubahan Mita lalu bangkit dan menutup poto itu.

"Udah lah jangan terlalu dipikirin."

"Iya."

Saat di cafe Audy dan Cakra gabung bersama Mita dan Leon berakhir dengan makan tanpa perbincangan apapun. Hanya Leon dan Cakra yang tampak ribut namun Audy dan Mita diam. Lalu Mita pamit disusul Audy. Sampai akhirnya Mita berakhir di rumah Audy dan memutuskan untuk menginap.

Dulu mereka sering menghabiskan waktu di rumah Audy, namun sekarang hanya ada mereka berdua. Itu sudah cukup membuat sepi.

"Audy--" Mita menggantungkan ucapannya. Mita tak tahu apakah ia harus mengatakannya sekarang atau tidak. Namun, setelah ia pikir ini belum saatnya. Lagi pula Mita tak mau menambah beban Audy. Gadis itu sudah cukup memiliki banyak masalah, ia tak mau jika masalahnya malah memperkeruh pikiran Audy.

"Mau ngomong apa sih? Gue tungguin juga." ujar Audy yang sudah penasaran. Mita hanya menyengir sambil menggelengkan kepalanya.

"Yaudah deh, gue mau mandi dulu." ujar Audy.

"Iya sana. Bau lo kayak kentut kuda."

"Kan anjir." ujar Audy sambil melempar bantal ke arah Mita.

*

Malam ini Cakra dan teman-temannya sedang berkumpul di markas. Mereka hanya nongkrong seperti biasa. Lagipula akhir-akhir ini tak ada anak motor lain yang mencari gara-gara dengan mereka.

"Brian. Jadi gimana hubungan lo sama Mita. Memang udah bener-bener berakhir?" tanya Leon tiba-tiba. Brian yang tengah menyeruput pop mie pun menghentikan makannya. Brian memperhatikan Leon.

"Lo kesambet apaan? Kok ngurusin idup orang." tanya Brian balik.

"Nanya doang, aelah."

"Eh, tapi iya, gue juga penasaran. Jadi kalian bener-bener udah kandas?" tanya Cakra yang ikut penasaran.

"Gue udah kelar sama dia." Brian kemudian menyeruput mienya kembali. "Kenapa ada yang mau ngambil bekas gue?"

"Boleh juga." ujar Leon.

"Lo serius?" tanya Brian.

"Gataulah,"

"Setau gue Mita itu cuma cewek manja yang apa-apa harus diturutin, gue gasuka cewek kayak dia. Bukan type gue banget, lemah." ujar Brian. "Mending lo mikir dua kali kalo mau sama dia."

"Haha, iyalah gue tau. Type lo cewek tomboy kayak SAHABAT MITA itu kan?" ucap Leon dengan sengaja menekankan kata sahabat untuk menyindir Brian. "Satu lagi, Mita mungkin memang cewek manja tapi satu hal yang gue tau, dia itu tulus. Lo bakal nyesel karena udah buang dia."

"Lo belain dia? Kenapa? Lo suka sama dia?"

"Terus kenapa kalo gue suka sama dia?"

Dimas dan Cakra menyadari keadaan yang mulai dingin.

"Leon, balapan yuk." ajak Dimas.

"Ogah ah, udah tau gue kalah terus kalo sama lo. Jangan turunin kepercayaan diri gue dong." ucap Leon malas.

"Diantara kita bertiga, cuma lo doang yang gak pernah bahas cewek, lo masih normal kan?" tanya Brian kepada Dimas. Leon pun tertawa dengan keras.

"Kalian berdua, ayo balapan."

"Santuy dong mamang." ujar Leon, sambil mengambil kunci motornya. "Gue mau balik,"

"Anjir lo, gue kira lo mau balapan." ujar Brian.

"Lo aja deh, kalo balapan juga udah tau gue siapa yang bakal menang." ujar Leon lalu pergi meninggalkan mereka.

Cakra duduk lalu melanjutkan game nya bersama dengan Dimas. Mereka menghabiskan waktu dengan bermain game malam ini. Tak apa untuk mengusir rasa bosan daripada tak ada sama sekali.

"Gimana hubungan lo sama Audy." tanya Brian. Mendengar nama Audy membuat Dimas sedikit tertarik untuk mendengar obrolan itu lebih lanjut.

"Tawar. Kayak es batu," balas Cakra acuh. "Lagian ada ya cewek es kayak dia, aneh si kadang gue mikir dia itu mahluk apa gitu kadangan lembut, kadang dingin, kadang peduli, kadang cuek. Pusing deh."

"Yaudah nyerah aja, kasih mobil lo ke gue." seringai Brian.

"Enak aja, ga ada kata menyerah dalam hidup gue. Apalagi buat naklukin cewek. Big no!" jelas Cakra.

Dimas hanya mendengarkan obrolan mereka tanpa ingin menyahut. Dia terus fokus dengan gamenya meskipun sebenarnya ia memperhatikan obrolan antara Cakra dan Dimas.

"Gue menang!" ujar Dimas.

"Aelah, game tai."

"Haha.. Game aja kalah, apalagi permainan nyata," ledek Brian. Cakra tak menggubris. Memang menaklukan hati Audy yang sedingin batu dan setegar karang tak semudah yang ia bayangkan. Tapi disisi lain Cakra pun tak mau kehilangan harga dirinya.

"Brian." Brian menoleh merasa namanya dipanggil oleh Cakra.

"Kasih gue waktu sebulan buat taklukin tu cewek." terang Cakra. Brian hanya mengacuhkan saja, perjanjian awal mereka adalah seminggu, Brian tertawa.

"Gue kasih motor kesayangan gue kalo gue gagal."

Tawa Brian berhenti. Ini serius. What the hell. Apa yang merasukimu Cakra. Bahkan selama ini tak ada yang boleh menyentuh motor kesayangannya siapapun itu termasuk teman-teman terdekat Cakra. Ini benar-benar menarik pikir Brian.

"Oke, deal." ujar Brian menyeringai. "Dalam satu bulan kalo lo gak bisa dapetin tu cewek, mobil dan motor kesayangan lo bakal jadi milik gue."

"Deal."

*

Hmm udah lama gak update pasti kalian lupa alurnya. Hehe maafkan kemalasanku ini ya😂

Kalo absurd dan aneh ya maap deh, ini cuma manusia bumi yang nulis wkwkw.

Menggapai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang