19. Taruhan

36 15 72
                                    

Audy menuruni tangga rumahnya dengan cepat. Ia mulai berlari kecil menuju ke dapur, dan membuka kulkas untuk mengambil air minum. Segera ia menuangkan air mineral ke dalam gelas dan menengguk habis. Siang ini cuaca terlihat terik, mungkin akan sedikit menyegarkan jika menikmati semangkuk es krim. Argh! Benar saja tidak ada es krim di dalam kulkas. Sepertinya Bi Asih lupa membeli stok es krim minggu ini. Sedikit memberitahu bahwa Bi Asih adalah asisten rumah tangga di keluarga Sution. Sudah sangat lama sekali karena saat Audy kecil pun Bi Asih sudah bekerja di keluarga ini.

Audy berniat membeli es krim di supermarket mini kompleks rumahnya. Tidak terlalu jauh, hanya cukup berjalan beberapa menit saja.

----

Dirasa cukup Audy segera keluar dari supermarket dengan membawa seplastik es krim. Tak lupa pula dengan satu buah es krim di tangannya yang ia lahap.

Tin! Tin!

Suara klakson motor berbunyi dari arah belakang. Audy tidak menoleh karena ia merasa sudah berjalan di pinggir jalan. Sampai motor tersebut berada di samping Audy mengirinya. Audy menoleh.

"Kamu Milea ya?" tanya pengendara motor itu sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Gue colok mata lo pakek stik es krim mau?" ucap Audy sambil memakan es krimnya. Lelaki itu hanya terkekeh.

"Mau gue anter enggak?" tanya lelaki itu menawari. Audy hanya menggeleng.

"Gue mau ke rumah lo tau" ucap lelaki itu. Membuat Audy mendelik bertanya-tanya.

"Bokap lo kan balik hari ini" jawab lelaki itu seperti tahu apa yang dipikirkan Audy. Membuat Audy berhenti berjalan. Argh! Benar sekali hari ini ayahnya pulang. Lelaki itu pun menghentikan motornya, kemudian menoleh ke arah Audy.

"Ayo bareng"

---

Audy segera berlari memasuki rumahnya. Meninggalkan lelaki di belakangnya yang sedang memarkirkan motornya. Benar saja ayahnya sudah duduk santai di sofa sambil menonton televisi. Audy memejamkan matanya merutuki kebodohannya karena lupa bahwa hari ini jadwal ayahnya pulang. Audy berjalan menuju dapur tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Darimana?" suara berat ayahnya mengintrogasi. Namun masih setia menatap televisi. Audy berhenti namun tidak kembalikan badannya.

"Toko" ucapnya singkat sambil berjalan ke dapur. Bersamaan dengan itu lelaki di belakang Audy masuk dan duduk di sofa bersama ayah Audy.

"Kamu jangan bawa pengaruh buruk untuk anak saya" ucap Abram tegas. Membuat anak muda di depannya itu tersenyum smirk.

"Kita semua juga tau kok, Om. Apa yang membuat Audy berubah." Jawabnya. "Jadi tolong banget deh, Om. Jangan memutar balikkan fakta gitu"

Abram hanya memandang jengkel. Kemudian ia mengambil dokumen di depannya lalu menyodorkannya. Setelah itu lelaki itu pun pergi tanpa berpamitan. Segera ia keluar dari rumah itu tanpa basa-basi.

"Anak kurang ajar!"

Audy selesai menaruh es krimnya di kulkas. Ia pun segera pergi menuju kamarnya. Namun, ia terpaksa berhenti berjalan padahal baru satu langkah ia menginjakan kakinya di anak tangga.

"Gimana sekolahmu?" tanya ayahnya. Audy tidak menoleh.

"Baik" ucapnya datar.

"Oiya, tentang Pemilihan Putri SMA kamu harus ikut! Jangan buat papa kecewa" tegas Abram.

Audy menoleh. "Kalo Audy gak mau ikut gimana?"

"Kamu harus siap nerima konsekuensinya, segala pilihan akan ada resikonya. Jadi kamu harus pintar menyikapi sesuatu" ucap Abram sambil mematikan televisinya. Ia berjalan ke arah Audy.

Menggapai AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang