•protect her

667 119 44
                                    

Januari,2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Januari,2019

Setelah sedikit berdebat dan melunakkan hati Cakra bahwa laki-laki itu tak perlu terlalu khawatir akan keselamatan Reya, kedua sahabat itu memutuskan untuk kembali ke kampus.

Jujur saja, diboncengi oleh Cakra dengan motor gedenya adalah salah satu hal yang dirindukan oleh Reya. Reya mengutuk mengapa mereka hanya makan di warung yang berada di bundaran pintu masuk kampus? Mengapa tidak ke Semarang bawah saja sekalian, biar jauh dan ia bisa berlama-lama.

Reya menggelengkan kepalanya untuk mengusir harapan tidak jelas itu.

Ayolah Reya.

Jangan terlihat seperti wanita paling menyedihkan di dunia ini, ujarnya pada diri sendiri.

Sesampainya di kampus, prediksi Cakra ternyata benar, kedua dosen yang mereka tunggu belum kelihatan batang hidungnya. Akhirnya mereka memilih untuk menunggu lebih lama lagi.

Moment ini dimanfaatkan Reya dan Cakra untuk bercerita banyak hal, tentang pilihan Cakra yang mulai mengurangi aktifitas manggung bersama bandnya, sekarang ia hanya fokus di studio 722 menciptakan lagu dan mengaransemen musik. Reya pun begitu, ia menceritakan berbagai resep masakan yang berhasil ia buat bersama Mama di rumah.

"Boleh nih gue main ke rumah lo dan nyobain resep nasi bakar lo"

"Biasanya juga ke rumah main nyelonong aja" timpal Reya.

"Gue ajak Wili boleh gak?"

Baiklah, Reya harus terbiasa setiap Cakra menyebut-nyebut nama Wili.

"Boleh banget! Ajak aja, eh tapi dia bolehkan makan yang bersantan gitu?"

"Boleh aja, tapi dikit." Reya hanya mengangguk untuk merespon.

Cakra tiba-tiba saja tertunduk lesu, seperti ada hal yang ingin dia ceritakan tapi berusaha ditahan. Beruntung Reya memiliki perasaan yang sangat peka, ia seperti bisa membaca bahwa ada sesuatu beban yang bertengger di pundak Cakra saat ini.

"Ga...kenapa?" tanyanya lembut.

Cakra menoleh ke arah Reya dan bertanya pada dirinya sendiri, mengapa ia tak bisa mencari orang lain tempat berkeluh kesah?

Padahal ia punya tim studio, rekan-rekan bandnya, atau orang tua, mengapa Cakra harus kembali lagi ke titik awal ketika ia sudah melangkahkan kakinya jauh dari titik itu.

Reya.

Memang niat awal Cakra berkuliah di Semarang supaya dekat dengan Wili, agar bisa menjaga wanita itu jika terjadi apa-apa. Mengubur mimpinya untuk kuliah musik di luar negeri.

Tujuannya hanya untuk Wili.

Namun siapa sangka, bahwa ia akan bertemu dengan Reyana Elara, teman satu jurusan yang sejak pertama kali melihatnya sudah membuat Cakra tertarik.

VRIENDSCHAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang