•that girl

669 125 42
                                    

Oktober, 2018

Cakra

Ada banyak hal yang menegangkan selama hidup gue. Dimulai dari gue nunggu pengumuman juara festival musik pertama waktu SMA, pengumuman penerimaan mahasiswa baru, trauma Reya kambuh, pertama kali gue presentasi analisa wilayah didepan tiga orang dosen killer se-jurusan gue, dan banyak lagi yang gak bisa gue jabarin satu per satu.

Saat ini, kembali gue menghadapi moment yang bisa dibilang paling tegang diantara yang menegangkan.

Bau rumah sakit menyengat di hidung gue, lorong tempat gue berdiri sepi, hanya ada gue dan seorang Bapak yang sama tegangnya dengan gue, duduk dibangku panjang sebelah ruang operasi dengan gak berhentinya berdoa.

"Om.."

Panggilan gue gak direspon pertanda kalutnya pikiran laki-laki paruh baya di depan gue.

"Om William" gue menepuk pundaknya pelan.

"Ya ? Kenapa Cakra ?" Wajah beliau kusut, matanya berkantung karena gue tau semenjak kondisi Wilina –anak cewek semata wayangnya- dinyatakan memburuk, Om William gak pernah tidur nyenyak.

"Om udah makan ? mau aku beliin makan gak om ?"

"Gak usah Cakra, kalo kamu mau makan gak papa, om disini aja nungguin operasinya selesai"

"Gak kok om, tadi aku udah makan" jawab gue jujur.

"Oh.. ya sudah"

Suasana kembali hening.

Willina, orang biasa memanggilnya Wili.

Saat ini dia sedang tertidur di meja operasi dari satu jam yang lalu, karena sedang dilakukan pengangkatan tumor yang bersarang dikepalanya.

Kalau ada yang nanya ke gue "Cak, lo pernah suka sama orang sampe rasanya lo jatuh banget ke orang itu ?"

Mendengar pertanyaan itu, nama Wili yang pertama kali muncul di kepala gue.

Wili adalah teman gue dari kelas satu SMP hingga SMA, hubungan gue dan Wili dibilang pacaran enggak, sahabatan tapi lebih.

Klasik, friendzone mendekati pacar lah sebutannya. Tapi kita berdua gak pernah mempermasalahkan itu, yang penting dia selalu ada buat gue dan begitupun sebaliknya.

Wili anaknya ceria banget, kayaknya kalau ada dia, orang-orang disekitarnya akan ketularan bahagia hanya karena denger dia ketawa. Bawel banget, bandel banget, tapi pinter. Temen gue cabut, temen gue di hukum, temen gue melakukan segala hal.

Gue sayang banget sama yang namanya Wilina Moraria.

Dia pun sama.

Dulu waktu kelas satu SMA, gue sama Wili pernah janji gimana pun keadaannya, kita harus kuliah bareng. Namun diakhir kelas tiga, Wili mulai sakit-sakitan dan dia gak pernah cerita ke gue penyakitnya apa. Sampai suatu hari dia tiba-tiba bilang ke gue kalau dia mau pindah ke Semarang di ajak Papanya yang pindah tempat dinas, Mama Wili meninggal saat ngelahirin dia, dari kecil dia tinggal sama Papanya yang kerja sebagai anggota POLRI.

Itulah alasan kenapa gue milih kuliah di Semarang, supaya gue bisa jagain dia.

Wili gue taruh di tempat teraman agar gak ada satupun yang mengusik dia. Dia gak kuliah karena penyakitnya, jadi Wili memang selalu dirumah setiap hari.

Gak ada satupun yang tau kalau gue menyisihkan waktu gue untuk Wili, nemenin dia dirumah, ngajak dia jalan meskipun cuma sebentar, nonton film bareng, semuanya. Bahkan Reya pun gak tau ada cewek bernama Wili dalam hidup gue.

VRIENDSCHAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang