•music festival

662 128 65
                                    

Desember, 2018

"Gimana, udah cantik belum ?"

"Kamu kan selalu cantik, Wili"

"Bohong banget ! aku nanya serius, gak papa aku seadanya banget ?"

"Ya emang mau gimana lagi sih, mau pake dress ke acara festival musik ?"

"Ya.... ini kan acara gede, aku juga udah lama gak nonton kamu manggung, terus nanti pasti banyak temen-temen kamu, aku kan malu kalo nanti ketemu mereka penampilannya biasa banget gini"

Wili mengerucutkan bibirnya, ngambek. Cakra hanya tertawa melihat tingkah Wili yang sudah heboh sendiri dari tadi pagi perkara memilih baju yang akan dia pakai untuk ke acara festival musik akhir tahun.

Tim studio 722 mendapat undangan untuk mengisi acara puncak festival musik akhir tahun Kota Semarang. Project single yang mereka rilis sangat sukses, dengan cepat lagu yang dinyanyikan oleh Cakra dan Varo di pertengahan tahun lalu menjadi viral dan trending di youtube saat itu.

Wili sangat senang karena diajak Cakra untuk menonton penampilannya. Setelah memastikan kesehatannya kepada dokter Alden dan mendapat izin, Wili langsung kegirangan, memilih baju, sepatu, dan gaya rambut. Terakhir kali Wili diajak Cakra menonton konser adalah waktu mereka SMA, saat itu Cakra masih menjadi anggota band dibawah naungan OSIS SMA mereka. Bisa dibilang, Wili adalah salah satu orang yang sangat berperan penting dalam karir bermusik Cakra, karena Wili yang meyakinkan Cakra untuk terus mengasah bakatnya dibidang tersebut sejak masih berseragam putih biru.

Sudah lama sekali Cakra tidak mengajak Wili untuk menonton penampilannya, ia rasa ini waktu yang tepat, meskipun Wili tidak pernah protes tapi ia paham betul bahwa Wili sudah sangat bosan berbulan-bulan di rumah sakit.

Cakra ingin memberi banyak kenangan menyenangkan untuk di ingat oleh gadis cantik berambut pendek itu.

"Nih, buat jaga-jaga"

Cakra memberikan sebungkus plastik kecil yang berisi beberapa pil. Wili tersenyum sambil menggenggam erat benda yang sudah sangat muak ia lihat.

"Aku bener-bener gak bisa hidup tanpa obat-obatan ini ya?" Cakra sungguh prihatin. Ia mensejajarkan dirinya di hadapan Wili, mengambil kedua tangan wanita itu lalu mengelusnya lembut.

"Kamu pasti sembuh Wili... nanti kamu bisa lari-larian lagi, makan bakso bakar, motoran sama aku dan gak perlu bawa obat-obat itu"

Wili sontak memukul pundak Cakra, "Ck, emang aku anak kecil apa, lari-larian"

"Emang, di mata gue sama Papa lo, lo masih anak kecil"

"Iya dehhhhh. Padahal umur aku udah masuk umur yang pantes nikah"

"Dih, ngomong-ngomong nikah, ngebet ya ?" Menjaili Wili adalah kegiatan favorit Cakra, karena bagaimanapun Wili tak akan pernah menang.

"Ngebet apanya, siapa juga yang mau nikah sama cewek sakit-sakitan kayak aku" kenapa Wili lucu banget sih ? Cakra susah sekali menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi Wili karena merengut dan berakting sedang merajuk.

"Kan ada aku, gak mau nikah sama aku ?" Canda Cakra. Langsung saja muka Wili merona merah, dasar Cakra, selalu berhasil membuat Wili salting.

"Kamu gak ada pilihan, cuma aku doang yang mau nikah sama kamu" ledeknya lagi.

"Dih, anak temen Papa tuh ada yang mau dijodohin sama aku, lulusan akpol, pangkatnya AKP lagi, kerja di divisi narkoba polda jateng, keren kan ?" sahut Wili tak mau kalah, memang dulu Papanya sempat ingin mengenalkan Wili kepada seorang polisi yang bekerja di Polda Jateng -tempat dinas Papa Wili. Namun karena lelaki itu sangat sibuk dan Wili yang selalu keluar masuk rumah sakit, pertemuan mereka tidak pernah terlaksana sampai sekarang. Wili hanya mengetahui nama lelaki itu, Prahasta Cahya Wisanggra.

VRIENDSCHAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang