Love You Rainbow
.
.
.
"Mike!"
"menungguku?"
"aku pikir-"
"jangan banyak dipikirkan, nanti kepalamu sakit, haha... ayo nikmati pesta sekali setahun ini sayang." Mike langsung saja menarik Irin ke tengah aula yang bahkan belum bisa mencerna apa yang ia lihat. Iya, Irin benar-benar belum percaya jika pemuda tampan bak pangeran di depannya itu adalah Mike si gadis tomboy, si poliglot jenius yang berstatus sebagai pacarnya itu.
"Sudah mengaguminya? Ahaha, lagunya sudah berganti. Mari memulai bersama, ini lagu kesukaanku" ucap Mike, tangan kirinya meraih pinggang sang pacar, sedangkan tangan kanannya ditautkan pada tangan kiri Irin, dan reflek tangan kanan Irin memegang pundak gadis yang lebih tinggi satu senti darinya itu.
Instrumen lagu my heart will go on milik Celine Dion sudah mulai terdengar dan menggema diaula megah itu.
Irin hanya bisa diam menunduk malu karena tak berani menatap orang di depannya, namun tubuhnya tetap mengikuti arahan Mike.
"Kenapa menunduk begitu sayang, dibawah tidak ada koin emas. Tatap aku." ucap Mike
"Tidak, aku- aku takut."
"hei, aku bukan monster haha, apa yang mau kau takutkan?" Kedua tangan Mike beralih melingkar pada pinggang Irin, reflek Irin langsung melingkarkan kedua tangannya di pundak Mike.
"Dengar sayang, jika kau takut padaku tolong buat ketakutan itu menjadi ketakutan kehilangan akan diriku." sebelah tangan Mike meraih dagu Irin, membawa wajah Irin untuk menatap manik cokelat miliknya.
"Aku akan berterima kasih pada tuhan karena telah mempertemukan kita, karena mu keajaiban itu datang kehidupku, karenamu aku bisa mengenali siapa diriku, karenamu kehidupanku menjadi berwarna, aku sangat berterima kasih, love you rainbow." ucap Mike lembut, lalu mengecup bibir cherry Irin, melumatnya dengan lembut menyalurkan seluruh perasaannya pada Irin. Tak memedulikan keadaan ruang aula yang masih ramai oleh para siswa-siswi juga guru-guru. Tak sedikit dari mereka yang terharu, senang, kagum bahkan Iri melihat adegan manis itu.
tak lama Mike melepaskan tautan itu, melihat ke arah bibir Irin yang agak bengkak akibat ulahnya, lalu mengusapnya dengan lembut.
Irin tersenyum, namun air matanya malah langsung mengalir deras.
"love you too rainbow."
>>><<<
pesta selesai pada pukul 10 malam, dan pada akhirnya para putri dan pangeran kerajaan harus pulang. Begitu hal nya dengan Hira dan Kira, mereka pulang ke rumah dengan rasa bahagia mereka.
Tak lama, sedan hitam milik Kira sampai di depan pekarangan rumah megah mereka.
"Papa dan mama sudah pulang, bagaimana ini!" Hira terkejut karena melihat mobil yang ia kenal terparkir di depan rumah mereka."ah lebih cepat ternyata. Tenang, kita bisa hadapi. Jangan gugup." Kira menggenggam tangan Hira dengan lembut, menenangkan sang adik tiri yang merangkap juga sebagai pacarnya.
'Cklek'
pintu dibuka oleh seorang wanita yang bukan lain adalah ibu kandung dari Kira."Temui papa kalian." ucap wanita itu dengan nada dinginnya.
Hira menunduk takut sambil mengikuti arah jalan sang kakak ke ruang utama untuk menghadap sang papa yang sudah menunggu dengan wajah dinginnya. Kira yakin pasti papa dan mamanya sudah tau semua kelakuannya.
Kira dan Hira duduk di hadapan papa mereka, Hira menunduk takut sedangkan Kira berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menatap sang papa.
"Kira, apa yang kau lakukan selama mama dan papa pergi?" tanya sang mama yang sudah duduk di samping papa.
Kira masih diam
"Jawab Kira! kau ke bar? kau mabuk-mabukan? kau membuat onar? kau menghabiskan ratusan juta untuk judi? Dan hal yang memalukan lagi, kau memacari adik perempuanmu sendiri?! kau lesbian dengan adikmu sendiri!"
"ma."
"APA KAU KIRA KAMI TIDAK TAU APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN HAH! AKUI SEKARANG KIRA!" bentak mama yang sudah bangkit dari duduknya. Kira pun ikut bangkit.
"YA AKU MENGAKUINYA, AKU MENGAKU DAN AKU MINTA MAAF ATAS KEONARAN YANG KUBUAT. TAPI APA SALAHNYA JIKA AKU MENCINTAI HIRA!"
'plak'
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi mulus milik Kira yang kini mulai memerah. Hira menutup mulutnya terkejut, ia sangat ketakutan sekarang.
"APA LAGI YANG KAU LAKUKAN SELAIN MENCIUMNYA! MAKING OUT, DASAR ANAK TAK TAU DIRI! AKU MALU PUNYA ANAK SEPERTIMU!"
"KALAU MALU KENAPA KAU TIDAK MEMBIARKAN AKU PERGI DENGAN AYAH! KENAPA?! KENAPA TIDAK MEMBUNUHKU SAJA?!"
"KIRA! JANGAN MEMBENTAK MAMA MU!" Kini sang papa juga ikut membentak.
"TIDAK, KAU TIDAK MENGERTI, KAU BUKAN AYAH KANDUNGKU, JADI KAU TAK MENGERTI INI!" bentak Kira lagi.
"Kira, siapkan semua barang-barang mu. Mama akan mengirim mu ke sekolah asrama di London. "
Kira menghela nafasnya lalu segera pergi ke kamarnya untuk menyiapkan barang-barangnya. Sepertinya ia lebih baik pulang ke kampung halamannya, dan yang paling berat akan meninggalkan cintanya.
Hira ikut masuk ke dalam kamar sang kakak dan langsung memeluk orang yang dicintainya itu.
"Kakak, jangan pergi. Aku mohon." ucap Hira.
Kira terdiam berusaha menahan air matanya yang hampir saja tak terbendung. Tapi ia harus kuat di depan adiknya.
Kira berusaha mengulas senyumnya. Menunjukkan seakan akan dirinya baik-baik saja. Tangan Kira terulur untuk mengusap puncak kepala adiknya.
"Tenanglah ya, aku baik-baik saja. Ingat janjiku, aku akan kembali saat tak ada yang menghalangi kita. Aku janji akan kembali secepatnya, jadi tolong jaga dirimu ya."
"jangan pergi."
"Hei sudahlah, ini tak akan lama."
"Nona Kira, jemputan nona sudah datang." ucap bibi Sari tiba-tiba.
"Baik bi." setelah bibi Sari pergi. Kira langsung menghadap sang adik.
"Dengar, sampai kapanpun hati ini hanya untukmu. Jadi tetaplah percaya padaku, oke." ucap Kira, Hira pun mengangguk dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
'Chu'
Kira mencium bibir Hira, melumatnya semakin dalam. Menyalurkan lagi perasaannya yang tak akan tersalurkan lagi untuk beberapa tahun ke depan.
Semenit berlalu, ciuman itupun terlepas. Kira bangkit dari duduknya lalu mengambil beberapa kopernya meninggal kan sang adik yang masih duduk di ranjangnya.
pintu ditutup Kira, membiarkan sang adik duduk di kamarnya.
"Selamat tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Rainbow[✔]
Romance"Kau tau, aku straight.. aku benci semua hal yang tidak normal sepertimu!" "belajarlah menerima kenyataan, bukan kita yang menginginkan ini. Tapi tuhan yang menakdirkan ini." Cinta itu tak memandang status gender, itu sepertinya memang bukan mitos k...