chapter 24

1.2K 105 0
                                    

Love You Rainbow

.

.

.

Mike mengulas senyumnya saat berjalan di sepanjang koridor rumah sakit. Saking aneh dengan senyuman Mike, para perawat di rumah sakit ini malah menganggap Mike mulai menunjukkan tanda-tanda sakit jiwa.

Tapi nyatanya Mike adalah seorang Ceo muda yang terkenal akan ketampanan dan kekayaannya. Siapa tidak mengenal Mike lagi? anak keluarga Amolong, keluarga konglomerat yang sangat disegani di kota ini. Jangan lupa satu hal, dia adalah calonnya Ariel, salah satu dokter di rumah sakit jiwa ini.

Beberapa perawat yang melewati Mike membungkuk memberi penghormatan dengan sopan. Padahal Mike bukanlah pemilik rumah sakit ini yang harus dihormati. Mike hanyalah pengunjung saja.

Walau agak risih dengan perlakuan para perawat pada dirinya itu. Tapi sekarang hati Mike menjadi begitu lega setelah mengintip kejadian di kamar 21. Mike melihat dengan jelas bahwa perhatian Ariel pada pasiennya itu benar-benar sudah lewat dari batasan dokter dan pasiennya. Aneh, bukannya cemburu, Mike malah senang. Bahagia sekali melihat kejadian itu. Mike pikir mungkin dia mempunyai bibit fudansi atau fujoshi? Tidak, bukan karena itu, Ia merasa memang inilah yang seharusnya terjadi. Lagipula dari dulu Mike memang tidak mencintai Ariel dengan tulus. Kalau saja bukan karena orang tuanya yang meminta ia untuk berpacaran dengan Ariel. Pasti ia tak akan mau berpacaran dengan Ariel.

Karena Mike masih sadar, dia masih menunggu seseorang kembali padanya. Untuk kejadian kamar 21 tadi yang membuat Mike menjadi lega itu benar. Karena Mike tak akan merasa bersalah jika ia benar-benar memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Ariel.

Kenapa tidak dari kemarin-kemarin? Jawabannya ya tidak tega, karena selama ini yang Mike tau Ariel itu sangat mencintainya. Tapi sekarang ia melihat dengan jelas bahwa Ariel sepertinya lebih perhatian pada pasiennya yang satu itu.

Cemburu? Sekali lagi, tentu tidak

Malah Mike senang, ada orang lain yang bisa membuat Ariel mengalunkan suara indahnya, garis bawahi, bernyanyi. Jarang sekali si dokter muda itu berani bernyanyi pada orang lain, bahkan pada Mike. Karena Ariel juga pernah bilang tak akan menunjukkan bakat bernyanyinya itu pada siapapun kecuali orang yang dicintainya.

Maka jelas jika Ariel sudah mencintai Joshua yang notabenya adalah pasiennya sendiri.

Mike mengeluarkan hp dari saku celananya lalu segera menelpon seseorang.

"Abel, aku ada meeting jam berapa?"

"jam 4 tuan, sekitar 3 jam lagi"

"Ada jadwal lain?"

"Jadwal anda sampai jam 9."

"kosongkan saja, aku ada urusan pukul 6 nanti."

"baik tuan."

Dengan senyumnya Mike mematikan sambungannya lalu pergi dari tempat itu.

>>><<<

Irin berdiri di depan sebuah foto yang dihiasi bunga di sebuah pemakaman. Wajahnya datar menatap seseorang di foto itu, ia sama sekali tak berniat untuk melakukan apapun selain diam menatap foto.

"Ya aku benar, alasan kenapa tuan Wen hanya dikreamasi bukan dikuburkan... beliau tak punya keluarga yang akan mengurusi pemakamannya. Beliau hanya meminta bantuan pada tuan Amolong." jelas Hira.

Ya mereka sedang berada di komplek pemakaman, tepatnya dibagian orang orang yang dikreamasi.

"Hm."

"hey itu ayah mu, kenapa kau sepertinya cuek sekali."

"Hira, lalu apa yang harus kulakukan padanya."

"bagaimanapun dia ayahmu Irin."

"Terserah." Irin langsung pergi meninggalkan Hira. Sedangkan Hira langsung mengejar Irin, sebenarnya hari ini Hira mengajak Irin ke pemakaman kan untuk menunjukkan pada Irin di mana ia bisa menemui ayahnya. Tapi sepertinya Irin tidak tertarik.

"Hey Irin, kau sudah bertemu dengannya?"

Langkah Irin terhenti saat mendengar perkataan Hira.

"apa kau sudah bertemu Mike?"

Irin berbalik sambil menatap mata sahabatnya itu.

"Sudah."

"Kau masih merasakannya?" Tanya Hira.

"Aku tidak yakin."

"Jangan bohongi perasaanmu Irin."





Irin pulang ke apartemennya. Sebagai info, Irin memang sudah membeli satu unit apartemen. Karena memang apartemen lebih baik dari kamar hotel menurutnya. Walau ia tak akan lama berada di manila.

'cklek'
Irin membuka pintu apartemennya dengan lemas. Ia cukup banyak berpergian hari ini, jadi ia cukup lelah.

"Irin, sudah pulang nak?" Seorang wanita paruh baya langsung menghampiri Irin.

"Loh bibi Yeri?"

"Haha iya, Wyatt yang memberitahuku. Suami ku dan Mama mu juga ada di sini." yang dipanggil bibi Yeri itupun langsung membawa Irin ke ruang tengah. Dan ternyata memang sudah ada yang menunggunya. Wyatt, ayah Wyatt dan mamanya sendiri.

"Aih nak, kau baru pulang sekarang? Ayo duduk dulu sayang." ucap mama Irin.

Irin duduk di samping mamanya, sedangkan di hadapan Irin duduklah Wyatt dan kedua orang tuanya. Irin masih bingung, kenapa tiba-tiba keluarga Wyatt beserta Mamanya datang ke manila, berkumpul di apartemennya.

"Jadi Irin, kami akan membicarakan pernikahanmu dengan Wyatt yang akan dilaksanakan secepatnya." ucap mama Irin.

"Ya, dan kami memutuskan untuk mengadakannya di manila." lanjut bibi Yeri atau mama nya Wyatt.

Sedangkan Irin masih terkejut atas apa yang dikatakan Yeri dan mamanya.

"Oh ayolah, aku sedang tak ingin membahas ini."

Love You Rainbow[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang