Love You Rainbow
.
.
.
Kira masuk ke kamarnya dengan perasaan lega. Sekarang ia sudah selesai makan dan sudah kenyang.
Saat masuk ke dalam kamar, yang dilihatnya pertama kali adalah Rudi yang sedang duduk di atas ranjang sambil melihat beberapa lembar foto. Kira menghampiri Rudi dengan ragu lalu duduk di pinggiran ranjang.
"Kau pernah menjalin hubungan dengan adikmu sendiri?" Tanya Rudi tiba-tiba sambil menunjukkan foto mesra Kira dengan Hira semasa SMA.
"Iya."
"Kenapa kau tidak pernah menceritakannya padaku?"
"Aku pikir itu tidak penting."
"Ouh... jadi, apa kau masih punya perasaan padanya saat ini?"
Kira diam, pandangannya kosong ke arah lantai.
"Kira kita kan teman baik, untuk hal seperti ini kau seharusnya bercerita padaku. Berceritalah, apa ini alasanmu tidak ingin datang ke manila kemarin?"
"hmmm iya, maafkan aku."
Tangan Rudi terulur untuk mengusap puncak kepala Kira. Lalu tangan Rudi turun ke perut Kira lalu mengusapnya dengan lembut.
"Maaf karena anak ini, kau harus terikat denganku."
"Ah tidak, jangan berkata seperti itu. Anak ini adalah sebuah anugerah jadi jangan menyesalinya. Lagipula aku sudah terlanjur sayang pada anak ini." ucap Kira sembari tersenyum menatap suaminya itu.
"Hmm...terima kasih, mau jalan-jalan besok?" Tanya Rudi
Kira tersenyum lalu mengangguk.
"Memulai bersama dengan adikmu."
"Baiklah."
>>><<<
'Tok'tok
Irin mengetuk pintu rumah besar milik keluarga Amolong yang terlihat sepi itu. Tak lama seseorang membuka pintunya."Oh pagi nona."
"Pagi, kau sudah siap?"
"Iya, oh tunggu penampilanmu?" Mike heran dengan penampilan Irin yang biasanya formal seperti ceo pada umumnya kini malah berpakaian seperti saat ia mengajak Irin pergi ke taman hiburan dulu.
"Iya, aku ingin mengulanginya semua sebelum aku benar-benar tidak bisa melakukannya." ucap Irin. Mike terkejut tapi sedetik selanjutnya ia tersenyum senang.
"Bisa tuntun aku seperti waktu itu?"
"Baiklah nona."
"berhenti memanggilku nona."
"Sayang?"
"Tidak."
"istriku?"
"ck."
"hahaha ayo Irin kita mulai lagi."
Irin dan Mike pergi ke sebuah taman hiburan yang sebelumnya pernah mereka datangi. Bedanya mereka datang bukan karena tugas sekolah, melainkan hanya bersenang-senang.
"Ayo naik bianglala." ajak Irin saat melihat bianglala yang masih kokoh dilihatnya.
"Tunggu sebentar, aku akan membeli sesuatu." ucap Mike lalu pergi, sedangkan Irin menunggu. Tak lama Mike kembali namun tak membawa belanjaan apapun.
"Ayo naik." ajak Mike, mereka akhirnya naik bianglala bersama seperti dulu.
"Wahh pemandangannya tak berubah, masih saja indah. Sama seperti dulu." ucap Irin mengagumi pemandangan pantai yang berada di dekat taman hiburan itu.
"Untukmu." Mike menyodorkan setangkai lollipop pada Irin. Irin memerhatikan lollipop itu lalu menerimanya dengan senyuman canggungnya.
Saat Irin hendak menyimpan lollipop itu di tasnya, Mike menahan tangan Irin.
"Bisa kau makan saja sekarang?"
Irin bingung sambil mengangguk. Ia membuka bungkus lollipop itu lalu memakannya.
Manis seperti hari itu
Irin kembali mengagumi pemandangan di bawahnya dengan riang.
"Irin." Irin menoleh saat namanya dipanggil.
'chu'
Mike mengecup bibir cherry Irin, tidak lama. Hanya berlangsung 5 detik saja, walau begitu, ciuman itu berhasil membuat wajah Irin memerah.
"Manis sama seperti saat itu."
Irin kini tengah duduk di bangku taman sambil menunggu Mike yang sedang mengantri di stan es krim.
Saat menunggu, tiba-tiba sebuah bola menggelinding ke bawah kakinya. Irin mengambil bola itu lalu melihat sekeliling, mencari siapakah pemilik bola itu.
"Bibi itu bolaku." ucap seseorang tiba-tiba.
Irin menoleh ke sumber suara, didapatinya seorang bocah laki-laki manis yang sedang menatapnya. Irin menyipitkan matanya, sepertinya ia mengenal bocah laki-laki ini. Tapi ia tak tau siapa.
Irin memberikan bola itu pada si bocah laki-laki.
"Aih Sammy, jangan bermain jauh-jauh. Nanti kau tersesat." ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang.
"Eh Sammy? bibi? Aku Irin." ucap Irin, ia baru sadar bahwa bocah laki-laki ini adalah bocah yang sama yang ia temukan tersesat dulu.
"Oh tunggu, kau Irin?" Irin mengangguk.
>>><<<
Hira dan Rudi sedang duduk di resto dengan kesibukan ponselnya masing-masing. Mereka sedang menunggu Kira yang saat ini sedang berada di kamar mandi.
"Emh Hira." Rudi mematikan ponselnya lalu perhatiannya mulai ia fokuskan pada Hira. Hira yang dipanggil namanya itupun melakukan hal yang sama.
"Kenapa kak?" Tanya Hira.
"Aku tak tau apa aku lancang berbicara seperti ini. Tapi sepertinya aku harus melakukannya." ucap Rudi
Hira diam, dia masih bingung dengan ucapan Rudi.
"Apa kau masih memiliki perasaan dengan Kira?" Tanya Rudi.
Hira terkejut, apakah kakak iparnya ini sudah mengetahui perihal tentangnya dengan Kira? Hira menatap kosong ke arah gelas berisi air putih di depannya. Sejujurnya ia tak tau harus menjawab apa, lagi ia masih bingung dengan perasaannya walaupun ia sudah mendeklarasikan pada Kira bahwa ia hanya akan menjadi adik yang baik.
"Aku tidak tau kak."
"kau tak perlu membohongi hatimu."
"Entah, tapi satu sisi aku masih menginginkannya dan di sisi lain sebuah perasaan terus berusaha menghilangkan perasaan itu."
"Aku mengerti, dan untuk itu aku akan mengalah."
"maksudnya?"
"aku tau, selama pernikahan kami, Kira tak pernah terlihat benar-benar bahagia. Aku tau raut wajahnya, setiap ia tersenyum padaku ia pasti sedang menyimpan kepedihan. Aku tau, walau raganya milikku namun hatinya masihlah milikmu."
Hira terdiam terpaku pada seseorang yang berdiri di belakang Rudi.
"Diantara kita, aku yang akan pergi. Karena akulah yang seenaknya masuk dalam lingkar percintaan kalian." ucap Rudi lagi sambil tersenyum. Sedangkan Kira yang mendengar itupun mulai meneteskan air matanya. Entah kenapa hatinya sakit saat Rudi mengatakan hal itu.
"Rudi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Rainbow[✔]
Romance"Kau tau, aku straight.. aku benci semua hal yang tidak normal sepertimu!" "belajarlah menerima kenyataan, bukan kita yang menginginkan ini. Tapi tuhan yang menakdirkan ini." Cinta itu tak memandang status gender, itu sepertinya memang bukan mitos k...