Love You Rainbow
.
.
.
Irin duduk sendiri di halte sambil menunggu taksi lewat. Bell sekolah memang sudah berbunyi sekitar 20 menit yang lalu. Jadi tak heran kalau area sekolah sudah cukup sepi. Apalagi sore ini harinya cukup mendung, tak terasa rintik-rintik air mulai berjatuhan. Bukan hujan, namun hanya gerimis.
"Aish masa tak ada satupun taksi yang lewat!" decak Irin karena memang sudah lama menunggu di halte. Tadinya sih ia akan dijemput supirnya, tapi tiba-tiba saja mobilnya mogok di jalan dan harus ke bengkel sampai sekarang.
Namun tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya. Mobil yang asing bagi Irin.
Si pengemudi mobil membuka kaca jendelanya.
"Masih betah di sana? Aku pulang duluan bye." ucap pengemudi itu sambil tersenyum miring pada Irin lalu mengemudikan mobilnya pergi.
'Mike sialan.'
***
Irin sampai ke rumahnya pukul 6 sore. Setelah menunggu lama akhirnya ada taksi yang lewat juga. Irin benar-benar lelah, tubuhnya terasa lengket sekarang.
Sesampainya di rumah, Irin memutuskan untuk membersihkan dirinya. Lalu pergi menuju ruang makan untuk makan malam. Saat sampai di ruang makan ia hanya melihat Chilo, anjing jenis siberian husky yang menunggunya di sana.
Memang seperti ini biasanya. Di rumah sebesar itu Irin hanya tinggal dengan ayah dan anjingnya saja, tak banyak pekerja yang bekerja di rumah Irin. Hanya ada 3 orang, supir, juru masak, dan yang membersihkan rumah saja. Itupun biasanya para pekerja akan pulang pada pukul 6 sore setelah Chilo diberi makan.
Dan sekarang Irin hanya berdua dengan Chilo. Sedangkan ayahnya mungkin akan pulang tengah malam lagi karena setelah dari sekolah pasti ayahnya akan ke kantor.
Irin tak punya saudara, karena dia anak tunggal. Sedangkan ibunya? ibunya sudah diusir sang ayah, kenapa? ceritanya panjang dan lamban laun akan terceritakan juga.
Irin mengambil piringnya lalu memakan makan malamnya dalam diam.
'Drrrrttt drrrtt' sebuah nama terpampang jelas di layar hpnya. Itu dari sang ayah.
lantas Irin menggeser tombol hijau dan mendekatkan telinganya ke hp.
"Halo pa?"
"papa akan pulang besok, jadi jaga dirimu di rumah."
"ya baiklah."
"jangan berbuat macam-macam."
"aku tau."
'tut'
sambungan diputus, Irin kembali menoleh ke arah Chilo yang kini sudah tertidur di kakinya."Berdua lagi."
***
pukul 21:00
Irin terbangun dari tidurnya karena kini perutnya terasa keroncongan. Irin memutuskan untuk pergi ke dapur dan memasak, karena makan malamnya yang tadi hanya satu porsi dan sudah habis. Namun saat tiba di dapur dan membuka kulkas, tak ada bahan makanan sama sekali. Irin baru ingat, juru masaknya akan belanja pagi-pagi sekali dan bahan makanan itu hanya dibeli untuk satu hari saja. Sepertinya Irin harus menyuruh ayahnya untuk belanja bulanan."Woff..woff.." Chilo tiba tiba datang menghampiri nonanya.
"Aih kau juga bangun karena suara perutku? Haha, aku akan supermarket. Kau mau menitip?" tanya Irin pada anjingnya itu. Seolah mengerti, Chilo mengambil sebuah toples kosong yang biasanya berisi snack anjing.
"Ah snackmu habis? baiklah aku akan belikan. Kau tunggu di rumah ya, aku akan segera kembali." setelah berbicara dengan anjingnya, Irin langsung mengambil hoodie dan dompetnya lalu berjalan menuju supermarket yang berada di depan kompleknya. Tak terlalu jauh.
Sesampainya di sana ia langsung berbelanja sesuai kebutuhannya setelah itu membayar belanjaannya dan segera pulang. Irin berjalan dalam keheningan malam, karena bagaimanapun ini sudah larut. Tak banyak orang yang berada di luar rumah, apalagi udaranya cukup dingin.
Irin berjalan dengan cepat hingga sampai dipertigaan kompleks sebuah mobil hampir saja menabraknya kalau saja mobil itu tidak langsung mengerem. Bukan, bukan salah Irin yang tidak melihat, tapi salah pengendara mobil yang tiba-tiba saja belok ke arah Irin.
Irin hanya jatuh terduduk karena syok. Si pengemudi keluar dari mobil menghampiri Irin yang masih duduk.
"Kau! kenapa malam-malam ada di sini?" tanya si pengemudi yang tak lain adalah Mike.
Namun Irin hanya diam.
"Hei aku bicara padamu." ucap Mike lagi, Irin tersadar lalu bangkit setelah membereskan barang-barang belanjaannya.
Irin menatap Mike tak suka.
"Aku yang seharusnya bertanya, kau bisa menyetir atau tidak?!" Irin langsung saja pergi dari tempat itu dengan kesal.
Sedangkan Mike hanya diam menatap punggung Irin yang mulai menjauh.
"Menarik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Rainbow[✔]
Romantizm"Kau tau, aku straight.. aku benci semua hal yang tidak normal sepertimu!" "belajarlah menerima kenyataan, bukan kita yang menginginkan ini. Tapi tuhan yang menakdirkan ini." Cinta itu tak memandang status gender, itu sepertinya memang bukan mitos k...