chapter 23

1.2K 100 0
                                    

Love You Rainbow

.

.

.

Ariel masuk ke dalam sebuah ruangan tanpa mengetuk pintu. Ariel tau, tanpa mengetuknya sekalipun tak akan ada yang mengomelinya. Bahkan untuk pemilik kamar sendiri, ia sudah biasa dengan keberadaan Ariel yang tiba-tiba muncul.

Joshua, pemilik kamar pasien nomor 21. Sudah sekitar setahun ia menjadi pemilik kamar ini, dan selama setahun pula Ariel menjadi dokternya. Joshua memiliki gangguan kejiwaan sejak ia lulus dan menjadi sarjana hukum. Ceritanya saat lulus kuliah sekitar dua tahun yang lalu, Joshua berniat melamar kekasihnya. Namun na'as, malam itu saat Joshua hendak menyebrang jalan dan menjemput kekasihnya di seberang jalan, tak disangka dua mobil sedan berkecepatan tinggi dari arah yang berlawanan bertabrakan begitu saja, untung Joshua bisa menghindar, namun pecahan kaca dari mobil itu tak bisa dihindari. Pecahan kaca itu mengenai kedua mata Joshua. Dan saat dilarikan ke rumah sakit, Joshua dinyatakan buta.

Bukan hanya kabar buruk itu saja yang harus dihadapi Joshua. Tapi kabar buruk tentang kekasihnya yang sudah menikah dengan orang lain. Kata terakhir yang masih terngiang dengan jelas di kepala Joshua adalah saat kekasihnya melontarkan perkataan menyakitkan pada Joshua.

"Menikah dengan orang buta sepertimu? Oh rasanya tidak mungkin. Dengar Jo, aku ini sempurna dan kau tidak sempurna jadi tidak ada keseimbangan di antara kita. Aku tak mau menikah dengan orang cacat sepertimu."

Dan semenjak ia dinyatakan buta, Joshua yang sebenarnya adalah orang pintar yang baik, populer dan kaya itu mulai dipandang sebelah mata. Tak diterima bekerja di manapun, banyak orang yang menghinanya, bahkan banyak kerabat ayah ibunya yang terang terangan menghinanya.

Depresi? tentu

Frustasi?

Lelah dalam kehidupan?

ingin bunuh diri?

Joshua memutuskan untuk meminum obat tidur dalam dosis tinggi berharap ia akan tidur selamanya. Namun tuhan ternyata masih menginginkannya hidup. Joshua memang hidup, namun mulai bersikap aneh dan dinyatakan memiliki gangguan kejiwaan yang diakibatkan oleh depresi berat. Lantas orang tua Joshua memutuskan untuk memasukkan anaknya ke sebuah rumah sakit jiwa ternama, berharap anaknya bisa sembuh dan tidak menjadi bahan olok-olokan kerabatnya lagi.

"Jezabell." itu sebuah nama yang tiba-tiba Joshua sebutkan saat mendengar suara langkah kaki seseorang di ruangannya.

"Tidak, ini aku Ariel." ucap Ariel lembut.

"Maaf karena meninggalkanmu setengah hari ini." ucap Ariel lagi sambil menarik tempat duduk yang memang tersedia di ruangan itu. Menariknya untuk duduk di dekat Joshua.

"Sial, aku malah berharap kau meninggalkanku selamanya." ucap Joshua jutek, Ariel menghela nafasnya. Ia sudah terbiasa dengan kata-kata pedas Joshua.

"Bagaimana perasaanmu hari ini?" Tanya Ariel basa basi.

"Tak berubah, tetap sama seperti sebelumnya. Sepi, hampa, sakit." jawab Joshua.

"Dimana kotak musiknya?"

"Aku sudah membantingnya, mungkin ada di bawah kakimu." Ariel langsung melihat ke bawah kakinya, benar di sana ada kotak musik yang sudah pecah tak berbentuk lagi.

Ariel menghela nafasnya

"Aku tau kau suka musik, kenapa kau menghancurkannya."

"Karena aku mendengar suara piano yang dia mainkan." dia yang dimaksud Joshua adalah Jezabell mantannya, yang sebenarnya seorang pianis.

"Ah baik, apa yang harus kulakukan lagi jika kau sudah menghabiskan tabunganku."

"Aku tidak memintanya."

Ariel meringis lalu meraih sebuah gitar dari bawah ranjang Joshua. Lalu mulai memetik senarnya perlahan.

"Aku akan bernyanyi menggantikan kotak musikmu." ucap Ariel, namun Joshua hanya diam dengan pandangan kosongnya.

Perlahan alunan gitar terdengar merdu, diikuti suara nyanyian merdu sang dokter muda.

(Moira & Jason - Ikaw at Ako)

Sabi nila
Balang araw darating
Ang iyong tanging hinihiling

(Mereka berkata, suatu hari itu akan datang.
S

atu-satunya permintaanmu)

Perlahan terukir sebuah senyuman di wajah Joshua karena mendengarkan suara merdu dokternya.

At nu'ng dumating
Ang aking panalangin
Ay hindi na maikubli~

(Dan saat doaku datang.
T

ak lagi disembunyikan)

Ariel tersenyum melihat wajah Joshua yang sepertinya sangat menikmati lagu yang Ariel nyanyikan.

Ang pag-asang nahanap ko
Sa'yong mga mata
At ang takot kong sakali mang
Ika'y mawawala~

(Harapan yang kutemukan di matamu.
D

an saya khawatir kamu akan tersesat)

At ngayon, nand'yan ka na
'Di mapaliwanag ang nadarama~

(Dan sekarang, ini dia.
A

ku tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan ku)

Ariel mulai merasa bahwa kini hati Joshua mulai melunak.

Handa ako sa walang hanggan
'Di paaasahin
'Di ka sasaktan~

(Aku siap untuk selamanya.
K

amu tidak akan kecewa, kamu tidak akan terluka)

Mula noon
Hanggang ngayon
Ikaw at ako~

(Dari dulu sampai sekarang.
K

amu dan aku)

Ariel selesai bernyanyi, lantas si dokter muda meletakkan gitar itu di samping nakas ranjang pasien.

"Lumayan, kau bisa keluar sekarang." ucap Joshua kembali pada sifat juteknya.

"Tapi kena-"

"nyanyian harapan itu tak mengubah apapun."

"Lalu apa yang kau inginkan lagi?"

"yakinkah kau bisa memenuhinya?"

"selama aku mampu."

"Aku ingin bisa melihat lagi, bisa kau memenuhinya?"

Ariel terdiam, lalu melihat sekeliling kamar bernuansa putih polos itu. Ariel menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Joshua.

'Deg'

Entah kenapa detak jantungnya kini menjadi tidak beraturan. Ya, belakangan ini Ariel selalu merasakannya setiap berada di dekat Joshua.

Dengan penuh keberanian, Ariel meraih tangan Joshua lalu mengusapnya dengan lembut.

"Dengar, aku janji akan mencarikan donor mata untukmu atau...."

Ariel menjeda ucapannya guna menghela nafasnya agar tidak terdengar gugup. Bukan, bukan gugup karena takut, tapi gugup karena tangan Joshua yang ia pengang memberikan sensasi aneh pada dirinya.

"Aku akan mendonorkan mataku untukmu."

Love You Rainbow[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang