chapter 15

1.6K 125 0
                                    

Love You Rainbow

.

.

.

"apa yang papa bilang tentang cinta Irin?" suara dingin papa Irin sudah menggema di ruangan megah dikediaman Wen.

"Papa tapi aku ini sudah dewasa, aku berhak melakukan apapun yang kusuka."

"dewasa, benar dewasa. Tapi jika kau sudah dewasa, seharusnya kau tau apa yang papa perbolehkan dan apa yang papa larang."

"pa tapi kan-"

"kau sama saja seperti mama mu, sama sama pembangkang."

hening

"Hapus rasa cinta itu dan fokus pada sekolah dan perusahaan. Kalau tidak, sama saja kau seperti sampah, tidak berguna." lanjut sang papa. Irin menunduk, berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar.

"Putuskan hubunganmu dengannya, jangan ada kata cinta lagi dalam hidupmu. Karena cinta itu tak berguna, merusak."

hening lagi

"Pergi ke ruanganmu, kerjakan semua berkas yang ada di sana. Jangan beristirahat sebelum semua berkas itu selesai."

Irin berdiri dari duduknya lalu mengikuti perintah ayahnya itu.

Irin pov

Aku pergi dengan gontai menuju ruang kerja ku. Ya, aku memang bekerja. Papa sudah membebaniku dengan tugas perusahaan padahal aku masih sekolah. Papa benar-benar ingin menjadikanku sebagai workaholic . Di dalam hidupku tak ada yang lain selain belajar dan bekerja.

Terkadang aku cukup lelah karena papa tidak memberiku waktu untuk menjadi remaja seutuhnya. Semuanya dibuat menjadi kaku, tak ada apapun yang menarik hingga seseorang datang dan hampir saja mewarnai hidupku. Mike.

Sayang, belum lagi pesta selesai. Papa menarikku dan membawaku pulang tanpa peduli Mike di sana. Jika saja Mike bukan anak donatur terbesar sekolahku, pasti Mike sudah habis ditangan anak buah papa ku yang tadi ada di sana. Aku bersyukur, setidaknya Mike baik-baik saja.

Saat masuk ke dalam ruangan kerja, aku menghela nafasku. Pekerjaannya banyak sekali, banyak berkas yang menumpuk di meja. Papa benar-benar menghukumku, bahkan ini sudah pukul 11 malam, aku bahkan mulai mengantuk. Tapi aku tahankan dan mulai mengerjakan tugas tugas ini. Karena aku masih diawasi sekarang. Papa akan kembali ke kantor 3 jam lagi dari sekarang, jadi selama 3 jam itu aku harus menahan kantukku.

Hpku terus berbunyi sedaritadi. Seseorang terus menelponku, saat aku menoleh ternyata itu dari Mike. Saat aku hendak meraih hp ku tiba-tiba papa datang dan dengan sekali hempasan, hp itu tergeletak naas di lantai. Layarnya pecah dan ku rasa hp itu rusak karena tidak menyala lagi.

"papa! apa yang-"

"belajarlah untuk egois."

"tapi papa."

"anjing mu sudah aku serahkan dipenangkaran anjing. Jadi kau bisa fokus."

"Papa? hiks..."

"Kerjakan tugasmu!"

'blam' papa langsung membanting pintu lalu menguncinya. Benar menguncinya, papa sudah merusak hp ku, membawa Chilo ke penangkaran anjing, lalu mengunciku. Rasanya aku ingin pergi saja, aku tidak tahan. Aku menangis sejadinya, hingga rasa kantukku datang seketika.

Beberapa jam berlalu, aku terbangun dengan mata yang sembab. Lalu terpikirkan lagi semua yang kualami tadi. Sangat sedih tentunya. Aku menatap jam dinding, ternyata aku tidur selama 2 jam. Tiba-tiba sebuah suara melintas dipikiranku.

"Pikirkanlah, baik mama harus pergi ke tempat klien mama sekarang. Jadi jika kau ingin ikut mama, datanglah ke bandara internasional hari senin malam jam 8"

Aha benar, hari ini senin dan sekarang sudah pukul 3, pasti papa sudah pergi ke kantornya. Aku harus pergi sekarang. Aku bangkit dari dudukku lalu menghapus air mata yang membasahi pipiku. Melihat sekeliling apakah ada celah untuk keluar dari ruangan penyiksaan ini, hingga mataku berhenti pada sebuah ventilasi di atas lemari yang mungkin tingginya mencapai 2 meter. Lantas aku menyusun kotak kotak berkas di samping lemari agar aku bisa mencapai ventilasi yang hanya ditutupi pintu papan yang diberi password, tapi rasanya itu bisa kubobol dengan otakku.

Tak butuh waktu lama, aku berhasil sampai di depan pintu ventilasi itu. Aku mencoba mulai menebak kode digitnya satu persatu, lalu memutuskan dan menyambungkan kabel-kabel kecil di sana. Dan...

"Aha aku dapat pinnya. 322155." dan benar saja, pintu itu terbuka. Entahlah, aku bersyukur punya otak seperti ini.

Tak banyak basa-basi, akupun langsung merangkak dan mencoba keluar melalui ventilasi yang nyatanya adalah sebuah jalan rahasia menuju keluar rumah, tepatnya ke luar pagar rumah, jadi aku tak perlu memanjat pagar lagi.

Sampai diluar, kusebarkan pandanganku. Kompleks masih sepi dan masih gelap tentunya. Aku langsung berlari menuju keluar kompleks mencari taksi. Setelah dapat, akupun langsung memberitahukan alamat tempat yang akan ku tuju.

- Skip

Aku terbangun lagi dari tidurku, ini masih berada di dalam taksi. Dan harinya juga sudah cerah, jangan tanya, jarak bandara internasional dari rumahku itu cukup jauh. Memakan waktu beberapa jam.

"Maaf pak, berapa lama lagi akan sampai?" tanyaku pada sang supir.

"sebentar lagi nona, bandaranya ada di depan sana."

"ah baiklah."

15 Menit berlalu, aku sampai di bandara. Mungkin sekarang aku harus menunggu, kebetulan mama menaiki penerbangan malam.

Aku memutuskan untuk pergi membeli baju dan makanan di market bandara yang tersedia. Untung saja aku masih punya black card ,aku masih menyimpannya. Tapi mungkin aku akan segera membuangnya.

Love You Rainbow[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang