chapter 22

1.3K 105 0
                                    

Love You Rainbow

.

.

.

'Ting'Tong
bell rumah megah itu ditekan oleh Rudi, sedangkan Kira di sebelahnya hanya mengelus perutnya sambil menatap lantai yang sudah lama tidak ia tapaki. Kalau saja bukan karena Rudi yang meminta, Kira tak ingin menapaki lantai ini lagi. Bahkan ia masih ingat bagaimana ia menyeret kopernya untuk pergi dari rumah megah ini.

Rumah ini benar-benar tidak banyak berubah semenjak ia meninggalkannya.

'Cklek'
Pintu dibuka oleh seorang wanita yang diperkirakan berumur setengah abad lebih.

"Ya cari siapa?" Tanya wanita itu.

"Aku Kira Da Catherine, Mama." ucap Kira, dan semenit berikutnya setelah memerhatikan lebih, wanita itu langsung memeluk Kira.

"Astaga Kira, bagaimana? Ah bagaimana kabarmu sekarang nak? mama sangat merindukanmu." saat kata-kata itu keluar, Kira langsung saja melepaskan pelukannya dengan paksa. Mamanya terkejut dengan respon Kira, semarah itukah Kira padanya?

"hm ah baiklah silahkan masuk." ucap mamanya Kira. Atau kita panggil nyonya Zera.

Rudi dan Kira masuk kerumah megah itu lalu duduk di salah satu sofa setelah Zera mempersilahkan mereka untuk duduk.

Zera meraih telpon rumahnya, lalu menelpon seseorang.

"Sari, siapkan minum."

Setelah mengucapkan itu, Zera langsung menutup telponnya.

"Jadi?" Zera menatap sepasang manusia di hadapannya.

"Ahm kenalkan, aku Rudi Alexander. Suami Kira." ucap Rudi sopan. Zera terkejut, ternyata anaknya sudah menikah. Rasa terkejutnyapun bercampur bahagia, karena ternyata Kira sudah berubah menjadi lebih baik.

"Kalian sudah menikah?"

Rudi mengangguk

"Maaf tidak mengundang anda."

"Aku yang menyuruhnya." ucap Kira dengan nada dinginnya. Zera hanya mengangguk canggung.

"Baik, kalian makan malam di sini ya. Papa dan Hira akan pulang sebentar lagi."

Rudi dan Kira mengangguk

Malam harinya...
Sesuai perkataan Zera, akhirnya Kira dan Rudi makan malam bersama keluarga Catedrilla. Dengan Hira yang duduk tepat di hadapan Hira.

Bisa dibayangkan saat pertama kali Hira dan Kira bertemu setelah berpisah selama 5 tahun? canggung, sakit, dan sesak. Apalagi saat Hira mendengar sendiri saat Kira memperkenalkan suaminya pada Hira.

"Hira... kenalkan, ini Rudi... suamiku."

"Dan Rudi, kenalkan ini Hira, adik tiriku."

ya, hanya sebatas adik tiri. Bahkan hey, sebelum pergi, Kira bahkan belum memutuskan hubungannya secara resmi dengan Hira membuat Hira harus susah payah menjaga hatinya untuk Kira. Tapi apa sekarang? Kira bahkan sudah menikah dan...

"Mama, sebenarnya Kira sedang mengandung anak kami." ucapan Rudi yang secara spontan itu bahkan mampu membuat hati Hira hancur berkeping-keping. Menatap sang kakak tak percaya, lalu dengan senyum paksaan yang menyakitkannya.

"Selamat kak Kira, semoga bayimu sehat." ucap Hira mati-matian agar suaranya tak tampak bergetar. Lain Hira lain pula dengan respon orang tua Kira.

"Astaga benarkah? Kami akan menjadi kakek dan nenek dalam waktu dekat?" Tanya Ifa antusias dan dihadiahi anggukan oleh Kira.

"Ah ini keajaiban, ini suatu anugerah. Kira mama harap kau mau membuat manila menjadi tanah kelahiran anakmu kelak."

"Ah benar juga ma, kurasa itu ide bagus." ucap Rudi, kebetulan dalam waktu beberapa jam saja, orang tua Kira sudah akrab dengan Rudi yang memang selalu punya topik pembicaraan yang menarik.

Selesai menyusun piring sehabis makan malam, Kira segera menuju kamarnya yang sudah lama tak ia huni. Saat membuka kamarnya, alangkah terkejutnya ia saat mendapati kamarnya yang tidak berubah sedikitpun. Bahkan letak benda benda di kamarnya sama sekali tidak tergeser sedikitpun setelah 5 tahun ia tinggalkan.

Kira berjalan pelan menelusuri kamarnya yang hanya diberi penerangan 2 lampu tidur yang ada di kedua nakasnya. Dan tiba-tiba entah kenapa, tangannya terulur untuk membuka laci nakas tempat tidurnya. Kira mengambil beberapa lembaran foto dari nakas itu lalu menatapnya dengan helaan nafas. Fotonya bersama Hira saat mereka masih berpacaran.

"Kak." Kira menoleh saat mendapati suara adiknya, ternyata adiknya itu sudah berada di hadapannya dengan tatapan datar penuh arti.

"Selamat... selamat kau sudah melanggar janjimu. Selamat... selamat kau sudah berhasil membuat hatiku hancur hiksh, tenang.. aku bahagia jika kau bahagia dengan keadaan sekarang. Maaf aku hanya terlalu emosional sekarang, aku hanya ingin mengungkapkan bagaimana persaanku yang mengganjal ini. Tidak, aku tidak meminta hatimu lagi, karena pasti kau sudah memberikannya pada kak Rudi. Selamat dan semoga bahagia dengan kehidupan barumu hiksh.." ucap Hira sambil terisak.

Kira tertegun, lalu teringat perkataannya dimasa lalu.

"Tenanglah ya, aku baik-baik saja. Ingat janjiku, aku akan kembali saat tak ada yang menghalangi kita. Aku janji akan kembali secepatnya, jadi tolong jaga dirimu ya."

Kira menatap Hira yang masih menangis lalu ia terulur untuk menggenggam tangan lembut Hira, sedangkan tangan satunya mengusap pipi basah Hira.

"Maafkan aku Hira, aku tau ini semua salahku. Seharusnya aku ini bisa menjaga persaanku, seharusnya aku tidak membawamu jauh ke dalam kisah cinta pelangi ini kalau tau akan punya akhir yang buruk."

"Kau terlalu kejam, kau sudah mengambil hatiku yang masih utuh, lalu kau mengembalikannya setelah kau melukainya."

"Tapi ak-"

"cukup kak Kira." wajah Hira mulai tersenyum lalu menangkup kedua pipi Kira dan menatapnya.

"Itu masa lalu, mari buka lembaran baru sebagai adik dan kakak yang kompak seperti seharusnya." ucap Hira semangat, padahal hatinya begitu terluka saat ini.

"K-kau yakin?"

"Heum, lagipula sebetar lagi aku akan punya keponakan yang lucu." ucap Hira sambil menunduk lalu mendekatkan kepalanya pada perut Kira.

"Hai adik bayi, apakah kau mendengarku dari dalam sana? Ahaha hai aku Hira, aku akan menjadi aunty mu sebentar lagi." ucap Hira.

Sedangkan Kira tanpa sadar mengalirkan air matanya. Untung saja ruangan ini tak terlalu terang, jadi Kira menangispun tak akan terlihat.

Love You Rainbow[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang