Love You Rainbow
.
.
.
Irin hanya menatap keluar jendela mobil Dee. Sepulang dari gereja, wajah Irin terus menekuk. Bahkan Dee sampai bingung sendiri, biasanya Irin tak pernah selesu itu. Dee pikir Irin sedang ada masalah yang sedang mengganjal dihatinya.
Mungkin bertanya lebih baik, pikir Dee.
"Irin? kau punya masalah?" tanya Dee, tapi masih fokus mengemudi
"Ah tidak kak, hehe tidak ada." jawab Irin yang tersadar dari lamunannya.
"Oh ayolah, kau tak bisa berbohong dengan raut wajahmu itu. Aku sudah mengenalmu selama 9 tahun, jadi aku tau."
"Tidak ada kak."
'ciiiiit'
Dee memberhentikan mobilnya mendadak, lalu menatap gadis yang lebih muda darinya itu."Cerita Irin."
Irin terdiam
"Cerita padaku." ucap Dee lagi.
"Huhft baik, aku tidak tau kenapa hatiku saat ini sesak." jawab Irin, sedangkan Dee menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Aku tau, aku menganggapnya biasa saja. Tapi, tapi kenapa dia bisa membuat hatiku sesak?"
"Siapa maksudmu?"
"Mike."
"oh tunggu, Mike si poliglot jenius itu?"
"entahlah aku tidak tau."
"Hahaha, percayakah kalau kau jatuh cinta padanya?"
"ah tidak tidak, tidak mungkin. Aku ini masih normal." Irin menggeleng cepat sambil menepuk-nepuk kepalanya.
"Apanya yang tidak mungkin Irin, aku saja akan menikah dengan seorang wanita juga. Apa itu tidak mungkin jika kami sudah menyebar undangannya."
"Tapi kan."
"Irin dengar, cinta itu tak memandang apapun...
Cinta itu tidak pernah memandang fisik, status dan juga gender. Karena cinta itu tak mengenal siapa dirimu, dia akan datang pada siapapun, dimanapun dan kapanpun." Jelas Dee.
"Tapi... aku ragu kak."
"jangan pernah ragu untuk meyakinkan hatimu. Karena jika ragu, hatimu akan terus menerus bertanya dan mendesakmu, itulah yang bisa membuatmu tambah sakit." ucap Dee sambil tersenyum.
Irin mengangguk paham. Lantas Dee terkekeh lalu menjalankan mobilnya lagi ke suatu tempat yang ia janjikan pada Irin tadi malam.
Tak lama, mobil Dee sampai di sebuah tempat festival mini dengan tenda-tenda berwarna warni dan bendera-bendera pelangi yang terpasang di sana. Irin merasa aneh, karena melihat banyak pasangan sesama jenis di sini, agak risih. Namun Irin mulai terbiasa.
"ini bulan kebanggaan, jadi aku ingin mengajakmu ke sini. Aku ingin menemukan orientasimu yang sebenarnya." ucap Dee.
"Kenapa harus repot kak?"
"astaga Irin, aku pusing dengan mu. Kau tak pernah tertarik dengan siapapun, aku hanya melihatmu selalu bersama Hira. Bahkan hey, Hira yang seperti itu saja sudah pernah berpacaran dengan seorang pria."
"aih kak, apa yang salah jika aku tak ingin berpacaran?"
"ck mengagumi seseorang saja tak pernah. Aku tak percaya kau tak ingin mengenal cinta. Kau sudah 17 tahun, dan kau tak pernah mengenal cinta."
"Aku bukan tak ingin mengenalnya. Tapi aku dipaksa untuk tidak mengenalnya." batin Irin
"Kak kau tau? Cinta itu bisa merusak."
"Itu pemikiranmu, simpan ini. Aku tau suatu waktu ini akan menjadi berharga di hidupmu." ujar Dee sambil memberikan sebuah gelang tali dengan warna pelangi. Irin dengan ragu menerimanya.
"Aku tau kau belum bisa memakai itu sekarang. Tapi aku rasa nanti kau akan bangga memakainya." ucap Dee lagi lalu mengajak Irin ke sebuah coffee truck di tempat itu untuk sekedar duduk minum kopi dan mengobrol.
- skip
Keesokan paginya...
Irin berjalan di sepanjang koridornya sambil memikirkan perkataan Dee kemarin sore. Mungkin tak ada salahnya untuk memastikan.Di perjalanan menuju kelasnya, Irin tak sengaja berpapasan dengan Mike. Suasana awkward menyelimuti mereka hingga Mike hendak melewati Irin, namun Irin tak diam begitu saja. Irin menahan tangan Mike, lalu berbalik menghadap Mike.
"Bisa bantu pastikan perasaanku ini?" ucap Irin, Mike menaikkan sebelah alisnya bingung. Irin mengalihkan pandangannya ke lantai karena kini ia malu menatap langsung manik Mike.
"Aku, aku tak tau. Ini aneh." ucap Irin mulai gemetar. Mike menggenggam tangan Irin lalu menariknya ke ruang musik.
Mike menyalakan lampu ruang musik lalu menutup ruangan itu rapat-rapat.
Sedangkan Irin menatap bingung gadis tomboy di depannya.
"Kau jatuh cinta padaku kan?" tanya Mike to the point dalam keheningan ruang musik. Kebetulan ini masih pagi, jadi ruang musik masih sepi. Lagi ruangan ini kedap suara.
"Ehmm aku tidak tau, bahkan aku belum mengenal betul tentang cinta." jawab Irin ragu.
"mau mencoba mengenalnya bersamaku?" - Mike
Irin agak berfikir sambil memilin-milin rok sekolahnya yang panjangnya hanya 25 cm dari pinggang.
Namun tak lama berfikir, Irin menganggukkan kepalanya. Mike terkejut karena senang, Mike kira Irin tak akan mau. Namun nyatanya Irin menerima itu. Saking senangnya, Mike langsung memeluk Irin dengan erat, sedangkan Irin hanya tersenyum.
'Chu'
Mike mencium Irin dengan lembut, menyalurkan perasaannya lagi. Irin yang menerima perlakuan Mike pun membalas ciuman Mike. Ciuman itu semakin panas saat Irin mulai menekan tengkuk Mike untuk memperdalam ciumannya, sedangkan tangan Mike menarik pinggang Irin agar lebih dekat dengannya. Perlahan Mike melonggarkan dasi Irin lalu mulai menggeser sedikit seragam Irin hingga menampakkan bahu dan leher putih Irin.
Tanpa meminta Izin, Mike mengalihkan ciumannya ke leher dan bahu Irin. Mencium, mengesap dan menggigit. Itulah yang dilakukan Mike.
"Eungh" Irin melenguh saat Mike sedang membuat beberapa kissmark di leher bersih Irin.
Tak lama Mike menghentikan aktivitasnya, Ia melihat leher Irin yang sudah banyak bercak merah karena ulahnya. Lalu pandangannya beralih pada Irin.
"Irin aku mencintaimu." ucap Mike.
Irin tersenyum
"Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Rainbow[✔]
Romansa"Kau tau, aku straight.. aku benci semua hal yang tidak normal sepertimu!" "belajarlah menerima kenyataan, bukan kita yang menginginkan ini. Tapi tuhan yang menakdirkan ini." Cinta itu tak memandang status gender, itu sepertinya memang bukan mitos k...