"Ugh! I hate Gods!" Seru wanita bernama Jung Krystal sembari duduk di depan meja kerja Seola.
Seola yang masih memeriksakan sebuah proposal di hadapannya menghentikan kegiatannya lalu mengangkat ujung dagunya untuk menatap Krystal.
"Kenapa lagi sih?" tanya Seola sembari tersenyum kecil.
Melihat Krystal, atau yang akrab ia panggil Klee, marah-marah adalah hal biasa.
"I hate this curse!" ucap Krystal entah sudah yang ke berapa kali.
Mungkin 1739 atau lebih?
Seola lupa.
Terakhir kali menghitung, di sekitar angka yang tadi.
"You have a pretty face and a hot body, and I don't think it's a curse," ucap Seola menimpali.
"Yeah, for that thing that They gave it to me. I'm thankful. But not the other one."
"Pfffft," Seola terkekeh.
Mereka memang hidup di zaman modern, tapi dengan berbagai keadaan yang tak biasa. Well, setidaknya di dunia mereka.
Seola, Krystal dan lainnya hidup dengan berkat dan kutukan dari para Dewa.
Seperti Krystal, ia diberkahi dengan paras wajah dan tubuh yang cantik. Namun ia juga mendapat kutukan akan selalu mendapatkan laki-laki yang tidak sesuai harapannya.
Laki-laki tampan yang membuatnya jatuh cinta akan selalu berakhir dengan menyakiti hatinya. Sementara laki-laki biasa saja, atau menurut Krystal tidak tampan dan tidak masuk kriterianya, yang akan mempunyai hubungan yang awet dengannya.
Dan Krystal sebagai sosialita yang sangat memperhatikan dan mendengarkan apa kata orang terutama teman-teman bergaulnya, justru memilih untuk tetap berhubungan dengan lelaki tampan meski ia tahu akan bagaimana akhirnya.
Hubungannya paling lama hanya akan berjalan selama satu bulan.
Ia masih belum mau menurunkan ego dan gengsinya dengan menjalani hubungan dengan laki-laki berparas biasa.
"Lo nggak seharusnya ketawa, La." Protes Krystal sembari melipat kedua tangannya di dada.
"I don't."
"You giggled."
Seola menggendikan kedua bahunya. Membuat Krystal memutar bola matanya malas.
"By the way, lo kenal Sehun?" Tanya Krystal dengan raut wajah cukup cerah. Padahal baru beberapa detik lalu wajahnya tertekuk karena membahas kutukan yang menimpanya.
"Sehun anak IT Support?"
"Yes!"
"Kenapa?"
"Dia ngadain Party di Villa punya keluarganya dan kita semua diundang."
"Oh ya?"
"Loh? Lo belom tahu? Baca grup makanya."
"Males, banyak spam, gue ngecek grup biasanya cuma buat clear chat biar nggak menuh-menuhin memori hape."
Krystal memutar bola matanya malas, lagi.
"Whatever," ucapnya tak peduli. "Yang penting lo harus ikut pesta itu buat nemenin gue! Gue nggak mau pergi ke sana sendirian kayak orang bego."
"Bukannya biasanya lo pergi sama Jonghyun? Males ah gue ikutan acara kayak gitu."
"Gila ya, lo cuma cuti 3 hari tapi udah ketinggalan banyak banget informasi!"
"I-informasi? Informasi apa?"
"He's gone."
"Hah?"
Krystal menggelengkan kepalanya cepat.
"Maksudnya dia hilang. Eh, kecelakaan deng, ah nggak tahu deh. Pokoknya 2 hari yang lalu mobil Jonghyun ditemuin ada di jurang yang arah mau ke puncak dan-"
Seola menelan salivanya.
"He's gone."
"Gone? Maksudnya ma-"
"No no no, bukan mati. Tapi hilang. Mayatnya belum ditemuin. Dia nggak ada di dalem mobil ataupun di sekitar lokasi mobil itu jatoh."
I know.
"Ah, by the way, lo bukannya cuti buat ke Puncak juga kan? Emang lo nggak denger berita atau apa gitu?""Eng, nggak sempet. Lo tahu sendiri kan, gue kalau udah ngumpul sama keluarga gue pasti bener-bener lepas sama semua alat elektronik, termasuk tivi, hape, atau-"
"Ya, ya, ya. Old story," potong Krystal yang tak mau mendengar cerita lama yang selalu Seola ceritakan padanya tiap kali ia mengambil jatah cutinya. "Dan karena itu, lo harus temenin gue dateng ke party nya Sehun. Titik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
cookies; swoo seola
FanfictionBuku khusus cerita pendek Seungwoo Seola ❤ pic (on cover) credit to owner