"La, udah dong nangisnya. Makan dulu gih, atau nggak lo ganti baju dulu deh. Seragam lo lengket begini, bau keringet."
Berhasil.
Seola menoleh ke arah Xuan Yi yang baru saja berbicara.
Ya saat ini Seola memang tengah bersama Xuan Yi, teman satu SMPnya yang sudah berbeda SMA. Seola tengah berada di rumah Xuan Yi. Tak jadi pergi ke kafe yang baru buka bersama Mijoo, Hyeri dan Seulgi. Ataupun pulang ke rumahnya sendiri.
Seola tak mau bertemu dengan Seungwoo saat ini, makanya ia lebih memilih datang ke rumah Xuan Yi.
Xuan Yi dekat dengan Seola. Ia mengetahui segala sesuatu tentang Seola, pun dengan kebiasaan Seola yang selalu mencari tahu tentang wanita yang sedang dekat atau akan didekati Seungwoo.
Xuan Yi tahu semuanya. Seola rajin menceritakan semua itu pada dirinya.
Kini, Seola tengah menangis. Hampir dua jam lamanya. Seola menceritakan perihal pertengkarannya dengan Seungwoo semalam, juga perihal kejadian yang baru saja menimpanya tadi di area parkiran fotokopian.
"Gue bukannya mau menggurui lo ya La. Tapi setidaknya kalau lo ngelarang Seungwoo, lo tuh kasih tahu alesannya ke Seungwoo juga. Jangan cuma lo nyuruh cewek-cewek itu buat jauhin Seungwoo aja. Gua kalau jadi Seungwoo juga pasti bertanya-tanya kenapa gue nggak boleh deket sama si A, B, C? Kenapa mereka dibilang nggak baik? Apa alesannya sampe mereka itu nggak baik?"
Seola beringsut, maju mendekat ke arah Xuan Yi lalu memeluk tubuh temannya itu. Erat.
"Gue cuma nggak mau Seungwoo kenapa-napa, Yi. Biarpun dia cowok, dia tuh sensitif, gampang sedih, gampang nangis. Dia emang udah jarang cerita ke gue soal perasaannya karena kita udah sama-sama gede, tapi gue tetep bisa ngerasain kesedihannya, Yi. Lo pasti nggak bakal paham rasanya, karena lo nggak terlahir kembar kayak gue sama Seungwoo. Lo masih inget kan pas dulu SMP kita lagi karaokean tiba-tiba gue sedih terus nangis? Itu tuh ternyata karena Seungwoo lagi ngerasa sedih juga. Seungwoo juga tipe yang gampang banget suka sama orang karena dibaikin sedikit, dan gara-gara itu dia selalu dijahatin orang terutama cewek-cewek yang dateng ke dia."
Seola kembali terisak. Dalam pelukan Xuan Yi ia sesekali mengusap air matanya.
"Lo inget gak sih soal perkataan orang dulu yang selalu bilang 'sebaik-baiknya orang ada jahatnya dan sejahat-jahatnya orang juga ada baiknya'?" tanya Xuan Yi sembari menepuk bahu Seola. "Dan coba deh lo pikirin dari perspektif lain, maksud gue yaa lo jangan lihat ketika Seungwoo lagi sakit atau sedihnya, tapi coba lo lihat hikmah atau pelajaran yang bisa Seungwoo ambil dari setiap kejadian yang nimpa dia. Gue yakin Seungwoo pasti bakal bisa belajar dari itu semua."
Seola melepaskan pelukannya dari pinggang Xuan Yi, ia mengangkat kepala lalu menggeleng.
"Seungwoo itu bego, Ayi. Dia selalu jatuh ke lubang yang sama. Dia nggak pernah belajar-"
"Gimana dia mau belajar, La? Setiap dia mau dites, lo selalu ngehalangin dan ngegagalin ujian dia? Lo selalu ambil inisiatif duluan buat Seungwoo nggak ambil ujian itu. Tanpa sadar, kadang lo yang bikin Seungwoo sakit dan sedih karena setiap orang yang mau deket sama dia -in this case a girl, selalu lo suruh menjauh."
Seola terdiam.
Seperti tertampar realita, ia baru menyadari maksud dari perkataan Xuan Yi barusan.
Benar kata Xuan Yi, bisa saja selama ini Seungwoo justru sedih karena perbuatan dirinya yang katanya ingin melindungi Seungwoo.
"Inget, La," ucap Xuan Yi sembari menepuk bahu Seola. "Ada setitik kejahatan di dalam diri orang baik, pun sebaiknya, orang yang lo anggep jahat dan bakal jahatin Seungwoo pasti juga ada kebaikan dalam dirinya. Nggak ada orang yang pure 100% baik ataupun 100% jahat. Dan bisa aja orang yang lo bilang jahat itu bakal berubah sikapnya jadi lebih baik ketika dia sama Seungwoo. Bisa aja orang itu bener-bener kasih kebahagiaan buat Seungwoo meski cuma cinta monyet sesaat."
Seola kembali terdiam.
Lagi-lagi ia merasa perkataan Xuan Yi ada benarnya.
"Termasuk Hayoung?" tanya Seola akhirnya membuka suara.
"Termasuk Hayoung," jawab Xuan Yi agak ragu.
Meski tidak satu sekolah, Xuan Yi mengenal Hayoung karena Hayoung adalah tetangganya.
Bukan tanpa alasan Seola mencap Hayoung sebagai orang yang tidak baik. Seola sering main ke tempat Xuan Yi, dan seringkali pula berpapasan dengan Hayoung yang terlihat bersama laki-laki lain yang bisa Seola tebak adalah pacarnya -terlihat dari gesture tubuh mereka yang menurut Seola cukup mesra. Dan hal itu dibenarkan oleh Xuan Yi yang kebetulan mengenal pacar Hayoung yang notabene satu organisasi karang taruna di komplek perumahan tempat ia tinggal.
"Dia udah putus dari Zelo?" tanya Seola lagi.
Ya, laki-laki itu bernama Zelo.
Seola sudah tahu semuanya. Makanya di kali kedua memperingatkan Hayoung, ia bilang pada Hayoung bahwa ia sudah mengetahui semua hal tentang Hayoung.
"Eng, kalau itu gue nggak tahu." Xuan Yi menggendikan kedua bahunya.
Seola menghela napas panjang.
"Udah pokoknya sekarang lo buruan ganti baju dulu pake baju gue, abis itu ikutan makan malem sama gue. Okay?"
〰〰〰
Han Seungwoo kembali mengusap air matanya yang terus mengalir sedari tadi tanpa bisa ia kendalikan.
"Seola pasti lagi nangis," katanya sembari kembali menyiramkan air yang mengalir dari kran westafel ke wajahnya.
Setelah mengantarkan Hayoung pulang, Seungwoo langsung pulang ke rumah. Ia pikir Seola akan ada di sana. Ia pikir Seola pulang ke rumah.
Nyatanya, ia hanya menemukan Jungwoo yang tengah asyik menonton televisi ketika ia pulang. Dan kini, ponsel Seola sama sekali tak aktif.
"Adek," panggil Seungwoo kepada Jungwoo setelah mengeringkan wajahnya dengan handuk kecil berwarna putih yang kini ia sampirkan ke pundak kiri. "Coba tanyain mbak kamu dia ada dimana sekarang."
"Iya, Kak."
"Kalau sampe Mas Wonho pulang, dia belum pulang, bisa marah nanti Mas Wonho," sambung Seungwoo dengan nada gusar.
Seungwoo yakin. Benar-benar yakin. Wonho pasti akan marah lagi kalau mengetahui bahwa sampai saat ini
1. Ia dan Seola belum juga berbaikan
2. Seola belum pulang ke rumah padahal langit sudah mulai gelap"Malem ini kita makan apa kak?" tanya Jungwoo ketika Seungwoo duduk di sampingnya.
"Katanya Mas sih, Mas mau beli pizza buat kita," jawab Seungwoo yang langsung disahuti dengan sebuah seruan senang oleh Jungwoo karena itu artinya tidak ada sayur malam ini.
Seungwoo tersenyum kemudian mengusak puncak kepala adiknya. Ia tahu benar kenapa Masnya membeli pizza hari ini. Selain sebagai perwujudan minta maaf pada Jungwoo karena Seola dan dirinya bertengkar dan membuat Jungwoo takut semalam, juga sebagai perayaan atas berbaikannya dia dan Seola. Rencananya. Karena Pizza adalah makanan kesukaan Seola dan Seungwoo.
"Gimana? Dibales apa sama mbak?" tanya Seungwoo sembari mengintip ponsel adik bungsunya tersebut.
"Belum dibales, Kak. Hapenya mbak nggak aktif deh kayaknya," jawab Jungwoo sembari menunjukan ruang obrolannya dengan Seola.
Seungwoo mengigit bibir bagian bawahnya.
Khawatir. Tentu saja.
Seola terlihat sangat marah ketika ia terakhir kali melihatnya tadi.
"Kak Seungwoo masih berantem sama Mbak Seola?" pertanyaan tersebut lolos begitu saja dari mulut Jungwoo ketika melihat Seungwoo yang malah diam.
Seungwoo menoleh ke arah Jungwoo, ia mengembuskan napas panjang kemudian mengangguk.
Seungwoo: La, lo dimana? Udah mau maghrib ini, buruan pulang
KAMU SEDANG MEMBACA
cookies; swoo seola
FanficBuku khusus cerita pendek Seungwoo Seola ❤ pic (on cover) credit to owner