4. Jalan - pulang

9.6K 1.5K 119
                                    

Ayahmu... Masih belum bisa menerimaku,
Ternyata.

*******
"Hari ini malam sabtu"

"Terus kenapa, kak?"

"Jalan, yuk. Tapi nanti habis jam tujuh"

"Kenapa jam tujuh? Nanti kemaleman"

"Nggak papa. Biar kamu punya waktu buat sholat dulu. Nanti kalo pulangnya malem, kamu ngantuk. Nggak sempet sholat"

"Hehehe... Kakak tau aja. Oke, aku siap - siap dulu ya. Byee"

"Nanti saya jemput. Byee"

Aji memasukkan ponselnya ke dalam saku. Kaos abu - abu dipadukan dengan celana kain berwarna coklat muda dan sepatu converse kesayangannya, terlihat pas di tubuh Aji. Sebuah jam tangan hitam melingkar di pergelangan tangan kanannya, menambahkan kesan menawan pada dirinya.

Beberapa menit setelah menunggu mobilnya selesai dipakai bundanya, ia bergegas menuju ke rumah pujaan hati yang selalu ia nanti - nanti.

******
Sebuah mobil mercedes benz warna putih terparkir di halaman rumah minimalis milik seorang gadis yang cantik dan manis.

"Permisi, selamat malam!" Aji mengetuk beberapa kali pintu kayu penuh ukiran di hadapannya. Beberapa menit kemudian, pintu kayu itu terbuka, menampilkan sosok lelaki paruh baya dengan sarung dan baju koko terpakai di tubuhnya.

"Oh, kamu. Silahkan masuk." Aji tersenyum canggung dan masuk ke rumah.

Tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua, hanya Aji yang duduk termangu dan ayah Syifa yang masih setia menonton pertandingan sepak bola di televisi.

"Mau keluar?"

Aji yang tadinya hanya melamun, tiba - tiba tersentak mendengar celetukan ayah Syifa.

"Iya, om"

"Pergi kemana?"

"Jalan - jalan keliling kota"

Ayah Syifa hanya mengangguk kecil.

"Jangan pulang malem - malem"

Aji hanya mengangguk kaku. Pasalnya, sedari tadi tidak ada nada ramah di setiap kata yang dilontarkan oleh ayah Syifa

Kembali. Suasana hening itu kembali hadir, tidak ada percakapan, tidak ada senyuman. Aji sibuk memainkan jemarinya dan Ayah Syifa yang sibuk menonton pertandingan bola. Hingga kedatangan Syifa memecah keheningan.

"Loh, Kak? Udah lama nunggunya?"

Aji mendongak dan tersenyum lebar.

"Enggak, kok. Sepuluh menitan lah"

Syifa hanya mengangguk kecil dan berpamitan ke ayahnya.

"Yah, aku pergi dulu sama Kak Aji. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Hati - hati"

"Saya pergi dulu ya, om. Selamat malam"

"Ya, malam."

******
Lagu 'ketika cinta bertasbih' memenuhi mobil Aji.

Senandung pelan Aji mengikuti alunan musik.

"Bisikan doaku... Dalam butiran tasbih. Kupanjatkan pintaku pada-Mu, maha... Cintaa"

Setelah menyanyikan sepenggal lirik, Aji menghela napas. Wajahnya terlihat murung, Syifa merasa bingung dengan kekasihnya.

"Kenapa kak?"

"Nggak apa - apa, kok. Tiba - tiba kepikiran sesuatu"

"Udah lah, kak. Nggak usah dipikirin. Ganti lagu aja, ya? Lagunya oppa - oppa Korea"

Dari Aji [Hidup Untuk Layat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang