21. Menitipkan Asa

3.7K 627 77
                                    

Kalo lo nggak bisa nepatin janji, mending nggak usah ngasih janji. Percuma, nggak bisa dipegang

-Arjuna Adam Afifi

Now playing : Rumpang - Nadin Amizah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now playing : Rumpang - Nadin Amizah

********
Aji berdiri menunggu Syifa, pemuda itu mengetuk - ngetukkan sepatunya pada lantai, berusaha menghilangkan rasa resah dan gelisah dari hatinya.

"Kak Aji?"

Aji menoleh, mendapati Syifa yang baru saja datang ditemani oleh Alisha.

"Gue ke kelas duluan ya" Syifa mengangguk pada Alisha yang lebih dulu memasuki kelas.

"Kak Aji ngapain disini?"

Aji menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Pemuda itu terlihat berpikir sebentar, apakah akan mengatakannya atau tidak.

"Eumm.. Syif, sementara ini jangan temui saya dulu, ya. Jangan telepon saya"

Syifa tersentak sebentar, gadis itu tak mengerti kenapa Aji mengatakan kalimat itu. Kalimat yang seakan terdengar mengusir Syifa pergi, menyuruh Syifa untuk menjauh, dan tak kembali.

"Emang... Kenapa?"

Aji menarik napasnya dalam dan menghembuskannya perlahan

"Saya mau fokus Skripsi dulu, nggak papa kan?"

Syifa menghela napas, sedikit lega rasanya mendengar alasan Aji. Gadis itu mengangguk sembari tersenyum.

"Iya, nanti kalo udah sidang kabarin aku ya?"

Aji menganggukkan kepala, lelaki itu mengacak - acak rambut Syifa sebentar sebelum memilih pergi. Baru beberapa langkah ia ambil, panggilan Syifa menghentikan langkahnya.

"Kak Aji!"

Pemuda itu menoleh, menatap Syifa yang kini sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu nggak lupa sama janji kamu kan?"

Aji termenung sejenak, merasa dihantam dan ditikam oleh pisau. Sedetik kemudian pemuda itu tersenyum dan mengangguk. Ia sebenarnya tak tahu janji mana yang Syifa maksud, karena sudah begitu banyak janji yang Aji layangkan untuk Syifa. Namun, pemuda itu setengah yakin pada satu janji, satu janji yang entah mengapa langsung terbesit di pikirannya ketika Syifa menanyakan hal itu.

Satu janji untuk bersama sampai Tuhan memaksa mereka untuk berpisah.

Syifa tersenyum lebar melihat Aji mengangguk, gadis itu melambaikan tangan lalu memasuki kelas. Meninggalkan Aji dengan segala pemikirannya.

Dari Aji [Hidup Untuk Layat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang