Kalo gue mau, gue bisa buat lo jatuh. Tapi, masalahnya gue nggak mau.
- Agnes Abigail Kuntjoro
*********
Aji melangkah malas memasuki rumah mewahnya, ia melewati omanya begitu saja tanpa memberikan salam atau sekedar senyuman."Oma dengar hari ini kamu nggak jadi fitting baju"
Aji menghentikan langkahnya di pertengahan anak tangga ketika suara omanya seperti sedang menginterupsi, pemuda itu menghela napas kesal lalu melanjutkan kembali langkahnya
"Agnes yang batalin"
"Agnes yang batalin apa gadis teroris itu yang menghalangi?"
Baru dua anak tangga yang Aji naiki, pemuda itu kembali terpaksa berhenti. Ucapan omanya mampu mengundang amarah Aji, seperti minyak panas yang akhirnya diberi api. Meledak walau tak bertahan lama.
"Namanya Syifa, oma! Kapan oma berhenti memanggil Syifa dengan sebutan seperti itu?!"
Atika meletakkan cangkir teh nya pada meja marmer di depannya, kepalanya tertoleh sempurna dan menatap tajam kearah Aji yang sedang berdiri di ujung tangga.
"Oma tidak salah, mereka memang teroris kan?"
Secepat mungkin Aji menuruni anak tangga, menghadap omanya langsung dengan tangan yang terkepal kuat. Kepalanya sudah cukup pusing dihantam sikap Agnes dan revisi Skripsi, sekarang ia harus berdebat dengan neneknya yang sangat keras kepala dan gila.
"Sudah berapa kali ku bilang, teroris yang melakukan pengeboman di gereja dua tahun silam hanyalah orang - orang gila yang bersembunyi di balik Islam!! Oma nggak bisa menggeneralisir seperti itu! Mereka-"
"Kalo bukan karena kaum dari mereka kakekmu masih bersama kita hari ini!"
Aji terdiam sesaat, suara omanya sedikit lebih kencang dan histeris dari sebelumnya. Ia bisa lihat neneknya sedang berusaha mengatur nafasnya kembali, memang benar kepergian kakeknya menjadi luka yang paling dalam bagi keluarga Immanuel. Berawal dari pengeboman gereja di Surabaya dua tahun silam yang menyisakan beberapa orang tewas dan nama kakek Aji terdaftar pada nama korban yang tewas. Semua terkejut, terguncang, apalagi neneknya. Menyisakan sedikit amarah,kecewa, dan rasa sakit sekaligus tidak percaya di hati neneknya. Menciptakan pikiran tak berdasar di otak neneknya bahwa 'Muslim itu kejam'. Sudah berulang kali Aji mengingatkan neneknya jika itu ulah sekelompok manusia gila yang bersembunyi di jubah agama, tapi neneknya tidak juga mendengarkan.
"Oma mau kamu segera putuskan hubungan kamu dengan gadis itu. Kamu tahu bukan kalau oma bisa melakukan apapun? Oma bisa buat nilai gadismu itu turun, menghancurkan karir ayahnya, dan membuat dia hancur dan terasingkan. Kamu mau itu terjadi?"
Tidak, jelas Aji tidak ingin itu terjadi. Ia tidak ingin Syifa kehilangan apa yang sudah ia miliki hari ini. Tapi jika begitu, artinya Aji juga harus mempertahankan hubungannya dengan Syifa.
Karena, bukankah Aji itu milik Syifa?
**********
Aji berjalan duluan memasuki butik kelas atas, hari ini Agnes dan Aji sedang memilih model baju yang akan mereka gunakan pada saat acara pertunangan mereka nanti. Agnes sedang sibuk memilih - milih pakaian berwarna putih dengan berbagai model yang sepertinya semua model akan cocok di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Aji [Hidup Untuk Layat]
Novela Juvenil[judul sebelumnya : LDR| Long Distance Religionship] Tentang takdir, cinta, dan sebuah seni melarikan diri. Dari Aji; "saya tidak ingin meninggalkanmu, tapi di sisi lain, saya juga ingin menyelamatkanmu"