39. Open your eyes

4.2K 630 19
                                    

"hidup itu bukan untuk main - main, Makanya saya serius sama kamu. 'kan kamu hidup saya"

Syifa yang tadinya menatap Aji cerah kini memalingkan wajah sembari tertawa. Merasa sedikit geli dengan ucapan Aji yang menurutnya sangat jayus.

"Apasih, kak. Cringe tau nggak?"

*************
Syifa kembali dihadapkan dengan hamparan hutan luas, pohon - pohon tinggi, rumput liar, dan beberapa tumbuhan bunga yang ia tak tahu namanya. Gadis itu menolehkan kepalanya bingung, ia tak menemukan seseorangpun disana. Gadis itu pikir mungkin ia tersesat, tapi entah kenapa ia merasa sangat familiar dengan hutan ini.

Gadis itu melangkah walaupun tubuhnya terasa kesakitan, padahal tubuhnya baik - baik saja. Namun, ketika digerakkan terasa begitu menyakitkan. Syifa sudah mengitari hutan ini lebih dari tiga kali, tapi gadis itu selalu kembali ke tempat dimana awal ia terbangun.

"Syifa?"

Gadis itu mengernyit ketika mendengar suara yang terdengar familiar di telinganya.

"Kak Aji? Kak Aji!!" Gadis itu terpekik riang dan segera berlari menghampiri pemuda yang tengah tersenyum menatapnya. Pemuda itu berdiri, memakai pakaian jas yang sama seperti terakhir kali Syifa lihat.

Gadis itu berlari, merentangkan tangannya lebar - lebar berniat memeluk erat Aji, tapi ketika tangannya hendak menyentuh Aji, pemuda itu malah mundur selangkah, membentangkan jarak antara ia dan Syifa. Membuat Syifa menatap sendu ke arah Aji

"Kak Aji kemana aja? Aku kangen" rengek gadis itu.

Aji tersenyum, entah kenapa Syifa merasa wajah Aji menjadi begitu pucat.

"Saya juga rindu"

Syifa tersenyum gemas, tapi tiba - tiba gadis itu menyentakkan kepalanya.

"Kamu tau jalan keluar nggak? Daritadi aku muter - muter selalu kembali kesini"

Aji hanya tersenyum lalu menepuk puncak kepala Syifa

"Mau saya antar? Lihat, ayah kamu kebingungan nyari kamu"

Syifa menoleh, dan memang benar ayahnya sedang terlihat kebingungan mencari seseorang di tengah kerumunan pengunjung pasar malam. Pasar malam itu terlihat sangat familiar dengan Syifa, tapi seberapa keras ia mengingat, kenangan tentang pasar malam itu tetap tidak bisa ia temukan.

"Ayo, saya anter"

Aji melangkah mendekati area pasar malam itu, diikuti Syifa yang berjalan di belakangnya. Gadis itu terus melangkah, matanya menatap lurus ke arah ayahnya yang masih kebingungan mencari, bahkan ia tak sadar jika sudah mendahului Aji. Ketika gadis itu hendak melangkah melewati batas antara hutan dan pasar malam, ia menoleh, menyadari Aji tak ikut melangkah bersamanya.

"Kak Aji nggak ikut?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

"Kamu duluan, nanti saya nyusul"

"Janji, ya?"

Dari Aji [Hidup Untuk Layat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang