Semua itu punya porsinya masing - masing, termasuk juga perasaan.
-Antaseno Nagara Pranaja
Now playing : Secukupnya - Hindia
*************
Syifa mengernyit bingung ketika melihat Adam menghampirinya dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik - baik saja. Ada luka di sudut bibirnya, bajunya terlihat begitu lusuh, ditambah lebam yang mulai membiru di pipi kirinya."Kamu kenapa?" Tanyanya ketika Adam sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Nggak papa. Tadi jatuh"
"Kamu pikir aku buta? Jatuh nggak mungkin babak belur kayak gini"
Tangan Syifa terulur hendak memeriksa lebam yang ada di wajah Adam, tetapi lelaki itu menepis pelan tangan Syifa.
Pikirannya masih terbuka dengan lapang bahwa dilarang dua orang lawan jenis bersentuhan tanpa alasan yang penting, ia rasa lebamnya bukan alasan yang begitu penting hingga Syifa harus menyentuh kulitnya. Maka dari itu pemuda itu menepis pelan tangan Syifa.
"Mobil kamu dimana?"
Adam menunjuk mobil Tesla berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari mereka. Syifa menoleh sebentar lalu kembali mengumpulkan atensinya pada Adam, gadis itu menengadahkan tangannya.
"Mana kunci mobilnya?"
"Hah?"
"Biar aku yang nyetir"
"Nggak usah, aku bisa-"
"Tolong, kali ini aja nurut"
Adam menghela napas lalu memberikan kunci mobil yang sedari tadi ada di dalam saku celananya.
Syifa meraih kunci mobil itu dan berjalan lebih dulu menuju mobil Adam.
**********
Di dalam perjalan tidak ada yang berbicara, Adam sibuk mengompres pipinya dengan kompres gel yang tadi sempat mereka beli di Apotek. Sedangkan Syifa fokus mengendarai mobil dengan hati - hati.Tak berselang lama, mereka sudah sampai di rumah Syifa. Pintu rumah itu nampak terbuka, artinya Seno sudah pulang dari kantor.
"Kamu nggak usah pulang dulu, luka kamu harus diobati"
Adam mendorong pintu mobilnya agar tertutup rapat.
"Nggak usah, aku cuma pamit aja sama Om Seno"
"Tapi luka kamu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Aji [Hidup Untuk Layat]
Teen Fiction[judul sebelumnya : LDR| Long Distance Religionship] Tentang takdir, cinta, dan sebuah seni melarikan diri. Dari Aji; "saya tidak ingin meninggalkanmu, tapi di sisi lain, saya juga ingin menyelamatkanmu"