19. Maaf

3.7K 630 24
                                    

Hari ini semua media tengah dihebohkan dengan kabar kedekatan antara pewaris tunggal I.M company dengan putri konglomerat pemilik perusahaan yang sudah masuk ke jajaran perusahaan macan Asia. Dari media kelas atas hingga media penuh tubir seperti lamtur.id, semua memberitakan hal yang sama; Agnes dan Aji yang berjalan bersama keluar dari butik. Bahkan beredar foto mereka memasuki mobil yang sama, memperkuat asumsi - asumsi masyarakat jika mereka menjalin hubungan lebih dari sekedar teman.

Banyak wartawan dengan kamera dan alat perekam berkumpul di depan gerbang rumah Aji, bahkan hari ini pemuda itu tidak bisa berangkat ke kampus karena pintu depan sudah diblokade oleh para wartawan.

Sagara terlihat mondar - mandir dengan ponsel tertempel di telinga, berusaha mengerahkan seluruh bawahannya untuk mengatasi semuanya. Mulai dari take down seluruh berita dengan memberi kompensasi besar - besaran dan meminta para bodyguard untuk mengusir para wartawan  yang berusaha mendesak masuk. Sedangkan Arina sibuk menghubungi pemilik butik untuk mengondisikan karyawannya agar tetap tutup mulut, tidak membongkar rahasia jika kemarin Aji dan Agnes datang untuk memilih model baju untuk acara pertunangan.

Bahkan omanya yang tadi ingin keluar dan mengkonfirmasi berita tersebut, kini hanya duduk diam. Ini semua permintaan Aji, pemuda itu mengancam jika berita tentang pertunangannya dengan Agnes menyebar, maka Aji sendiri yang akan mengatakan pada wartawan jika ia membatalkan pertunangan mereka.

Sudah ia pastikan keluarganya akan menolak, bagaimana bisa mereka membiarkan seseorang mencoreng reputasi keluarga Immanuel? Mereka pasti mau melakukan apapun asal reputasi keluarga tetap berada di tempat yang selayaknya.

Ponsel Aji berdering, gadis yang sejak kemarin malam berusaha ia hubungi sekarang tengah menelponnya. Aji berdiri dari tempat duduknya, memilih memasuki kamar agar bisa leluasa mengobrol dengan Syifa.

"Hallo?"

Suara lembut menyapa gendang telinga Aji, mengundang bulan sabit untuk mampir sejenak di bibir Aji.

"Hallo, Syif. Saya mau minta maaf masalah kemarin"

"Itu udah basi, kak. Sekarang yang pengen aku tanyain tentang berita kakak yang udah nyebar kemana - mana. Maksudnya berita itu apa?"

Aji memejamkan kedua matanya, berusaha memutar otak untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Tidak mungkin ia akan jujur sekarang, walau pada akhirnya ia harus terbuka dengan Syifa, ia tidak mungkin membiarkan Syifa mengetahui itu, tidak untuk sekarang. Pemuda itu masih belum siap kehilangan Syifa untuk kedua kalinya, ia belum siap ditinggalkan walau sepertinya dia yang meninggalkan.

"Oma nyuruh Agnes buat ambil baju pesanan oma di butik dan oma juga nyuruh saya untuk nganterin dia. Cuma itu aja, media yang salah paham. Kamu tahu kan kalau Agnes itu teman saya?"

Hanya terdengar deheman pelan dari seberang sana, mengundang kegelisahan dan praduga - praduga tak berdasar di kepala Aji.

"Kak Aji nggak bohong?"

Aji diam sebentar, jujur, pertanyaan Syifa menusuknya tepat di tempatnya. Membuatnya seperti dibuat kelu untuk berbicara, karena perasaan bersalah berhasil menguasai diri.

"Emang pernah saya bohong sama kamu?"

"Setahuku sih, enggak. Dan semoga aku bener"

Aji tertawa pelan, tawanya terdengar sumbang. Ia masih berusaha menutupi segalanya, jika sudah waktunya, ia berjanji akan mengatakan yang sejujur - jujurnya.

Maaf, saya terpaksa berbohong agar kamu tidak sakit hati.

*********
Syifa tersenyum sembari melambaikan tangannya, lambaiannya ternyata tidak berhenti di udara, tetapi ikut dibalas oleh seorang pemuda berpakaian rapi yang baru saja turun dari mobil mewahnya.

"Sorry, tadi ada meeting sebentar"

Hendri mendudukkan dirinya pada kursi di hadapan Syifa. Hari ini suasana cafe tidak seramai biasanya, sepertinya semesta sedang memberikan waktu agar dua orang yang sudah lama tak bersua itu saling kembali.

"Iya, nggak papa kok"

Hendri tersenyum, Syifa yang melihat senyum Hendri seakan dibawa kembali pada kejadian dua tahun silam dimana mereka bertemu untuk pertama kalinya. Senyum Hendri yang menyelamatkannya dulu, senyum itu yang seakan bertindak sebagai terapi bagi Syifa. Senyum cerah itu yang membawa Syifa pada pengertian bahwa hidup tidak hanya berorientasi pada datang dan pergi, tapi juga tentang datang dan menyembuhkan.

"Kamu nggak banyak berubah"

Syifa tertawa kecil

"Kamu yang banyak berubah, sampai - sampai saya nggak ngenalin kamu"

Hendri mengernyit heran, menurutnya ia tidak banyak berubah sejak dua tahun yang lalu. Masih tetap tampan seperti dulu.

"Berubah kayak gimana? Dari dulu saya juga begini" balasnya sambil terkekeh

"Kamu yang sekarang rapi, naik mobil mewah, kelihatan sultannya. Dulu kan waktu kita ketemu di Maldives, kamu cuma pake celana pendek, kaos putih, sama kemeja pantai. Ya saya kayak agak asing aja lihat kamu yang pake jas kayak begini"

Hendri tertawa, meneliti pakainnya yang sangat formal hari ini. Ia masih ingat bagaimana ekspresi kebingungan Syifa kemarin ketika ia menawari gadis itu pulang. Jujur, Hendri tidak sakit hati ketika mengetahui Syifa tidak mengenalinya, karena jika Syifa tidak mengenalinya, ia bisa mengajak Syifa berkenalan kembali dan mengenali Syifa lebih dalam lagi.

Obrolan mereka berlangsung hangat. Candaan - candaan Hendri, tawa kecil Syifa, dan sedikit rasa hangat yang mampir di hati Hendri. Mereka saling bertukar pikiran, menyatakan pendapat yang berbeda hingga akhirnya saling menyatukan pendapat itu hingga menghasilkan pendapat baru yang bisa diterima oleh pikiran mereka masing - masing. Seandainya Hendri menemukan Syifa lebih dulu, seandainya Hendri menemukan Syifa sebelum Syifa memiliki kekasih, mungkin Hendri akan berani melangkah lebih jauh lagi.

Tapi bagaimana lagi, sekarang Syifa sudah tidak sendiri lagi, gadis itu sudah memiliki alasan mengapa ia harus bertahan hidup, gadis itu sudah menemukan apa yang ia sebut 'rumah'. Dan Hendri paham, menyelip diantara kedua tangan yang masih saling menggenggam itu bukanlah hal yang bisa dikatakan wajar. Hanya orang bodoh yang melakukan itu, dan Hendri bukanlah golongan dari mereka.

Jadi, pemuda ini hanya akan menunggu.

***********
Hallo!!!

Thansk for reading!!!

Don't forget to vote and comment!!

Author note :

Ada yang kangen Adam?
Jadi aku mau bilang mulai part 20 sampai seterusnta Adam akan sering muncul. Dan part 20 itu aku ambil waktu udah minggu depannya, jadi bisa dibilang 3 minggu sebelum patah hati. Dan mulai part 20 itu juga konfliknya akan dimulai hehe

Sekian infonyaaa

Terima kasih

Byebye~

Salam manis,
Royalsjeno_

Dari Aji [Hidup Untuk Layat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang