Catatan Bulan Di Hari Sabtu

218 48 1
                                    

Seandainya Bumi tidak bersamaku (2)

.

Hari ini, Bumi sedang mengerjakan tugasnya di sebuah kedai roti. Sejak tadi, matanya menatap fokus layar komputer jinjing itu. Barangkali sibuk mencari inspirasi untuk menyelesaikan laporan ilmiahnya yang akan dilombakan.

Entah aku harus merana atau ikut bahagia ketika turut membantu dalam doa yang aku panjatkan tiap malam pada Tuhan.

Sebab apabila dikabulkan, waktuku menatap Bumi akan berakhir tidak lama lagi. Lelaki itu bakal pergi, menjelajah negeri lain nan jauh di sana sementara aku di sini.

Sendirian seperti dungu sejati.

"Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana." gadis itu datang sambil memeluk bukunya dan mengucap sebaris judul yang sudah kuhafal diluar kepala. Sementara Bumi menatapnya penasaran, mengabaikan pekerjaannya barang sejenak untuk menanti kelanjutan kata-kata gadis itu.

"Karya Sapardi Djoko Damono."

Itu pertama kalinya aku melihat sepasang mata sendu Bumi terlihat berbinar. Seolah menatap sesuatu yang berharga. Hal-hal yang selalu dinantinya.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada."

Dari mejaku, kulihat Bumi bertepuk tangan mengaguminya. Lalu jemarinya mempersilahkan gadis itu untuk duduk di hadapannya.

Mereka menghabiskan waktu dengan obrolan panjang lebar diselingi tawa menyegarkan.

Sementara aku di sini. Menonton sembari menyesap cokelat panas dan pipi yang basah.

Kupanggil hati, berulangkali, setelah lewat tiga purnama tanpanya.

Namun hati sudah lama mengurung diri.

Aku tak tahu kemana dia pergi.

Hanya saja, aku tahu satu hal:

Aku merindukan hati yang berbisik centil setiap kali melihat Bumi.

Tolong, dengarkan rinduku hati.

Tertanda,

Bulan Arotasi

Disini Saja, Ada Aku ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang