G-333

210 40 3
                                    

Bintang Selatan

.

.


Jimbaran, 2020

"Katanya angkatan dua tahun di atas kita, ada yang jadian di sini loh. Kamu tahu nggak jadiannya karena apa? Dinyanyikan lagu romantis dan ditonton satu angkatan, Bim."

Gemini berujar panjang lebar ketika Bima hanya fokus memotret senja dihadapan mereka. Beruntung hari ini tidak mendung seperti dua hari lalu. Bibirnya menyungging senyum tipis ketika Gemini di tempatnya berakhir menyepak kakinya sebal.

"Kamu nggak mendengarkan aku ya?! Tuh kan! Makanya aku malas kalau pergi bersama kamu, sikap kamu ketika ada Bulan dan nggak ada Bulan berubah drastis tahu!" seru Gemini dibalas helaan napas lelaki itu. Bimasakti menatapnya dengan sorot mata paling jengah yang dia miliki sebelum membalas dengan menyebalkan.

"Tentu saja. Kalau ada Bulan, aku nggak sendirian mendengar imajinasi liar kamu." Bima mencibir. "Lagipula kalau kamu mau membicarakan tentang hal itu, seharusnya kamu panggil Langit Lazuardi. Bukan disini bersama aku dan mengganggu aku dengan khayalan kamu kan, Gemi? Sepertinya kamu tahu, kalau kamu memintanya langsung pada Langit Lazuardi, dia bakal langsung mengabulkan permintaan kamu didetik ini."

Wajah Gemini memanas, "Aku nggak bilang aku mau juga. Aku cuma bertanya kepada kamu, bukan imajinasi liar seperti kata kamu itu. Tapi kamu nggak mendengarkan aku!"

Bima mendengarkan saat Gemini bersungut-sungut dengan wajah memerah malu.

"Tadi kamu bilang aku mengganggu kamu, Bima? Kamu menyebalkan! Nggak punya perasaan. Aku bakal mengadu pada Bulan."

Bima melengos, menahan pergerakan gadis itu dengan memiting lehernya. "Teman kamu itu lagi pacaran, kenapa kamu mau mengganggu dia? Ini momen sekali seumur hidup. Biarkan Bulan bersama dengan Revolusi Bumi tanpa gangguan kamu."

"Aku tahu." Gemini melototinya sebal. "Tapi tadi kan kamu sendiri yang mengusir aku."

"Biar kamu pergi ke Langit Lazuardi, bukan mengganggu Bulan dan Bumi."

"Orangnya saja menghilang seharian ini! Gimana mau aku datangi?!"

Bima menghela napas, ia menatap langit diatasnya sebelum berujar. "Kamu mau foto disini? Mumpung aku baik hati dan keadaannya sedang sangat bagus."

"Tiba-tiba? Apa kamu tahu kalau aku bisa saja berpikir kamu kerasukan saat ini, Bima?" Tanya Gemini dibalas tatapan sinis temannya. "Mau nggak?"

Bibirnya menyunggingkan senyum lebar, mengangguk cepat dan membiarkan Bima melepaskannya. Lelaki itu memperbolehkan Gemini berpose sesukanya dan mengabadikan potretnya tanpa henti.

Tanpa sadar Langit Lazuardi yang gemas mau menghampiri tapi menahan diri. "Cuma teman. Cuma teman. Cuma teman."

Sialan Bimasakti.

"Dumelannya kedengaran sampai sini." ucap Galaksi tiba-tiba. Membiarkan Langit menoleh cepat sebelum meringis ketika lehernya mendadak nyeri.

"Sejak kapan bapak disini?" tanya Langit dibalas kedikan bahu. "Sebelum kamu datang, sejak mereka berdua di sana."

Langit manggut-manggut, memilih tak mengatakan apapun sampai Galaksi menepuk bahunya tiha kali. "Semoga rencananya malam ini sukses, Langit."

"Bapak tahu?"

Galaksi tersenyum, "Mars yang mengatakannya. Jadi saya pikir kamu akan melakukan yang terbaik untuk dia." lelaki itu menarik napas, sebelum berbalik dan membiarkan Langit mengikutinya.

Disini Saja, Ada Aku ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang