G-332

202 42 24
                                    

Satu Spasi

.

.

.

"Apa kamu bisa menyanyikan aku satu lagu?"

Bulan bertanya ketika mereka berdua sepakat mengamati lampu kota dari atas bukit ditemani jagung bakar dan teh manis hangat. Kedua alisnya terangkat sebentar, menanti jawaban Bumi, namun yang dilakukan lelaki itu cuma memakan jagung bakarnya tenang.

Bulan mencibir. "Bagus sekali suaranya, Bumi. Apa kamu sedang melakukan ASMR malam ini? Halo? Halo, Bumi?"

Bumi berusaha mengabaikan gadis itu, tapi bibirnya mengkhianatinya. Revolusi Bumi tersenyum hanya karena wajah meledek Bulan Arotasi dihadapannya sekarang.

"Aku sedang makan, Bulan." katanya berusaha menghindar. Sayangnya terlalu kentara hingga Bulan mencibir lagi. "Kalau nggak mau, kamu bisa menolaknya. Aku kan nggak bakal memaksa."

"Apa kamu sedang kesal, Bulan?" tanya Bumi tanpa melunturkan senyumnya. "Kamu benar-benar mau aku bernyanyi untuk kamu, ya?"

"Apa aku benar-benar mau mendengarkan kamu, Bumi? Nggak tuh. Aku cuma merasa suasananya terlalu sepi, bakal lebih ramai kalau kamu bernyanyi daripada makan jagung asik sendiri."

"Sekarang kamu cemburu dengan jagung bakar?"

Bumi tertawa ketika Bulan melototinya, tidak terlalu lama karena gadis itu memilih menenangkan diri sambil menyesap teh manis hangatnya.

Not sure if you know this

But when we first met

I got so nervous I couldn't speak

In that very moment

I found the one and

My life had found its missing piece

Bulan Arotasi menatap lelaki itu ketika suara tenangnya mengalun lembut, bibirnya mengulas senyum tipis ketika Bumi pura-pura tidak melihatnya dan pura-pura tidak bernyanyi.

"Kok berhenti?" tanya Bulan lucu. Mengamati bagaimana wajah bodoh dibuat-buat Bumi sangat lucu, terlebih ketika wajah sampai telinga lelaki itu memerah sempurna. "Kamu punya suara yang bagus, kenapa malu-malu begitu, Bum?"

"Aku nggak malu-malu." Elaknya cepat. "Aku cuma lupa liriknya. Apa kamu tahu kelanjutannya, Bulan? Kamu bisa meneruskan aku kalau kamu mau."

Bulan tertawa, menghabiskan jagung bakarnya tanpa berkata lagi ketika bibirnya tak berhenti tersenyum.

"Ada apa? Kenapa kamu tersenyum terus begitu?" tanya Bumi saat Bulan membuang sampah jagungnya. Gadis itu mengusap bibirnya yang berminyak. "Nggak pa-pa. Cuma sangat senang karena mendengar kamu bernyanyi lagi."

"Bohong."

Bulan menyengir lebar, menyahutinya juga sekarang.

"Kenapa Beautiful In White? Aku cuma meminta kamu menyanyikan aku lagu, bukan buat melamar aku." ledeknya sebelum menyesap tehnya lagi, sementara wajah Bumi benar-benar terbakar rasanya.

Disini Saja, Ada Aku ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang