G-318

213 40 8
                                    

Bumi dan rutinitasnya
.

.

.

[Gemini]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Gemini]

Langit mendesah panjang. Menatap jadwal Orientasi Pramuka yang sudah ditetapkan sebelum mengatupkan bibir. Memamerkan lesung pipinya yang diam-diam membuat jerit tertahan para gadis. Langit mundur selangkah, hendak mencari Bumi sebenarnya. Namun matanya lebih dulu mendapati Gemini yang sedang menggosok hidungnya berulang kali.

Entah mengapa, Langit merasa perlu mendekat.

"Ada apa?"

"Jangan dekat-dekat!" serunya galak. Gemini menutup wajahnya sesaat sebelum kembali bersin. Bumi mengerutkan alis, merogoh saku celananya dan menyerahkan sebungkus tisu pada gadis itu. "Mau nggak?"

Gemini menatapnya sejenak, lalu berakhir mengambilnya dan berterima kasih tanpa suara. Membersihkan jejak bersinnya dari telapak tangan dan hidung.

Membiarkan Langit menatapnya sepuas hati. Tanpa mengatakan apa-apa. Membuat Gemini bingung sendiri.

"Kamu nggak mau pergi?"

"Lagi menunggu Bumi." jawabnya bohong.

Gemini mengangguk pelan, lalu tersenyum sekenanya. "Kamu udah lihat jadwal Ospram?"

"Belum." dan lagi.

"Iya sih. Buat ukuran anak macam kamu, nggak terlalu penting juga." Gemini mengibaskan tangan di depan muka. "Buatku juga gitu kok. Hehehe."

Langit mengangguk sekenanya, lalu memutar pandangan. Mendapati Bumi di sana, tengah mengobrol dengan Aries dan tampak menjelaskan sesuatu.

"Kalau begitu, aku----"

"Tuan Puteri!" Langit memanggil. Membiarkan Gemini mengatupkan bibir dan menatap wajah semringah lelaki itu tanpa mengatakan apa-apa lagi. Terlebih ketika Langit sudah menatapnya kembali dan langsung izin menghampiri Bumi.

Saat Gemini yakin setengah mati cuma Aries yang dituju lelaki itu.

Ia menghela napas. Menatap bungkus tisu ditangannya sejenak sebelum mengantonginya. Lanjut berjalan seolah tak ada apa-apa.

"Tumben kamu akur dengan Langit Lazuardi." celetuk Pluto begitu Gemini sampai disisinya, berjinjit-jinjit melihat mading.

"Memang biasanya bagaimana?"

Disini Saja, Ada Aku ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang