G-330

193 38 7
                                    

Lagu Semesta

.

.

.

"Hai, Bumi."

Bumi menonton bagaimana remaja perempuan itu menatapnya dari layar, seolah mereka sedang berhadapan sekarang.

"Selamat siang, sore, pagi, dan malam."

Suaranya memenuhi kamarnya sekarang, begitupun senyumnya yang masih sama memikat seperti terakhir kali.

Bumi membiarkan ketika air matanya mengalir begitu saja membasahi pipi, tanpa peringatan, tanpa izin.

"Bumi, ini aku. Cahaya Mentari."

Gadis itu terdiam sejenak, menunduk dalam sebelum menatapnya lagi dengan senyum bergetar.

"Aku.. Aku minta maaf sekali. Karena menyakiti kamu sejahat ini. Meninggalkan kamu sendiri. Mengambil kebahagiaan yang kamu miliki."

Cahaya Mentari menggigit bagian bawah bibirnya. "Maaf untuk semua mimpi buruk yang aku berikan. Aku tahu, aku cukup sadar diri kalau kamu banyak terluka karena aku."


Mentari menatapnya, lalu tersenyum kecil ketika ia lanjut bercerita. Seolah berusaha menikmatinya, sekalipun Bumi tahu dia tidak.

"Bumi tahukah kamu? Seringkali aku bertanya-tanya, seperti apa aku tanpa bertemu kamu. Seperti apa duniaku tanpa cerita kamu."

Bumi menelan ludahnya ketika gadis itu mulai menangis sekarang.

"Ketika aku menyukai kamu melebihi seorang teman, apa kamu juga menyukai aku seperti itu?"

"Ketika aku mendoakan kamu sebelum tidur setiap malam, apa kamu juga mendoakan aku?"

"Ketika aku bermimpi untuk bertemu kamu sekali lagi, apa kamu juga berpikir seperti itu?"

Bumi menggigit lidahnya kelu. Saat gadis itu meneruskan.

"Tapi aku lupa bertanya, apa arti aku untuk kamu ketika kita berdua masih punya waktu."

Disini Saja, Ada Aku ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang