6. business

231 84 8
                                    

Sial!

Gadis dengan rambut yang di kuncir kuda dan menggunakan cardigan hitam itu terlihat memegangi lututnya dengan keringat yang mengucur dari dahinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07:10 yang artinya gadis itu telat 10 menit. Menatap gerbang sekolah yang sudah di tutup dengan pandangan cemas. Baru kali ini dia telat.

"Duh gimana nih," ucap gadis itu sendirian.

Di lingkungan sekolah tidak terlihat satu orangpun yang berlalu-lalang. Mungkin karena KBM sudah di mulai membuat siswa siswi memulai kegiatan belajarnya.

Tak lama terlihat satpam dan seorang guru berjalan ke arahnya. Baru ingin melangkahkan kakinya untuk lari. Teriakan guru yang memanggil namanya membuat perempuan dengan kuncir kuda itu mengurungkan niatnya.

"Nara Alviva" Ya gadis itu Nara. Nara membalikan badannya kembali ke arah gerbang yang sudah di buka oleh satpam sekolah. Nara menyengir dengan ekspresi konyol menatap guru yang tadi meneriaki namanya.

"Kenapa telat? Tidak biasanya kamu telat seperti ini," tanya guru itu dengan tangan yang di lipat di dada.

"Tadi saya naik angkot Bu terus pas di perempatan jalan ban angkotnya bocor jadi terpaksa saya jalan." cerita Nara

"Ya sudah, Kamu masuk dan ikut keruangan ibu." guru itu berjalan terlebih dahulu dengan Nara di belakangnya.

"Yaudh pak Nara masuk duluan," pamit Nara kepada pak joko satpam sekolah yang sedari tadi memperhatikan percakapan antara guru dengan murid.

"Sok atuh neng." pak jokopun kembali menutup gerbang sekolah setelah Nara masuk dan mengikuti Bu sintia guru BK di sekolah ini.

                                  ☕☕☕

Nara berdiri didepan ruang musik dengan berbagai alat kebersihan di tangannya. Tadi setelah sampai di ruang BK Nara di beri hukuman untuk membersihkan ruang musik sampai bersih.

Tapi Nara ragu untuk membuka pintu dan masuk ke dalam. Terdengar Tut piano yang sedang di mainkan dengan nada teratur. Dan terlihat sosok lelaki yang sedang memainkannya tak terlihat jelas karena model pintu ruang Musik transparan tapi dibuat buram.

Mendorong pintu itu dan setelahnya tidak terdengar lagi alunan piano yang di mainkan. Dua manusia dengan jenis berbeda saling diam dan menatap satu sama lain. Nara terlebih dahulu sadar mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Hmm, sorry." Nara berucap dengan rasa tak enak hati karena sudah mengganggu permainan piano cowo di depannya.

"Gue di kasih tugas sama Bu Sintia untuk bersinin ruang Musik ini." Nara menjelaskan kedatangannya ke ruang Musik tapi tak sedikit pun cowo itu menanggapi ucapan Nara.

"Sombong," celetuk Nara pelan yang masih bisa di dengar oleh cowo itu. Nara berlalu dari hadapannya dan mulai membersihkan ruangan. Tersadar sesuatu Nara memberhentikan kegiatannya dan melepaskan kemoceng begitu saja.

"Itu kan cowo yang gue cari. Duh kenapa gue bisa ga sadar sihh." Terlihat sekali wajah frustasi Nara.

Cowo itu sudah tidak ada di tempatnya. Nara berlari ke arah pintu melihat ke kanan kiri tidak ada sama sekali tanda-tanda cowo itu baru saja pergi. Berarti sudah dari tadi dia meninggalkan ruang Musik. Nara begitu susah untuk bertemu dengannya. Padahal tadi dia dan cowo itu udah berhadapan dan bertatap muka. Tapi kenapa dia engga inget bahwa cowo itu yang Nara cari beberapa Minggu ini.

"Hufft." Nara kembali masuk dan melanjutkan hukumannya.

Setelah selesai dengan hukumannya kini Nara sedang berada di kantin menunggu Anggi. Tadi nya Nara ingin masuk kelas tapi Anggi mengabarinya bahwa guru yang mengajar sedang tidak masuk. bel istirahat 5 menit lagi akan berbunyi membuat sebagian siswa siswi sudah mulai keluar dari kelasnya.

Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang