"Udah seminggu lo tinggal di rumah gue, apa lo engga kangen sama papa lo?" Kini Nara dan Anggi sedang berada di rooftop sekolah. Setelah bel pulang sekolah keduanya pun memutuskan untuk ke rooftop.
"Bukannya gue ga suka lo tinggal di rumah gue, cuma apa harus Na lo sama papa lo ribut kaya gini?" Lanjut Anggi dengan menatap Nara. Nara yang di tatap pun sedari tadi hanya diam.
"Gue kangen ko gi, banget. Tapi Papa udah ngusir gue jadi gue bisa apa," jawab Nara dengan Lirih.
"Seengganya lo mencoba untuk perbaiki semuanya." Perkataan Anggi hanya angin lalu bagi Nara.
"Hmm, yaudah gi udah jam segini. Gue ke cafe ya ga enak kalo telat." Pamit Nara berdiri dari duduknya.
"Nanti gue jemput ya, hati-hati." Anggi melambaikan tangannya saat Nara berlalu pergi.
Gue tau lo kecewa sama papa lo Na Anggi berucap dalam hati dengan pandangan di mana Nara pergi.
☕☕☕
Setelah kejadian seminggu lalu di parkiran Nara sudah tidak pernah melihat sosok itu lagi. Di sekolah atau pun di cafe dia sama sekali tak terlihat.
Dorr!
Teriakan di telinganya dan tepukan di pundaknya membuat Nara terlonjak kaget.
Tiara perempuan dengan kacamatanya tersenyum tanpa dosa."Bengong aja lo Na," Kata Tiara.
"Lo kepikiran karena dia udah ga pernah dateng ke cafe lagi." Tiara menggeleng-gelengkan kepalanya saat ucapannya tak mendapatkan respon dari Nara.
"Dih malah kabur lo." Nara berjalan meninggalkan Tiara.
Nara hari ini sama sekali tak bisa fokus bekerja. Nara memikirkan papa nya dan Nara memikirkan dia. Sosok yang bahkan sampe sekarang nama nya tak di ketahui Nara. Memang managernya berniat mengenalkannya tapi sampe sekarang niat itu tak pernah terlaksanakan.
"Nara, lo di suruh ke ruangannya pak Adit." Kenapa orang-orang suka sekali mengagetkannya. Datang tanpa permisi.
"Iya nanti gue ke sana, makasih gas." Bagas kembali bekerja setelah Nara merespon ucapannya.
Kini kebingungan Nara terjawab. Rasa penasaran Nara sudah terjawab beberapa menit lalu. Tapi semua itu terganti dengan rasa khawatir.
Nara mengingat pembicaraan antara dirinya dan managernya.
Flashback on
"Permisi pak. Ada apa bapak memanggil saya?" Tanya Nara.
"Nara sebelumnya panggil saja saya om. Tujuan Om manggil kamu ke sini Om ingin minta tolong sama kamu." Penjelasan orang di depannya membuat Nara lebih serius mendengarkan.
"Minta tolong?" Tanya Nara memastikan.
"Iya Nara. Kamu ingat dengan keponakan Om?" Nara mengangguk menjawab pertanyaan lelaki paruh baya didepan nya.
"Saat ini dia sedang ada di rumah sakit, beberapa hari lalu dia mengalami kecelakaan."
Deg
Entah kenapa ucapan managernya membuat Nara kaku seketika. Lutut nya lemas.
"Kecelakaan?" Tanya Nara lirih dengan spontan.
"Om minta tolong untuk kamu menjaganya di sana. Saat ini Om tidak bisa menemaninya karena Om akan ke luar kota karena urusan pekerjaan yang tidak bisa di tinggal," ucap panjang lebar managernya.
"Keluarga nya? Orang tuanya ke mana Om?" tanya Nara.
Nara bertanya seperti itu bukan karena dia tidak mau membantu orang di depannya. Tapi aneh saja jika tidak ada pihak keluarga yang lain untuk menjaganya.
![](https://img.wattpad.com/cover/203159811-288-k813071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]
Roman pour AdolescentsJudul awal: a glass of coffee filled with dreams Nara Alviva, harus menghadapi perubahan papa-nya karena kedatangan wanita yang begitu Nara benci, ia juga harus mewujudkan impian almarhumah bunda-nya disaat ia mengidap penyakit yang mendiagnosa bahw...