Hari ini hari weekend dan Dareen sudah di perbolehkan pulang. Kejadian dua hari yang lalu membuat keduanya lebih dekat. Kinipun Nara ikut menjemput Daren dirumah sakit.
"Nara Om makasih banyak ya, kamu udah bantu jagain Dareen" Om Adit berbicara kepada Nara yang sedang merapihkan barang-barang Dareen.
"Iya Om sama-sama." Nara berhenti sejenak saat Om Adit berbicara padanya.
"Yaudah Om tinggal dulu yah, Om mau urus administrasi dulu. Nanti kalo sudah selesai kalian keparkiran aja." Om Adit keluar meninggalkan Nara dan Dareen.
"Thanks lo udah jagain gue, dan sekarang lo rela bantuin beresin barang-barang gue." Dareen berbicara kepada Nara yang saat ini sudah selesai membereskannya.
"Sama-sama," Nara berucap sambil tersenyum.
"Yaudh yuk ke luar." Nara mengangkat tas tenteng itu dan memberikannya ke Dareen. Krna mana bisa Nara memegang tas saat mendorong kursi roda.
☕☕☕
Saat ini Nara sedang berada di rumah Dareen. Tadi Om Adit mengantarkan mereka berdua setelah itu pergi lagi karena ada urusan bisnis.
Keduanya saat ini sedang ada di sebuah ruangan dimana isinya terdapat banyak lukisan. Lukisan-lukisan hasil karya Dareen membuat Nara kagum.
"Keren," Satu kata yang keluar dari mulut Nara membuat Daren menyunggingkan senyumnya.
Nara berjalan menuju salah satu lukisan yang lumayan besar. Disana terdapat 1 orang perempuan yang sangat Nara kenali sketsa wajahnya.
"Ini." Nara memandangi lukisan didepannya dengan lekat.
"Kenapa Ra, lo kenal beliau?" Dareen bertanya kepada Nara.
"ini bunda gue, harusnya gue yang Nanya itu. Lo kenal sama bunda?" Nara membalikan badannya kearah dimana Dareen duduk.
"Bunda lo?" Nara mengangguk.
"Itu sahabat orang tua gue yang gue ceritain kemarin, krna dia gue suka akan kopi." Dareen tersenyum memandang lukisan
"Dunia sesempit ini yah," kata Nara. Dareen mengangguk membenarkan ucapan Nara.
"Bunda lo mengajarkan banyak hal ke gue, dulu waktu ibu gue pergi ninggalin papa dan gue, bunda lo yang menguatkan gue" Dareen bercerita sambil terus memandangi lukisan didepannya.
"Dan soal kepergian bunda lo, gue benar-benar ga tau dan sama sekali ga dapet kabar, padahal waktu itu gue mau kasih lukisan ini ke bunda lo. Tapi bunda lo udah ga pernah main ke rumah gue" Dareen menunduk memandang lantai.
"Bunda pergi karna satu wanita yang begitu gue benci." Nara berjalan kearah jendela berdiri disana membelakangi Dareen.
"Wanita itu datang ke dalam kehidupan keluarga gue dengan sandiwara yang dia mainkan." Nara terus bercerita sambil mengingat kejadian dua tahun lalu.
"Tapi sekarang papa masuk ke dalam permainan wanita itu, papa ga percaya kalo wanita itu jahat."
"Gue ga tau lagi gimana caranya untuk papa sadar dan percaya dengan apa yang gue katakan." Nara memandang Dareen yang juga memandang dirinya.
"Apa yang wanita itu lakukan sampai bunda lo pergi selama-lamanya." Dareen bertanya kepada Nara yang saat ini membalikkan badannya lagi ke jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]
Teen FictionJudul awal: a glass of coffee filled with dreams Nara Alviva, harus menghadapi perubahan papa-nya karena kedatangan wanita yang begitu Nara benci, ia juga harus mewujudkan impian almarhumah bunda-nya disaat ia mengidap penyakit yang mendiagnosa bahw...