⚠Part Pendek!!
~•~•~•~
Sekarang ini Nara dan Dareen sedang berada di ruang tamu rumah Dareen. Seperti yang di katakan Dareen saat di perpustakaan tadi bahwa Nara harus ikut ke rumah Dareen.
Dan alasan Dareen mengajak Nara ke sini adalah untuk belajar bersama. Tapi bukannya belajar mereka malah membicarakan hal lain.
"Apa langkah pertama yang mau lo lakuin untuk dapetin bukti itu." Dareen bertanya perihal cerita Nara yang kemarin.
"Tempat kejadian itu, gue mau ke sana." entah lah Cara Nara akan berhasil atau tidak.
"Ngapain?" Dareen bertanya dengan nada bingung.
"Siapa tau ada Cctv yang merekam kejadian itu." Nara berucap dengan menatap Dareen.
"Kejadian itu udah lama banget Ra, udah 2 tahun yang lalu." Nara sedikit putus asa dengan ucapan Dareen.
"Lo bener ren, akan susah buat cari bukti." Kejadian 2 tahun lalu sudah sangat lama jadi susah untuk Nara mengumpulkan bukti itu.
"Gue akan bantu lo, nanti gue cari cara supaya kita bisa mengumpulkan bukti itu." bibir Dareen melengkung membentuk senyuman.
"Dareen." panggil Nara. Dareen memandang Nara seolah bertanya ada apa?
"Gue seneng bisa kenal lo." Nara tersenyum dan itu menular ke Dareen. Dareen mengacak-acak rambut Nara membuat jantung Nara berdetak lebih kencang.
"Kerjasama nya kapan mau di mulai?" Dareen masih belum tau kerjasama seperti apa yang Nara mau.
"Setelah ulangan selesai." Nara membolak-balik buku tanpa membacanya.
"Apa yang akan gue kerjain?" Dareen bertanya kepada Nara.
"Bantu gue mengembangkan apa yang bunda impikan." Dareen masih belum paham dengan perkataan Perempuan di depannya.
"Dengan cara?" Kening Dareen mengkerut krna bingung.
"Menyalurkan bakat lo." Nara tersenyum dengan pandangan mengarah ke Dareen.
☕☕☕
Saat ini Nara sedang bersama Anggi di salah satu pusat perbelanjaan. Tadi Setelah Nara pulang dari rumah Dareen, Anggi mengajak nya pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang berada dikota Bandung.
"Lo mau beli apa si gi?" Nara cape sedari tadi Anggi tak henti-hentinya berkeliling.
"Gue mau beli sepatu incaran gue, tapi kenapa engga ada." Anggi duduk di bangku yang terdapat di depan toko sepatu.
"Kenapa engga lo tanya sama orang tokonya." Nara ikut duduk disamping Anggi.
"Mood gue udah engga ada, gue mau pulang aja." Nara melongo dengan perkataan Anggi. Yang benar saja mereka sudah berkeliling dan sekarang Anggi ingin pulang. Tau gitu lebih baik Nara tidur saja.
"Dih enak aja lo, lo harus tanggung jawab. Gue udah cape ikutin lo keliling tapi tiba-tiba lo minta pulang. Pokonya lo harus traktir gue." Nara menarik tangan Anggi menuju salah satu cafe.
"Gue cape Na, mendingan kita pulang aja." Anggi menahan berat tubuh nya agar Nara tak bisa menarik nya.
"Lo cape, gue juga cape." Nara berhasil membawa Anggi ke dalam cafe.
"Hufft, okey gue traktir lo. Tapi jangan kaya gini ,udah kaya karung beras aja gue di tarik-tarik. Malu Na." Nara melepaskan pegangan tangan Nya pada tangan Anggi.
"Gitu dongg, engga rugi lo traktir gue gi." Nara menyengir sambil duduk disalah satu kuris cafe diikuti oleh Anggi yang cemberut.
Anggi menatap sekeliling cafe dengan Pandangan mengamati. Di kuris yang tak jauh dari tempat Anggi dan Nara duduk. Anggi melihat lelaki paruh baya yang sangat Anggi kenali. Lelaki itu papa Nara, papa Nara tak sendiri dia bersama wanita yang tak beda jauh umurnya.
"Na." Nara yang sedang memainkan handphonenya hanya diam tak membalas panggilan Anggi.
"Nara." Anggi menarik tangan Nara agar mengalihkan pandangannya dari handphonenya.
"Apa si gi?" Nara mendengus kesal.
"Itu papa lo kan." Nara mengikuti pandangan Anggi. Dan benar di sana terdapat papa nya dan wanita yang begitu Nara benci.
"Kita pulang aja gi." Nara bangkit berdiri meninggalkan Anggi. Anggi mengejar Nara ke luar cafe.
Saat tiba di lantai dasar. Anggi menahan langkah Nara dengan memegang lengan Nara.
"Lo kenapa Na?" Anggi bertanya kepada Nara.
"Gue engga suka ngeliat itu, papa kayanya udah benar-benar engga peduli sama gue." Nara menunduk.
Anggi yang melihat Nara seperti itu memeluk Nara dan mengusap punggung Nara.
"Coba deh Na, lo kembali ke rumah. Lo temuin papa lo ngomong baik-baik biar kalian engga kaya gini lagi." Nara melepaskan pelukan Anggi.
"Engga akan bisa gi, papa mana mungkin dengerin omongan gue," ucap Nara.
"Engga ada salahnya kan buat Lo coba." Anggi menatap mata Nara.
Nara menghela nafasnya dan menatap lurus kedepan.
Bun, Nara kangen. Nara juga kangen papa yang dulu
Cairan bening mengalir dari kedua mata Nara
☕☕☕
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]
TeenfikceJudul awal: a glass of coffee filled with dreams Nara Alviva, harus menghadapi perubahan papa-nya karena kedatangan wanita yang begitu Nara benci, ia juga harus mewujudkan impian almarhumah bunda-nya disaat ia mengidap penyakit yang mendiagnosa bahw...