17. start dear?

149 52 3
                                    

Nara menikmati Angin malam di balkon kamarnya dengan menatap bintang-bintang.

Ceklek!

Suara pintu yang dibuka membuat Nara menatap orang yang masuk ke kamarnya.

"Angin malam engga baik buat kamu."

Orang itu menarik Nara masuk dan menutup pintu balkon.

"Sekarang tidur udah malam."

"Kak Rangga ganggu tau ga," kata Nara cemberut dan duduk diatas kasur.

Rangga tak menghiraukan ucapan Nara ia langsung berlalu dari kamar Nara.

Saat ini Nara tinggal bersama Rangga, lagi pula Nara tidak enak bila harus terus-menerus tinggal di rumah Anggi.

Bunda, Nara harap bunda bahagia ya disana batin Nara.

☕☕☕

Sinar yang masuk membuat mata Nara perlahan terbuka, mengucek matanya dan melangkah ke kamar mandi.

"Nara." Rangga memanggil Nara yang baru keluar dari kamar mandi.

"Iya kak."

Pintu terbuka menampilkan gadis dengan baju tidurnya.

"Sarapan dulu."

"Kak Rangga kebawah duluan yah, Nara belum mandi." cengir Nara.

"Kakak tunggu dibawah." Rangga pergi dari hadapan Nara.

"Kak Rangga kerja ya?" tanya Nara setelah mereka selesai makan.

"Iya ada meeting." Nara mengangguk sambil memakan buah apel.

"Kamu ada acara apa? Sekolah libur kan?"

"Iya libur kak, Nara nanti kerja."

"Kerja?" Nara mengangguk.

"Kakak mau kamu berhenti ya." Nara berhenti mengunyah.

"Engga kak, Nara ga bisa." Nara berbicara pada Rangga yang menatapnya memohon.

"Sekarang tanggung jawab kamu ada sama kakak Nara."

"Tapi kak, engga semuanya harus kakak tanggung, biarin Nara mandiri kak." Nara pergi ke kamarnya meninggalkan Rangga sendirian di meja makan.

"Mbok." Rangga memanggil Asisten yang bekerja dirumahnya.

"Iya den."

"Saya titip Nara mbok." Rangga merapihkan pakaiannya.

"Iya den, pasti mbok jagain." Rangga tersenyum pada Wanita yang sudah berumur itu.

"Rangga pamit mbok, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsallam."

☕☕☕

Gadis dengan seragam kerjanya tergeletak tak berdaya setelah mengantar pesanan.

Para pengunjung pun berlarian untuk melihat dan membantu gadis itu.

"Nara bangun." Syifa menepuk-nepuk pipi yang kini pucat.

"Ada apa ini." Lelaki berjas datang menghampiri kerumunan.

"tolong bawa ke mobil saya." Adit membukakan pintu mobil.

"Syifa kamu ikut dengan saya."

"Baik pak."

Mobil melaju diiringi tatapan dari orang-orang yang melihat kejadian ini, meninggalkan pelataran cafe Adit mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

Adit sudah menghubungi Dareen, mungkin sebentar lagi Dareen akan sampai.

"Om." cowo dengan Hoodie abu-abunya menghampiri pria yang sedang duduk.

"Dareen." Adit menyuruh Dareen duduk.

"Nara kenapa om?"

"Om tidak tau Pasti, tapi kata Syifa Nara sudah ditemukan pingsan di cafe," jelas Om Adit.

Dareen meremas rambutnya, entah kenapa perasaan khawatir itu menjalar pada hatinya.

"Keluarga pasien." Seorang dokter pria keluar.

"Saya temannya dok, bagaimana keadaan Nara?"

"Ada penyakit serius yang diderita oleh pasien." Mereka diam krna ucapan dokter didepannya.

"Penyakit serius dok?" Adit bertanya.

"Iya, tapi maaf saya hanya bisa menyampaikannya pada pihak keluarga. Saya permisi." dokter itupun pergi.

"Terimakasih dok." Ucap Adit.

"Om ada urusan, kamu yang menemani Nara ya?" Dareen mengangguk.

"Syifa kita kembali ke cafe."

"Baik pak."

Kini didalam ruangan dengan bau khas obat-obatan hanya ada Dareen dan seorang gadis yang setia menutup matanya.

Perkataan dokter membuat Dareen berpikir keras, penyakit serius apa yang gadis didepannya miliki.

Wajah pucat itu, dan bibir kering nya menjadi hal yang Dareen benci.

Ia tidak ingin kehilangan orang yang disayang nya karna penyakit yang merenggut nyawa mereka.

Sayang? Apa Dareen sayang pada Nara, gadis yang menemani nya dirumah sakit dulu dan sekarang keadaan berubah.

Kelopak mata gadis itu perlahan terbuka, di sertai suara serak.

"Ra." Dareen mencoba agar kesadaran gadis itu kembali.

Nara tidak perlu bertanya ia dimana, karna Nara sudah terlalu hafal dengan interior dan bau yang menguar ke dalam Indra penciuman nya.

"Jangan pernah tinggalin gue Ra."

Kalimat itu membuat Nara diam dan hanya memandang lurus kedepan.

☕☕☕

Maaf ya part nya pendek, pikirannya lagi terbagi-bagi soalnya hehehe😅😙

Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang