Setelah menemui Mama nya kini Dareen kembali lagi kerumah, walaupun ia kecewa dengan Mama nya rasa sayang dan khawatir tidak berkurang sedikit pun.
"Bro." Arvin datang menepuk pundak sahabatnya.
Dareen hanya diam, mood nya sedang tidak baik untuk saat ini. Ia memikirkan Nara apa gadis itu selamanya akan membenci dirinya.
"Dareen."
panggilan dari seorang perempuan membuat Dareen menyadari bahwa bukan hanya kedua sahabat Cowo nya saja yang datang.
"Lo ikut kesini." nada itu masih saja dingin saat berbicara pada Luna.
"Engga papa kan? Gue juga kan sahabat lo."
Arvin dan Evano hanya diam mendengar kan pembicaraan Dareen dan Luna.
"Yang sabar ya, gue tau lo kuat."
Memangnya Dareen selemah apa?
"Bro gue kedepan dulu." Vano berjalan meninggalkan ketiga orang itu.
☕☕☕
Kini taksi yang Nara tumpangi berhenti di rumah yang cukup besar, rasanya asing bagi Nara untuk berkunjung ke tempat ini karna kedatangannya ke sini bisa di hitung dengan hitungan jari.
"Makasih pak."
Nara memandang ragu rumah didepannya, entah kenapa rasanya ia tidak ingin masuk ke rumah besar didepannya saat ini.
"Permisi," teriak Nara pada celah gerbang.
Memencet bel pun tidak ada yang membukakan. Tidak lama satpam membukakan pintu gerbang.
"Cari siapa ya neng."
"Dareen nya ada pak?"
"Mas Dareen ada di dalem neng, neng siapa nya?" tanya satpam itu mengintrogasi.
"Saya temennya pak, boleh saya masuk?"
"Boleh, silakan."
Nara memasuki halaman rumah Dareen dengan langkah yang entah kenapa serasa berat.
Nara memperhatikan motor yang biasanya dipakai oleh teman-temannya Dareen berarti kedua Kakak kelasnya ada di sini juga.
"Kak." Nara memanggil Vano yang baru saja keluar dari dalam rumah Dareen.
"Nara, lo di sini? Sama siapa?" tanya Vano sambil melihat belakang Nara.
"Gue sendiri kak." Vano mengangguk mendengar jawaban Nara.
"Dareen nya ada kan kak?"
"Dareen ada, lo masuk aja dia ada di ruang tamu."
"Makasih kak, gue masuk yah." kata Nara.
Nara melangkahkan kakinya entah kenapa detak jantungnya semakin cepat saat dikit lagi ia sampai ke ruang tamu.
"Ren gue sayang sama lo."
Deg!
Langkah kaki Nara kini benar-benar berhenti sebelum tepat di tujuannya. Di depan sana Nara melihat Dareen tengah berpelukan dengan perempuan yang pernah ia lihat waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]
Fiksi RemajaJudul awal: a glass of coffee filled with dreams Nara Alviva, harus menghadapi perubahan papa-nya karena kedatangan wanita yang begitu Nara benci, ia juga harus mewujudkan impian almarhumah bunda-nya disaat ia mengidap penyakit yang mendiagnosa bahw...