Nara duduk termenung di balkon kamar nya, menatap langit yang indah di malam hari di taburi bintang yang bersinar dengan terangnya.
Lagi dan lagi, Luna menjadi alasan nya termenung. Apa yang Luna pernah lakukan efeknya sangat berlaku untuk pikiran Nara.
"Mikirin apa hm?" Andre duduk di atas kasur Nara menatap lurus pada posisi anak nya.
"Papa." Nara menghampiri Andre dan ikut duduk di samping nya.
"Akhir-akhir ini papa perhatiin kamu sering banget melamun, mikirin apa?" tanya Andre.
"Papa inget sama kakak kelas Nara yang hampir hilangin nyawa Nara?" mungkin Nara butuh teman cerita sekarang.
"Selalu ingat, apa dia menyakiti kamu lagi?" Andre menatap Nara meminta penjelasan.
"Engga pah, tapi kemarin kak Vano bilang dia liat kak Luna. Nara cuma takut kak Luna jahatin Nara lagi, tubuh aku udah terlalu lemah buat lawan dia." Nara memandang kebawah.
"Ada papa, Dareen, kak Rangga yang akan lindungin kamu sayang." Andre mengelus rambut anak nya.
"Harapan hidup Nara masih panjang pah, Nara mau kehidupan Nara di isi dengan hal bahagia. Bukan dengan rasa cemas dan takut kaya gini." Nara memandang Andre dengan tatapan sendu.
"Nara semua yang bernyawa pasti akan mati, dokter hanya bisa memprediksi hidup kamu tersisa lima tahun lagi tapi semua ada di tangan Allah. Kita engga pernah tau apa yang Allah rencanain untuk hidup kita termasuk kematian." Andre menarik Nara kedalam pelukannya.
"Tapi kalo prediksi dokter bener, berarti Nara harus ninggalin papa, Dareen, kak Rangga, Anggi-"
"Sstt, jangan putus asa sayang. Berdo'a dan berusaha untuk kesembuhan kamu." Andre mengecup puncak kepala Nara.
"Sekarang tidur yah, good night Princess." Andre meninggalkan kamar Nara.
Setelah dari kamar Nara, Andre langsung ke ruangan kerja nya. Kini giliran Andre yang termenung di atas kursi kerja nya.
Mana ada seorang ayah yang sanggup mendengar perkataan anak nya tentang kematian, sekarang hanya Nara yang dia punya ia tidak sanggup jika harus kehilangan anak nya.
Andre yakin, bukan hanya diri nya yang takut kehilangan Nara. Dareen-kekasih anak nya pasti akan ikut merasakan kecemasan dan ketakutan, Rangga-anak angkat nya ia juga akan takut jika Nara harus pergi.
Tapi semua kembali lagi pada sang pencipta, jika Nara memang harus pergi artinya Allah lebih sayang pada anak nya.
Andre mengambil bingkai foto dengan wajah ia, mendiang istrinya, dan juga anaknya.
"Kia, anakmu tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti bunda nya. Ia selalu berusaha untuk mewujudkan impian kamu. Sayang, rasa nya aku tidak sanggup jika harus kehilangan Nara." Andre mengelus bingkai foto yang di pegang nya.
"Sudah cukup aku kehilangan kamu, aku tidak ingin Nara pergi," ucap Andre.
☕☕☕
Nara sudah siap dengan seragam sekolah nya, ia menuruni anak tangga menatap heran karena tidak melihat Andre di meja makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]
Подростковая литератураJudul awal: a glass of coffee filled with dreams Nara Alviva, harus menghadapi perubahan papa-nya karena kedatangan wanita yang begitu Nara benci, ia juga harus mewujudkan impian almarhumah bunda-nya disaat ia mengidap penyakit yang mendiagnosa bahw...