Hening. Itulah yang menggambarkan suasana ruang tamu rumah Nara, setelah kedatangan seseorang mereka tidak bisa menciptakan obrolan seperti beberapa menit yang lalu.
Bahkan Arvin yang biasa nya bisa mencairkan suasana kini hanya ikut diam dengan hanya fokus ke handphone nya.
"Sorry ya gue baru bisa jenguk lo sekarang, walaupun kita ga deket tapikan lo pacar nya sahabat gue berarti lo juga temen gue."
Haruskah Nara memainkan peran nya juga di sini, bertingkah baik dengan orang yang sudah menyakiti nya. Nara bukan Luna yang dengan pandai berakting.
"No problem, thanks udah nyempetin jenguk." lebih tepat nya terpaksa hanya untuk menutupi kejahatan nya.
"Gue lupa ada janji sama nyokap, sorry ya gue ga bisa lama-lama. Gue duluan." Luna bangkit berdiri dan berjalan ke arah Nara, memeluk nya dan membisikkan.
"Selamat bahagia untuk menderita."
Nara yang mendengar itu hanya diam dan mencoba mencerna ucapan Luna, ia tau tujuan Luna datang ke sini bukan untuk berlaku baik pada nya.
Lima hari di rumah sakit dan kemarin ia di bolehkan pulang untuk beristirahat di rumah, tapi hari kedua nya berisitirahat di rumah malah orang yang tidak ia harapkan datang memunculkan diri nya dengan segala sandiwara.
"Lo okey Na?" Anggi yang menyadari Nara hanya diam lantas bertanya.
"Hm, i-iya gue baik-baik aja." Nara menjawab terbata-bata.
"Kenapa?" kali ini pertanyaan itu datang dari mulut Dareen.
"Gapapa, aku ke kamar dulu yah." Nara bangkit berdiri meninggalkan orang-orang di ruang tamu dengan tatapan bingung nya.
"Nara kenapa?" tanya Arvin.
"Engga tau, gue coba tanya dia nya deh. Bentar yah." Anggi ikut meninggalkan ruang tamu menuju kamar Nara.
"Na, gue masuk yah." Anggi takut Nara butuh privasi.
"Masuk aja nggi." setelah mendengar suara dari dalam, Anggi membuka pintu kamar Nara.
Nara sedang duduk di atas ranjang nya menatap TV yang menyala, tapi Anggi tau Nara tidak menonton apa yang di tayangkan sekarang.
"Lo kenapa Na?" Anggi ikut duduk di hadapan Nara.
"Kenapa apa nya? Gue gapapa."
"Kita sahabatan udah lama, jadi dengan gampang nya gue tau kalo lo sekarang lagi ada yang di pikirin." Anggi memegang pundak Nara.
"Naraa." Anggi memanggil nama sahabat nya karena tak mendapatkan respon.
"Tapi lo janji ya nggi, lo jangan kasih tau Dareen atau siapapun." ucap Nara.
"Tergantung, kalo emang ini ga harus kak Dareen tau ya gue ga akan kasih tau. Dan sebaliknya."
Nara diam, ia sebenar nya tidak mau menceritakan hal ini. Tapi di sisi lain ia juga butuh teman curhat.
"Soal kak Luna, gue takut dia bertingkah lebih jauh ke gue." Nara menunduk.
"Maksud lo?" tanya Anggi tidak mengerti.
![](https://img.wattpad.com/cover/203159811-288-k813071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]
Teen FictionJudul awal: a glass of coffee filled with dreams Nara Alviva, harus menghadapi perubahan papa-nya karena kedatangan wanita yang begitu Nara benci, ia juga harus mewujudkan impian almarhumah bunda-nya disaat ia mengidap penyakit yang mendiagnosa bahw...