23. Unite

104 30 5
                                    

Sudah dua hari Nara di rumah sakit dan Dareen setia menemani nya, Nara berpikir ia akan bosan karena harus terus-terusan di ruangan yang bau obat-obatan tapi ia salah. Dareen yang benar-benar menjaga nya membuat ia tidak begitu bosan di sini.

"Kak Vano, kak Arvin sama Anggi engga kesini?" tanya gadis itu setelah menyelesaikan makan nya.

"Nanti malem mereka baru kesini." jawab Dareen yang masih menggunakan seragam sekolah.

"Lo engga pulang dulu?" Nara menatap Dareen yang baru saja meletakkan mangkuk.

"Engga, minum obat dulu ya?" Dareen mengambilkan obat-obatan Nara.

"Boleh ga gue request sehari aja ga usah minum obat?" tanya Nara.

"Ga ada request-requestan." Dareen menyodorkan obat dan gelas pada gadis di depan nya.

Di dalam ruangan ini hanya ada Dareen dan Nara, papa nya masih ada pekerjaan di kantor nya dan Rangga baru nanti malam menemani nya.

"Ren." Nara menatap Dareen begitupun dengan Dareen.

"Kenapa?" tanya Dareen lembut.

"Makasih udah mau jagain gue selama gue di sini." senyum Nara terukir.

"Sama-sama." Dareen menepuk puncak kepala Nara.

"Ra, lo belum mau cerita soal pipi lo yang-" Nara buru-buru memotong ucapan Dareen.

"Ren, kan udah gue bilang gue engga mau bahas itu dulu." Nara memandang TV yang menyala.

Bukan hanya Dareen yang menanyakan soal pipi Nara yang dua hari lalu memar, tapi Nara tidak mau menjawab itu dan ia tidak mau nanti persahabatan Dareen dengan Luna renggang.

"Gue mau ke taman." Dareen mengalihkan pandangan nya dari handphone menatap Nara.

"Lo harus istirahat." ucap Dareen.

"Gue bosen di dalem kamar terus." gadis itu cemberut.

Di sinilah mereka, di taman rumah sakit. Beberapa pasien juga ikut meramaikan taman di sore hari.

"Dareen, gue boleh nanya?" tanya Nara dengan ragu.

"Nanya apa?" Dareen duduk menyerong ke arah Nara.

"Ka-kak Luna cuma sahabat lo?"

Entah kenapa Nara benar-benar ingin tau hubungan cowo di depan nya dengan Luna.

"Iya." singkat. Itu lah jawaban Dareen.

"Lo sedikit pun ga nyimpen perasaan buat dia?"

"Gue nyimpen cinta buat lo, sedikit pun engga ada perasaan buat dia." Dareen menatap manik mata Nara dengan ketulusan.

Diam. Nara tidak mengeluarkan pertanyaan-pertanyan yang ingin ia ketahui jawaban nya, lidah nya seolah kaku untuk mengeluarkan kata-kata.

"Gue cinta Ra sama lo, janji gue terucap saat posisi kita sama persis kaya gini. Gue berjanji sama diri gue sendiri untuk lindungi lo dan gue mau lo tau kalo cinta gue tumbuh bukan karena kasihan sama kondisi lo tapi karena gue udah nemuin cinta gue yang sesungguh nya." Dareen mengucapkan itu dengan tulus.

"Will you be my girlfriend?" Dareen menggenggam tangan mungil itu yang salah satu nya di infus.

Sedangkan Nara yang mendengar kalimat-kalimat dari mulut Dareen, dan pertanyaan itu membuat Nara bingung harus menjawab apa.

"Ren, lo tau kan kondisi gue gimana." kata Nara.

"Gue tau Ra, sangat tau. Tapi sekarang kita engga lagi ngomongin tentang itu-"

Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang