⚜Chapter 1⚜

3K 235 54
                                    

Semua orang membungkuk kepadanya setiap ia berjalan, sesekali tersenyum ketika melihat kecantikannya dan terpesona dengan visual yang dimilikinya.

Jina masuk ke dalam ruangannya dan melihat sekretarisnya sudah berdiri tegak di sebelah kursinya, juga sambil memegang berkas-berkas yang disiapkan untuk meeting.

"Aku tidak terlambat, kan?" tanya nya lalu terkekeh kecil ketika melihat gelengan dan senyuman kecil dari sekretarisnya.

"Siapa yang akan bekerja sama dengan kita?" si sekretaris mulai memberikan berkas-berkasnya kepada sang CEO, kemudian menjelaskan semuanya.

"Company dari Korea Selatan, mereka meminta untuk merahasiakan nama company juga CEO mereka." jelas sekretarisnya kemudian memberikan beberapa penghargaan yang mereka dapatkan.

"Ah iya nyonya, mereka datang lebih awal dari yang dijadwalkan. Mereka sudah menunggu di ruang meeting." Jina mengangguk paham lalu merapihkan berkas dan berjalan ke ruang meeting dengan sekretarisnya.

Masuk ke dalam ruangan dan disambut dengan bungkuk kan hormat dari semua orang di dalamnya. Melihat satu persatu orang yang datang dan mereka semua terlihat familiar―tapi Jina tidak bisa mengingat siapa mereka.

Saat duduk, seorang pria maju ke depan dengan layar yang memperlihatkan bagaimana kedepannya jika company mereka bekerja sama. Peningkatan, kejayaan, juga kesuksesan yang akan didapatkan oleh masing-masing company terlihat jelas di layar.

"Dan dari sini, kita tau bahwa akan diberikan jatah yang sama, yaitu 50% untuk masing-masing company." finalnya setelah menjelaskan semua yang ada di layar selama 30 menit.

"Apa yang terjadi jika semua yang kamu jelaskan itu gagal?" Jina membuka pembicaraan dan keadaan seketika hening, semua atensi menuju ke arahnya.

"Saya akan pastikan semua ini tidak akan gagal." ucapnya lalu dibalas dengan anggukan dari sang CEO.

"Optimis. Saya akan memberikan keputusannya 2 minggu lagi, saya harap kalian dapat sabar menunggu." semua orang mengangguk kemudian berdiri.

Satu persatu dari mereka mengucapkan selamat tinggal dan membungkuk ke arah sang CEO. Begitu pula dengan orang yang membuat presentasinya di depan, ia segera keluar dari ruangan meeting. Meninggalkan Jina bersama sekretarisnya berdua.

"Nyonya, boleh saya meminta izin?" tanya si sekretaris setelah semua orang keluar.

"Boleh, ada apa?" Seulgi menggigit bibir bawahnya sebentar, kemudian kembali berkata.

"Saudara saya akan melahirkan beberapa hari lagi―bolehkah saya mengambil cuti?" tanya nya.

Jina sedikit ragu. Pekerjaannya akhir-akhir ini lumayan banyak dan ia tidak mungkin menyelesaikan itu semua sendirian. Biasanya Seulgi akan membantunya dan semua pekerjaannya akan selesai tepat pada waktunya.

Tapi, apa salahnya mencoba bersikap mandiri?

"Baiklah, apa 1 minggu cukup untukmu?" Seulgi mengangguk senang.

Kemudian ia membungkuk ke arah Jina, keluar dari ruangan lalu merapihkan barang-barangnya. Karena mulai besok ia tidak akan bekerja sampai 1 minggu ke depan. Sedangkan sang CEO masih berada di ruangan meeting, mengambil handphone nya kemudian membuka chat dari sekretaris suaminya―Namjoon.

Semenjak ia pergi, yang selalu berkomunikasi dengannya hanya Namjoon. Yang memberi tau bagaimana kabar anaknya, hanya anaknya yang diminta oleh sang ibu. Tentang Soobin, Jina yakin ia sudah mendapat informasi yang cukup dari internet.

Tidak ada yang baru dari si sekretaris, jadi ia memutuskan untuk menelfon.

"Ada apa nyonya?"

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang