⚜Chapter 16⚜

2.2K 181 104
                                    

Pukul 2 malam, Jina membuka matanya dan mendapatkan suaminya yang tertidur sambil memeluknya.

Setelah berbincang di dapur tadi, mereka berdua masuk ke dalam kamar dan Soobin langsung tertidur setelah ditenangkan kembali oleh istrinya. Tadinya sang istri juga tertidur tapi beberapa pikiran kembali muncul di dalam kepalanya.

Berbeda dengan pikiran suaminya tentang bagaimana ia akan tinggal, ia sendiri memikirkan bagaimana agar ia bisa keluar.

Rasa menyesal dan tidak enak masih ada di dalam hati nya, setiap ia bertemu dengan sang suami ia merasakan hal aneh di dalam tubuhnya.

Ia sudah mencoba semua cara agar tidak terlihat oleh sang suami dan semua itu berhasil.

Tipuan yang ia buat, berhasil.

Semua tawa yang ia buat, semua perlakuan manis yang ia buat, semuanya berhasil. Semua itu dilakukan untuk meyakinkan suaminya kalau ia tidak akan pergi.

Jina masih memilih ego nya. Ia akan kembali ke Italia dan menjauhi sang suami. Walaupun company mereka sudah bekerja sama, ia akan mencoba memberikan beberapa alasan agar kedua CEO tidak bertemu.

Semua ini terdengar jahat, tapi ini demi kebaikan mereka semua.

Jina yakin jika suaminya akan menemukan yang lebih baik dari dirinya. Ia juga yakin anaknya tidak akan hidup di dalam kebohongan jika dirinya pergi, karena selama ini HwaSoo masih percaya dengan kedatangan adik kecilnya.

Kemudian ia melihat Soobin yang masih tertidur pulas. Tangan kekar yang memeluknya ia geser perlahan.

"Eunghh.." gumam sang suami lalu membalikkan badannya dan membelakanginya.

Di dalam hatinya ia menangis, menangis sejadi-jadinya karena dalam beberapa jam ini semua yang dilakukannya adalah tipuan dan semua janji yang ia buat hanya omong kosong.

"Maafkan aku.." lirihnya kemudian mengecup lembut pipi suaminya.

Setelah itu ia keluar dari kamar dengan perlahan begitu pula saat ia menutup pintu, ia mencoba mati-matian agar tidak terdengar. Setelah berhasil menutupnya, ia berjalan menuju kamar sang anak―membuka nya perlahan dan melihat anaknya tertidur pulas dengan boneka kelinci lamanya.

Boneka itu hadiah dari sang ibu untuknya saat berhasil mengucapkan kata pertama dari mulutnya yaitu eomma.

Jina berlutut di dekat anaknya kemudian mengecup pipi nya lembut―tak menyadari jika air matanya menetes di pipi sang anak.

"Eomma harus pergi, maafkan eomma.." bisiknya.

"HwaSoo harus jadi orang yang baik, jangan seperti eomma seperti ini. Saat besar nanti, HwaSoo harus jadi orang yang bertanggung jawab―"

"―jangan contoh eomma mu yang meninggalkan keluarganya seperti ini.." finalnya lalu kembali mengecup pipi anaknya dengan sayang.

Kakinya melangkah keluar dari kamar sang anak juga keluar dari rumahnya. Dengan sweater yang melindungi tubuhnya, ia berjalan menuju halte bus terdekat.

Selama ia berjalan, kepalanya tidak berhenti berpikir tentang apa yang ia lakukan sekarang. Pikirannya berkata kalau ini adalah hal yang harus dilakukan di situasi seperti ini, tapi hati nya tidak berhenti mengatakan kalau ia harus kembali.

Tangannya memeluk tubuhnya sendiri, dengan sweater yang lumayan tipis di cuaca sedingin ini, Jina tidak yakin ia akan sampai ke hotelnya.

Namun takdir berkata lain, ia berhasil sampai di halte bus dan mengambil bus yang melewati hotelnya.

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang