⚜Chapter 27⚜

2.5K 179 90
                                    

hadudu dh mo chap 30 ni :))

• • •

Hari menjelang sore dan kini HwaSoo sudah tertidur di kamarnya. Sedangkan sang ibu sedang mencuci piring di dapur dengan suaminya yang setia memeluknya dari belakang.

"Tidak pegal?" tanya sang istri dan suaminya menggeleng cepat.

Kepala nya ia taruh di pundak istrinya dan memejamkan matanya di sana, sesekali menghirup aroma manis dari leher istrinya juga memberikan kecupan ringan di sana.

Melihat tangan istrinya yang semakin lama mengeriput karena terkena air, akhirnya ia memutuskan untuk menggantikannya untuk mencuci piring.

"Biar aku saja hm?" tanya nya lalu melepas pelukannya.

"Ah kamu baik sekali." balas istrinya lalu mengusap tangannya di pundak sang suami.

Beberapa detik kemudian Soobin menyadari kalau Jina mengelap tangannya yang basah di sana, membuat mereka berdua tertawa kecil dengan sang istri yang masih setia mengelap tangannya di pundak suaminya.

Tak lama kemudian sang suami selesai mencuci piring dan menggendong istrinya ala koala ke meja makan, menaruh kedua tangannya di masing-masing samping paha istrinya lalu mendekatkan hidung mereka berdua.

Sedangkan istrinya menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, tertawa kecil ketika sang suami menggesekkan hidung nya―membuat kesan geli di sana.

"Beberapa hari lagi aku harus kembali ke Italia―"

"Apa?"

Suaminya menarik wajahnya dan menatap tajam sang istri seakan-akan memberikan larangan kalau ia tidak boleh kembali ke Italia.

"Untuk masalah pemindahan company sayang." jawab istrinya lalu mengecup pucuk kepala sang suami lembut.

Hal itu membuat Soobin melongo seketika karena ini sudah kedua kalinya dalam hari ini Jina memanggil nya sayang.

Namun ia kembali mengingat tentang istrinya yang ingin kembali ke Italia beberapa hari lagi, membuatnya berusaha untuk tidak luluh dengan panggilan dari istrinya.

"Aku akan kembali, aku janji. Aku tidak akan menetap di sana―mungkin iya untuk beberapa ha..ri.."

Jina menahan tawa nya ketika suaminya mengerucutkan bibirnya dengan tatapan tajamnya, pipi nya menggembung dan jangan lupakan dengan telinga yang memerah karena menahan emosi nya.

"Akan aku usahakan untuk selesai dalam satu hari." sang suami tetap mengerucutkan bibirnya.

"Dalam beberapa jam?" wajah nya tetap sama seperti sebelumnya.

Ia menggeleng kepala nya sebentar kemudian menangkup wajah sang suami untuk ia cium bibirnya beberapa detik.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin menyuruh Seulgi yang memberi tau semuanya ke para karyawan, itu tidak profesional sama sekali.." lirih nya.

"Tapi aku takut.." balas suaminya kini memeluknya erat.

"Bagaimana jika kamu menetap di sana? Bagaimana jika saat di sana kamu berubah pikiran dan tidak kembali?" tanya nya dan sang istri hanya tersenyum.

Tangannya mengusap pelan rambut suaminya, memberikannya ketenangan walaupun sesekali mulutnya tetap berbicara tentang pikiran negatifnya―membuat Jina sedikit tertawa ketika melihat sisi manja sang suami.

"Aku tidak akan menetap di sana, aku janji. Apa kamu tidak percaya padaku hm?" tanya nya.

"Aku percaya, tapi aku khawatir.. Aku takut jika apa yang aku katakan dari tadi benar-benar terjadi." jawab suaminya.

"Baiklah jika seperti itu, aku akan terus menghubungi mu selama di sana, agar kamu tidak terlalu khawatir, bagaimana?" tanya sang istri dan dengan cepat Soobin mengangguk.

"Dasar bayi besar."

• • •

Saat malam Jina kembali terbangun. Ia tidak melihat Soobin di sampingnya, membuatnya bingung dan khawatir kemana pergi nya suaminya.

Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan turun ke bawah, mencoba untuk mencari sang suami yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya.

Saat ia melihat ke dapur, ia melihat seorang pria sedang asyik memakan eskrim dengan bersandar di meja makan.

"Eoh? Soobin?" panggil nya dan sang empu menengok dengan sendok yang menempel di bibirnya.

Jina mendekati suaminya yang kini hanya cengengesan melihatnya, membuatnya menggeleng kepala nya sebentar lalu mengambil tempat eskrim dari tangan sang suami.

"Sungguh? Malam-malam begini?" tanya nya dan menyuapkan dirinya sendiri sesendok eskrim.

Sang suami mengangguk lalu tersenyum, menarik pinggang istrinya untuk ia peluk dan membuka mulutnya―mengisyaratkan istrinya untuk menyuapinya sesendok eskrim.

Sebelum menyuapi suaminya, tiba-tiba muncul ide liar di kepala Jina. Ia menaikkan sudut bibirnya lalu mengarahkan sesendok eskrim ke arah mulut sang suami.

"Ups." sendok eskrimnya sengaja ia jatuhkan di leher lalu menurun ke dada Soobin.

"Biar aku bersihkan."

Ia mulai menjilati leher suaminya sesekali mencium atau menggigiti nya, meninggalkan bekas merah di sana. Sedangkan sang suami dengan otomatis mendongakkan lehernya.

Bibirnya menurun ke dada suaminya, sesekali melirik ke atas dan melihat bagaimana sang suami menaikkan sudut bibirnya dengan nafas yang memberat.

"Ini caramu untuk memulainya?" tanya Soobin dan semakin mengikis jarak antara mereka.

"Eum, lakukan sepuasmu malam ini, aku tidak akan menghentikanmu."

Dengan mendengar persetujuan dari sang istri membuat diri nya tidak segan-segan mengangkat istrinya bak karung beras ke dalam kamar, setelahnya menaruh nya di kasur dan menindihnya.

"잘 먹겠습니다."

(selamat makan)

TBC.

AHAHAHAH APASEH

iya aku nyontek gugel :"

btw apa kabar kalian hari ini? Apa kalian menikmati banjir dan mati lampu di bbrp tempat? aowkwkwkwk

semoga yg banjir bisa cepet2 surut dan yang mati lampu bisa cepet2 nyala listriknya, aamiin

semoga di awal taun ini kita semua bisa lebih banyak senyum n bahagia ya :)

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang