⚜Chapter 4⚜

2K 183 30
                                    

Hingga petang datang, Soobin tetap berada di depan rumah. Dengan sang istri yang sesekali melihat keadaannya dari balkon kamarnya. Suaminya duduk di teras dengan kedua tangannya yang ditumpukan di lutut, sesekali menyembunyikan kepalanya di sana.

Matahari hampir terbenam, sang suami merasakan sedikit kehangatan dari matahari juga kedinginan dari angin yang mulai berhembus kencang. Mengingat ia hanya memakai kemeja putihnya yang lumayan tipis, dengan atasnya yang dibuka 2 kancing.

"Tidak menyuruhnya masuk?" tanya Hoseok sambil menepuk pundak saudaranya.

Jina menggeleng pelan, mata nya masih tertuju dengan suaminya yang memeluk dirinya sendiri. Perasannya kembali aneh, di satu sisi ia ingin kembali tapi di sisi lain ia merasa akan merugikan sang suami jika ia kembali.

Ia kembali mengingat bagaimana ia berteriak pada suaminya, membuatnya semakin bersalah dan tidak enak.

"DIAM!!"

Kembali menggeleng kepala nya ketika ia mengingat teriakan nya sendiri.

"Sayang, kumohon buka pintunya.."

Jina berjongkok di balkon kamarnya, menyembunyikan kepala nya―juga menyembunyikan tangisnya.

Air matanya keluar, tidak dapat ia tahan lagi. Mengingat kembali semua yang telah dialaminya selama ini membuat hati nya sakit.

"Kumohon kembali denganku, aku tidak peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku hanya ingin kamu berada di sampingku, bersama ku.."

Hati dengan otak nya kembali bertengkar. Otaknya egois sedangkan hati nya ingin menemui nya. Jina hanya bisa menangis, menangis sejadi-jadinya tanpa memperdulikan saudaranya yang kini berada di belakangnya―melihatnya sedang hancur.

Hoseok mendekati Jina, duduk di samping nya kemudian memeluknya erat, juga mengusap punggung serta kepala nya lembut. Sedangkan saudaranya tetap menangis, dengan kedua tangan yang menutup wajahnya juga matanya yang berair.

"Aku―hiks.. aku tidak tau harus bagaimana―hiks.."

"Ssh.. Jangan dipikirkan, lebih baik kamu istirahat. Besok kamu di rumah saja. Aku bantu pekerjaanmu yang belum selesai―dan suamimu, biar aku yang urus."

Jina mengangguk kemudian dibantu berjalan ke kasurnya. Bak anak kecil yang diawasi orang tua nya saat ingin tidur, Hoseok memastikan terlebih dahulu kalau saudaranya tidur. Kemudian ia mematikan lampu dan keluar dari kamar lalu turun ke bawah menuju Soobin.

Saat ia membuka pintu, ia dapat melihat bagaimana bahagia nya pria di hadapannya. Yang tadinya menunduk sekarang berdiri dengan perasaan gembira.

"Dimana Jina?" tanya nya penasaran. Hoseok menggeleng kepalanya perlahan, kemudian keluar dari rumah dan menguncinya.

"Ayo, kuantar pulang." tegas nya lalu berjalan menuju mobilnya.

Sedangkan Soobin merasa aneh dengan Hoseok. Menahan tangannya ketika ia ingin menyalakan mobilnya kemudian menatapnya tajam.

"Istriku. Dimana?"

"Stress." satu kata dari mulutnya berhasil membuat Soobin naik pitam dan satu pukulan keras berhasil mendarat di rahang yang lebih tua.

Hoseok memegang rahangnya, kemudian terkekeh ketika melihat keadaan yang lebih muda itu berantakan. Wajahnya pucat dan berkeringat, rambutnya acak-acakan dan matanya memerah.

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang