bosen ga klo aku apdet trs?
• • •
Jina memeluk dirinya sendiri di dekat kasur, dengan selimut yang masih setia berada di punggungnya juga coklat hangat yang ia buat saat Hoseok pergi mengantarkan Soobin tadi.
Melihat ke arah jendela dan mendapatkan rintikan hujan yang lebih deras dari sebelumnya. Tangannya mengaduk coklat hangatnya berkali-kali, tapi pikirannya kosong dan ia tidak bisa fokus.
Pekerjaannya ditinggalkan begitu saja. Ia berencana untuk tidak masuk lagi besok, ia masih butuh refreshing karena kejadian hari ini. Dimana ia menolak untuk pulang ketika anaknya sedang kesakitan.
Tangannya kembali memeluk tubuhnya sendiri, bahkan lebih erat dari sebelumnya. Kepala nya ia tenggelamkan di antara kedua kakinya kemudian menangis di sana.
Ia merasa seperti pengecut. Seperti anak burung yang tidak berani keluar dari sarangnya bahkan ketika ia sudah siap. Ketakutan yang ia coba lupakan selama ini kembali lagi kepadanya.
Jina mengingat bagaimana hari itu terjadi. Jika saja, ia tidak membentak suami nya dan tidak keluar dari rumah, ini semua tidak akan terjadi. Jika saja, ia membiarkan suaminya menjelaskan semuanya dan mendengarkannya dengan baik, ini semua tidak akan terjadi.
Semua salahnya, semua.
Menutup telinga nya saat ia mendengar sesuatu yang mengganggu, dan kembali menangis. Jika saja ia pulang sekarang, apa semuanya akan baik-baik saja? Apa keluarga nya akan menerima nya?
Apa semuanya akan kembali seperti semula?
Pikirannya kacau begitu pula perasaannya. Perasaan aneh di dalam hati juga perutnya, membuatnya ingin muntah tetapi tidak dapat di keluarkan.
"Jina-ya." sebuah suara familiar terdengar. Kemudian pintu yang tertutup dari dalam juga terdengar oleh nya.
"Ada apa hm?"
Hoseok mendekatkan dirinya ke saudaranya yang sedang memeluk dirinya sendiri di lantai, dengan mata yang berair juga rambut yang berantakan.
"Suamimu sudah pulang, ia sudah pergi. Jangan dipikirkan lagi." badan besarnya memeluk Jina, mengusap punggungnya sebentar kemudian melepas pelukannya.
"Apa dia mengatakan sesuatu sebelum pergi?" tanya nya.
"Ia menyuruhku untuk menjagamu sampai ia kembali."
"Ia akan―kembali?" Hoseok mengangguk.
"Tidak.. Tidak.. Kumohon jangan.. Kumohon jangan kembali―hiks.." ia kembali menangis, mengudang kebingungan di kepala saudaranya.
"Kenapa kamu menghindarinya? Bukannya―"
"Aku tidak bisa.. aku tidak bisa memberikannya lagi―aku tau ia pasti akan lelah denganku yang seperti ini, tapi aku juga tidak tau harus bagaimana lagi.." lirihnya.
"Tapi Jina, anakmu.. ia tidak punya saudara kandung, hanya seorang ayah dan seorang ibu di sisinya―jika hanya ada seorang ayah di sana, bagaimana bisa ia bahagia sepenuhnya?"
"Aku pernah mengalaminya. Bagaimana aku ditinggal ibuku di taman bermain sendirian, itu mengerikan, sungguh." tangannya memegang tangan saudaranya, kemudian ia usap perlahan.
"Aku tidak ingin itu terjadi pada orang lain, apalagi jika orang itu adalah keponakanku sendiri."
"Aku mohon, turunkan egomu. Temui―ah tidak, kembali pada nya, kembali pada mereka."
"Mereka membutuhkanmu dan aku yakin mereka tidak akan meninggalkanmu. Percaya padaku."
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔
Fanfiction[𝐬𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 3 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐜𝐞𝐨 𝐠𝐢𝐥𝐚] • • • | 𝐚 • 𝐠𝐚 • 𝐩𝐞 | /𝒏./ 1.𝐓𝐡𝐞 𝐡𝐢𝐠𝐡𝐞𝐬𝐭 𝐟𝐨𝐫𝐦 𝐨𝐟 𝐥𝐨𝐯𝐞. 𝐒𝐞𝐥𝐟𝐥𝐞𝐬𝐬, 𝐬𝐚𝐜𝐫𝐢𝐟𝐢𝐜𝐢𝐚𝐥, 𝐚𝐧𝐝 𝐮𝐧𝐜𝐨𝐧𝐝𝐢𝐭𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐥𝐨𝐯𝐞; 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐬𝐭𝐬 𝐧𝐨 𝐦𝐚𝐭𝐭𝐞𝐫 𝐭𝐡...