HwaSoo tetap memeluk ayahnya erat ketika ia digendong masuk ke dalam kamar. Bahkan saat ingin naik ke kasur, ia tidak ingin melepaskan tangannya―membuat Soobin sedikit kesusahan tapi jika dilepas, anaknya akan memberontak dan menangis.
Maka setelah menutup pintu, ia menidurkan anaknya di kasur. Bersama dengan bantal dan guling lama milik istrinya dan ia taruh di samping HwaSoo agar ia tidak terjatuh.
Tangannya mengusap perlahan punggung sang anak kemudian bergantian mengusap rambutnya yang sudah lumayan kering. Ia mencium bau busuk dari rambut juga baju anaknya dan tanpa berpikir panjang Soobin tau kalau anaknya disiram menggunakan air sampah.
"Besok HwaSoo tidak perlu sekolah. HwaSoo di rumah saja bersama paman Hansol, ya?" tanya nya dan anaknya mengangguk.
Kepala nya ditenggelamkan di dada ayahnya, tidak ingin membuat kontak mata ataupun mengatakan sesuatu.
"Tidak ada orang baik.. Tidak ada orang baik―hiks.."
Perkataannya kembali terngiang di dalam kepala Soobin, membuatnya mengerti bagaimana anaknya ketakutan dan bisa saja meninggalkan trauma di dalam dirinya jika ia bertemu orang baru.
"HwaSoo ingin pulang.." ucap anaknya lirih.
Soobin menghembuskan nafasnya perlahan, tangan besarnya kembali mengusap punggung dan kepala sang anak. Kemudian melepas pelukannya walaupun baju nya tetap ditarik dan diminta untuk kembali memeluknya.
"Appa tidak akan kemana-mana, appa hanya ingin merapihkan barang-barangmu. Lalu kita pulang."
HwaSoo mengerti, tangannya melepas tarikan di baju ayahnya dan membiarkan barang-barangnya di rapihkan. Saat merapihkan barang anaknya, ia menyadari kalau mertua nya membiarkan anaknya tidur di kamar lama sang istri. Atau mungkin anaknya yang ingin tidur sendiri disini,
karena rindu?
"Appa, dimana eomma?" satu pertanyaan dari sang anak tersampaikan begitu saja.
"Maafkan appa hm? Appa belum bisa membuat eomma kembali." ucap nya setelah selesai kemudian mengangkat anaknya untuk turun dari kasur dan menggandengnya hingga ke ruang tamu.
Saat berjalan, HwaSoo tetap menunduk. Bahkan ketika bertemu dengan nenek, kakek, dan pamannya ia tetap menunduk dan hanya mengatakan selamat tinggal ke mereka semua.
Setelah itu mereka keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Saat di dalam mobil HwaSoo juga tidak banyak berbicara seperti sebelumnya. Tatapannya datar dan jari-jari mungilnya tidak sibuk menunjuk sesuatu yang berada di jendela seperti sebelumnya.
Jika Soobin berbicara kepadanya juga seperti berbicara pada tembok atau batu. Terkadang dijawab terkadang didiamkan begitu saja. Jawaban yang anaknya berikan juga singkat dan terdengar dingin.
Singkat cerita mereka sudah sampai. Saat ayahnya selesai memarkir mobil, HwaSoo segera turun kemudian masuk ke dalam rumah. Mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu dan menunggu ayahnya untuk menghampirinya.
"HwaSoo-ya, ayo mandi dulu. Setelah ini appa ingin membawa HwaSoo jalan-jalan, bagaimana?" tanya sang ayah sambil mencoba untuk berbicara dengan anaknya juga membujuknya agar tidak diam lagi.
Tak lama kemudian anaknya mengangguk malu-malu. Telinga nya memerah dan Soobin harus menahan tawanya karena itu.
"Appa.. ada lego keluaran terbaru―apa HwaSoo boleh membelinya?" tanya anaknya.
"Boleh, kita belikan satu juga untuk Hana ya?" mendengar nama saudaranya di sebut HwaSoo mengangguk semangat. Kini ia sudah berani membuat kontak mata dengan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔
Fanfiction[𝐬𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 3 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐜𝐞𝐨 𝐠𝐢𝐥𝐚] • • • | 𝐚 • 𝐠𝐚 • 𝐩𝐞 | /𝒏./ 1.𝐓𝐡𝐞 𝐡𝐢𝐠𝐡𝐞𝐬𝐭 𝐟𝐨𝐫𝐦 𝐨𝐟 𝐥𝐨𝐯𝐞. 𝐒𝐞𝐥𝐟𝐥𝐞𝐬𝐬, 𝐬𝐚𝐜𝐫𝐢𝐟𝐢𝐜𝐢𝐚𝐥, 𝐚𝐧𝐝 𝐮𝐧𝐜𝐨𝐧𝐝𝐢𝐭𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐥𝐨𝐯𝐞; 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐬𝐭𝐬 𝐧𝐨 𝐦𝐚𝐭𝐭𝐞𝐫 𝐭𝐡...